"Baiklah aku paham, sekarang lepaskan ini. Sessssaakk" aku meronta dalam pelukan membuat mereka mundur dengan perlahan.
Aku menghela nafas lega. Mereka menyemangati aku lalu kembali ke kegiatan mereka sebelumnya.
Draco datang membawa dua botol fire whiskey di tangannya. Menyodorkan satu pada ku.
Aku mengambilnya, lalu menyender pada dinding di belakangku diikuti Draco.
Kami menyesap fire whiskey pelan sambil memperhatikan setiap sudut ruangan. Tak ada satu pun percakapan. Kami menikmati keheningan diantara kami berdua.
"Hilangkan pikiran itu dari otak mu" dia berkata pelan sambil terus memperhatikan orang-orang di ruang santai.
Aku yang bingung mengalihkan atensiku padanya sambil mengangkat satu alis.
"Kau pasti berpikir dirimu itu brengsek bukan? Lalu tak seharusnya kami terus bersama mu, begitu?"
Sedihnya, tepat sasaran semua. Aku tersenyum pasrah lalu kembali mengalihkan atensi ke depan.
"Benar" tanpa sadar aku berbisik.
"Sudah ku bilang hilangkan itu. Aku tau kau yang salah, tapi hubungan kalian sudah selesai saat dia bilang selesai. Sekarang kalian tak ada hubungan lagi selain orang yang menempuh pendidikan di Hogwarts. Dia tak berhak lagi melarangmu, mungkin beberapa orang di luar akan menganggapmu brengsek memang. Tapi memangnya, sejak kapan kau peduli? Kemana Arlynx sepupuku yang tidak peduli pada sekitarnya?" dia menyembunyikan kekesalannya dengan baik. Aku terkesan hingga mataku berkaca-kaca.
"Maaf, Draco" aku menunduk menyembunyikan wajahku, suaraku berbisik ditambah lagi bergetar.
"Oh ayolah, kemari" dia memelukku, erat, hangat. Kehangatan yang selalu di sampingku, tak ada yang menggantikannya. Aku akui dia memang terkadang usil, tapi kami hanya memiliki satu sama lain.
Dia berjanji tak akan meninggalkanku dan aku yang juga berjanji tak akan meninggalkannya. Kami berdua sama-sama manusia yang kesepian.
Kami sama-sama kekurangan dalam hal kasih sayang. Jadi kami berdua sama-sama bisa mengerti satu sama lain.
"Tak peduli satu Hogwarts atau satu dunia menjauhi mu Lynx, aku akan tetap di sisi mu" dia mengeratkan pelukannya.
"Ya Draco, tak peduli satu dunia atau satu semesta melawanmu. Aku akan tetap di sisimu"
o0o
Pagi sudah datang. Aku terbangun dari tidurku. Dan tebak, posisi tidurku. Terduduk dengan menyender ke dinding dengan kaki kiri tertekuk dan kaki kanan di luruskan.
Pantas saja tak nyaman. Ternyata aku ikut tak sadar. Yah melepaskan emosi juga butuh tenaga, jadi saat tenaga ku terbuang tenaga untuk mengendalikan diri juga jadi berkurang.
Kurang lebih nya begitu, kalian paham kan?
Aku berjalan menuju kamar dengan sempoyongan meninggalkan orang-orang yang tepar dengan bunga tidurnya. Lihatlah betapa berantakannya disini. Yah nanti juga rapih lagi. Aku mencari-cari Draco, tak ada berarti sudah di kamarnya. Yasudah lanjut berjalan.
Di perduaan jalan antar kamar lelaki dan gadis aku menabrak seseorang.
"Oh maaf" aku menahan tubuhnya yang hampir terjatuh.
Dia mendongak, memperlihatkan wajahnya. Sontak aku langsung melepaskan peganganku.
"Ku kira siapa, kau ternyata. Pergilah aku tak ingin keributan" aku berjalan meninggalkannya yang terdiam di tempat.
Masa bodo ah. Benar sifat masa bodo ku harus kembali. Dan sekarang proses untuk pengembalian itu.
Lagian aku tak merasa menghilangkan sikap itu, tapi sejak kapan ya aku sedikit-sedikit berubah? Aku bahkan tak menyadarinya.
Hahh, dasar sialan.
Aku membuka pintu kamar.
[Semua sudah siap, master] dan disambut dengan hangat.
[Terima kasih Apollo, aku mau langsung membersihkan tubuhku]
[Baik master!]
Voment
KAMU SEDANG MEMBACA
Sirius Son ɪv (end)
FanfictionTahun keempat Arlynx di Hogwarts dipenuhi dengan kata umpatan pada orang-orang kementrian sihir. Di tahun ini, Arlynx selalu membantu Harry Potter yang mungkin membuat hubungan keduanya semakin erat. Sirius Son ɪ (end) Sirius Son ɪɪ (end) Siriu...