Dia menunjukkan wajah tercengang lalu berubah jadi bingung. Dia ini tidak tahu nama panggilan ayah atau apa?
Yaampun.
"Hahh lupakan, ayahku berpesan apa padamu?" sepertinya dia baru paham.
"Dia bilang untuk berhati-hati"
"Lalu?" aku menaikkan sebelah alisku karna dia berbicara sambil menatap ke belakang tubuhku.
"Dia juga bilang jika Igor kepala sekolah durmstrang pelahap maut"
"Lalu?" dia ini bicara setengah-setengah.
"D-dia juga bilang kau akan membantuku" katanya sambil menatapku takut-takut membuatku menghela nafas pelan. Padahal tanpa disuruh pun aku akan membantunya.
"Lalu, kau tahu apa tugas pertamanya?"
Dia menggelengkan kepala.
"Aku tak tahu apa yang akan kau hadapi Pottah, tapi kemungkinan besar itu memiliki api"
"Api?!" itu tiga suara. Ternyata Bella dan Neville ikut mendengarkan.
"Iya api, kemarin aku membantu madam Pomfrey meracik obat lalu kulihat-lihat kebanyakan obat untuk luka bakar"
Mereka bertiga merubah wajahnya menjadi berpikir.
"Dengar Pottah, jika kau sudah tahu apa tugas pertama cepat-cepat beritahu aku agar aku cepat juga memikirkan solusinya"
Dia mengangguk mengerti.
"Yasudah, ayo Bella" aku menggandeng tangan Bella lagi.
Kami berjalan menuju hogwart karna hari mulai sore.
"Lynx, menurutmu Harry akan melawan apa?"
"Hmm? Entahlah tapi kemungkinan terburuk itu naga"
"NAGA?!" aku terkejut dengan teriakan Bella membuatku menghentikan langkah kami.
"Lynx, bagaimana cara Harry menghadapinya?"
"Tunggu, kau kenal Pottah?"
Dia mengerjapkan matanya.
"Tentu saja, dia kan Harry Potter legenda hidup"
"Tidak-tidak maksudku, kau berteman dengannya?"
"Tentu saja!"
Yaampun pantas saja. Selain aku yang menarik perhatian kekasihku juga ternyata sama saja. Yah biarlah yang penting dia sudah jadi kekasihku.
"Nah Bella, sampai jumpa besok" kataku sambil mengelus pipi kanannya pelan sambil tersenyum lembut saat pintu asramanya sudah terbuka.
"Iya, sampai jumpa besok Lynx!" dia memang selalu bersemangat.
[Maaf menganggu master!]
[Ada apa Cleo?]
[Ray memanggilku]
Hmm? Untuk apa dia memanggil Cleo?
[Sepertinya tahun ini kau ramai job ya Cleo.
Pergilah]
[Baik master!]
Tak biasanya si Ray menghubungi saat aku ada di Hogwarts. Biasanya dia hidup santai-santai saja. Semoga bukan hal yang darurat.
Aku berjalan menuju asrama. Saat sampai, seperti biasa ruang rekreasi selalu ramai. Tapi ini terlihat berbeda dari biasanya.
"Lynx, kau mau bergabung?"
Aku yang penasaran mendekati mereka.
"Apa yang kalian buat?" kataku
"Hehe" hanya itu tanggapan mereka.
Lalu tiba-tiba bahuku di sentuh oleh ujung jari seseorang. Saat berbalik muncul Crabbe, Goyle, dan Nott yang memakai pin di dada kiri mereka bertuliskan dukungan untuk Diggory.
"Jadi kalian mendukung Diggory, kupikir kalian akan mendukung Krum"
"Itu juga termasuk" kata Nott sambil terkekeh.
Lalu tiba-tiba pin yang mendukung Diggory berubah menjadi Potty bau. Hal itu membuatku tertawa terbahak. Mereka sempat tertegun sekejap lalu ikut tertawa bersamaku.
"Ide siapa ini?" kataku diakhiri kekehan.
Tapi karna kebanyakan dari mereka masih tertawa jadi suaraku tidak terdengar. Aku menanyakan hal yang sama pada Draco.
"Oh itu aku" katanya dengan wajah datar.
"Tidak heran" kataku dengan wajah tak kalah datar.
Karna aku sudah menghilangkan rasa penasaranku. Aku pergi dari sana dan pergi ke kamarku. Membersihkan diri lalu merebahkan diri saat sudah selesai.
"Hahh Apollo, aku ingin teh"
[Baik master]
Aku memperhatikan langit-langit kamar sambil menunggu Apollo membuat teh.
Si Ray itu membuatku khawatir. Awas saja jika itu hal sepele. Aku akan menghajarnya nanti.
Voment
Deuh gaes. Dah ngetik panjang2 keapus tadi. Meni sedih sy:'
KAMU SEDANG MEMBACA
Sirius Son ɪv (end)
FanfictionTahun keempat Arlynx di Hogwarts dipenuhi dengan kata umpatan pada orang-orang kementrian sihir. Di tahun ini, Arlynx selalu membantu Harry Potter yang mungkin membuat hubungan keduanya semakin erat. Sirius Son ɪ (end) Sirius Son ɪɪ (end) Siriu...