61

226 34 2
                                    

"Diggory! Diggory! Diggory!" seruan dari penonton memaksa Diggory segera keluar untuk menyesaikan tugas pertama.

Kulihat si Diggory menenangkan diri terlebih dahulu. Saat seruan itu semakin kencang dan bersemangat dia baru keluar. Para orang tua juga ikut keluar menyaksikan pertarungan itu. Sementara aku menemani para pejuang disini, setidaknya sampai si Diggory menyelesaikan tugasnya baru aku bergabung dengan madam Pomfrey.

Aku kembali duduk di tempat tadi. Wajah para pejuang ini semakin tegang saja. Mereka berjalan mondar-mandir bergantian.

"Hei hentikan, itu membuatku pusing. Duduklah jangan buang-buang tenaga kalian" mereka mengalihkan atensi nya padaku lalu menghela nafas gusar.

Mereka mulai duduk tanpa sepatah kata apapun, pekikan suara ketakutan di luar membuat mereka semakin tegang. Sepertinya seru pertarungannya, tapi aku tak berminat menonton.

Seberapa lama waktu yang Diggory butuhkan ya? Aku takut para pejuang disini malah mati ketakutan sebelum memulai. Kutatap mereka dengan wajah malas. Bosan, aku ingin pergi dari sini.

Lalu suara sorakan terdengar, mungkin Diggory sudah mendapatkan telur emas nya? Kalau begitu baguslah. Aku bangun dari dudukku.

"Baiklah, semoga kalian semua bertahan hidup" kataku sambil berjalan keluar tenda tidak ada sedikit pun niat untuk melihat ekspresi mereka lagi.

Aku berjalan hingga tenda medis dan memasukinya. Disana terduduk Diggory dengan dikelilingi, siapa mereka? Ya suka-suka dia. Sepertinya madam Pomfrey sedang mengambil obatnya.

"Kau terluka?" kataku santai.

Mereka yang disana menatapku tajam. Apa? Padahal aku hanya bertanya. Tak kuat dengan tatapan mereka aku berjalan mendekat hingga terlihat wajah Diggory yang sepertinya luka bakar. Aku berlutut di depannya dan memegang wajahnya dengan satu tanganku, membalik-balikkan wajahnya agar terlihat jelas yang mana saja yang terkena api atau terluka.

"Oh syukurlah mr. Black kau sudah datang. Ini" madam Pomfrey datang sambil menyerahkan salep yang kita berdua buat kemarin. 

Aku melihatnya dengan ujung mataku lalu mengambilnya. Mengambil salep dengan ujung jariku lalu mengoleskannya pada wajah Diggory dengan pelan.

"Yang mana lagi?"

Dia menunjukkan tangan dan kaki yang sebelah kanan, sepertinya dia kurang cepat. Aku melakukan hal sama seperti pada wajahnya. Tidak seperti wajahnya saat aku mengoleskan pada bagian tangan dan kaki dia meringis. Walau dengan sekuat tenaga dia menahannya.

Salep sudah sekarang bagian sihirnya. Aku mengeluarkan tongkat sihir lalu mengayunkannya pelan. Perlahan luka itu mulai sembuh, benar tak perlu waktu hingga berhari-hari dia menahan sakitnya luka bakar.

Hal itu disaksikan oleh orang-orang yang berkerumun tadi dengan wajah terkagum-kagum. Bukankah itu hal biasa? Mengapa mereka tampak baru mengetahui hal ini? Entahlah mungkin karna aku yang melakukannya.

"Terima kasih Black" kata Diggory dengan senyum senang, sementara kerumunan itu ikut mengangguk. Aku sih melihat mereka datar lalu mengangguk pelan.

"Jika sudah sembuh keluarlah, kalian bau" mereka keluar tanpa mendengar kalimat terakirku, padahal itu kata-kata mengejekku yang baru bisa aku keluarkan dari dalam hati. Lega juga ya.

Setelah Diggory keluar sekarang bagian Delacour, yaampun aku harus kerja ekstra sekarang. Begitu seterusnya hingga Krum selesai. Dari luar terdengar sepi tidak seperti pejuang yang lain saat mereka melawan naga, apa yang dilakukan Pottah ya?

Lalu kerumunan mulai bersorak merayakan keberhasilan Pottah. Hahh syukurlah kau selamat Pottah. Tapi tidak seperti pejuang yang lain, tak ada tanda-tanda Pottah akan masuk kesini. Mungkin dia terlalu sibuk dengan pendukungnya.

Tapi dia tak datang juga. Sepertinya kutunggu sampai mati pun dia takan datang karna saat aku keluar tenda medis kerumunan orang-orang serta para orang tua menghilang. Iya, acara sudah selesai dan si Pottah tak ke tenda medis sama sekali. Si idiot itu, jika dia terluka aku tak akan merawatnya dengan sihir biar tahu rasa mungkin dia memakai gips satu bulan penuh.

"Mr. Black, dimana mr. Potter?" mada Pomfrey keluar dengan wajah gusar.

"Itu yang kupikirkan madam, em tunggu saja di hospital wings aku akan mencarinya dan membawanya kesana madam" kataku ditanggapi dengan anggukan.

Nah sekarang tebak dia pergi kemana. Tentu saja asramanya bukan? Mereka pasti merayakan keberhasilanya disana.

Accio nimbus!






Voment


Sirius Son ɪv (end) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang