64

182 31 7
                                    

Kembali berjalan menuju asrama. Aku berpas-pasan dengan Arabella, tentu saja.

Dia tersenyum lalu berjalan mendekat padaku aku membalas senyumannya. Tapi senyum yang dia tampilkan berbeda dari biasanya kali ini.

Dia selalu menampilkan senyum ceria seakan tak ada beban di hidupnya. Tapi sekarang dia tersenyum sendu yang terkesan dipaksakan.

Aku yang bingung pun hanya memperhatikannya lekat sambil tersenyum kecil.

"Bagaimana hari mu Bella?"

"...Baik" katanya hampir berbisik.

"Begitu ya.. "

Setelah itu hening. Dia tak segera membuka obrolan dan aku yang mulai merasakan pegal-pegal di tubuhku.

"...Lynx"

"Ya?" mengangkat satu alis, aku bingung melihatnya. Sedari tadi dia hanya menunduk.

"Yule ball" berbisik hampir bergumam. Kupikir jika telingaku tak sensitif mungkin tak akan mendengarnya.

Sepertinya dia mengkhawatirkan tentang yule ball ya. Tapi mau bagaimana? Bukankah anak tahun pertama dan kedua dilarang? Aku menjadi bingung akan berpasangan dengan siapa.

Jika dengan perempuan lain aku takut menyakiti hati Bella, tapi jika tidak membawa pasangan bukankah akan membuat nama baikku tercemar? Lalu pilihannya hanya tidak mengikuti yule ball.

Bagaimana bisa begitu? Bukankah aku salah satu panitia? Aku juga ingin melihat gerak gerik yang mencurigakan.

Ck, susah ini.

"Jika kau ingin, aku bisa tak pergi yul-"

"Tidak Lynx!" dia teriak sambil memajukan wajahnya hingga wajah kami berdekatan. Tangannya bertumpu pada lenganku menahannya agar tak terjatuh. Kurasa aku bisa merasakan hangat hembusan nafasnya.

Dia yang tersadar pun menarik pelan wajahnya. Tetapi saat dia akan menarik tangannya, aku menahannya.

Dia kembali menundukkan kepalanya.

"Lihat lawan bicaramu Bella" kataku dengan nada tegas.

Dia dengan takut-takut memandangku membuatnya mendongakkan kepalanya.

Aku menatapnya menunggu dia berbicara. Setelah dia memotong perkataanku kira-kira apa yang akan dia katakan?

Perlahan dia melepaskan tangannya. Aku menaikkan satu alis bingung.

Setelah itu tanpa di duga dia berlari begitu saja. Meninggalkan aku yang berusaha mengolah semuanya.

Aku melihat ke belakangku. Ternyata dia sudah menghilang. Entah berbelok kemana.

Hahh aku lelah.

Bolehkah aku mengacuhkannya sekali ini saja? Setelah biasanya aku membiarkan dia melakukan hal sesukanya dan memaklumi setiap sikap nya?

Baiklah, kembali saja ke asrama Lynx. Tubuhmu perlu istirahat.

Masuk asrama ternyata disini ramai. Menghiraukan mereka yang memanggil, aku terus berjalan menuju kamarku.

Melempar tubuhku pada kasur. Sungguh hari yang panjang.

Sepertinya aku terlalu lelah. Hingga tak terasa sudah terlelap begitu saja.



o0o




Pagi harinya aku terbangun. Masih di posisi sebelumnya, masih dengan busana sebelumnya. Syukurlah.

Teman-teman sekamarku belum terbangun. Mereka masih tenggelam di dalam bunga tidurnya.

Aku putuskan untuk membersihkan diriku terlebih dahulu. Memakai seragam dan jubah hijau khas slytherin.

Masuk ke kamar sudah ada Cleo dan Apollo di kasur. Teh buatan Apollo sudah menunggu untuk diminum di atas nakas.

[Apa yang kau bawa Cleo?]

Cleo menunjuk kotak dengan paruhnya. Apa yang dikirim ayah itu?

Aku mengambil teh di nakas lalu duduk di antara Cleo dan Apollo. Membuka kotaknya pelan-pelan, Apollo dan Cleo ikut penasaran dengan isinya.

Dilihat mereka berdua dengan kompak menengokan kepalanya ke dalam kotak.

Disambut dengan pemandangan kota London. Ternyata itu kartu ucapan. Aku mengambilnya dan memperhatikan pemandangan itu dengan lekat.

Membalik kartu itu, aku melihat pesan yang ditulis oleh ayahku.


Untuk Lynx,

Berikan ini pada Harry.
Kupikir dia tidak punya setelan untuk yule ball.
Jadi berikan ini baik-baik padanya, Harry tentu saja.
Aku tak perlu khawatir padamu bukan?
Kau pasti punya banyak setelan jas seperti ini, kan?


Sirius

Sirius Son ɪv (end) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang