100

242 25 6
                                    

Terbang dengan kecepatan tinggi di atas labirin ini. Aku tak bisa melihat apapun.

Setelah tadi tanda merah di langit bertanda menyerah. Melepaskan tubuhnya dari sulur-sulur tumbuhan, aku mengevakuasi nya ke tempat orang-orang berkumpul.

Fleur, anak yang malang.

"Tenanglah, dia hanya shock. Sebentar lagi dia siuman" setelah mengatakan itu, aku menyerahkannya pada madam Pomfrey.

Dan, sekarang aku terbang di atas labirin. Mencari-cari dimana piala itu.

Cahaya biru terpancar dari sana. Aku turun, tapi sayangnya-

"Tiga!"

"JANGAN SENTUH ITU!"

-aku terlambat.

Tapi, aku tidak ingin membiarkan ini terjadi begitu saja!

Untungnya, aku sempat memegang lengan Pottah.

Hingga sekarang, aku terdampar di tempat yang gelap dengan batu nisan dimana-mana.

Ini makam.

Tentu saja. Aku bangun dan berjalan mengelilingi patung algojo.

"Kau tak apa?" Diggory bertanya begitu dia bangun dari posisinya.

"Ya, kau?" Pottah menjawab tapi Diggory tak kunjung menjawab pertanyaan Pottah.

"Dimana kita?"

"Makam" aku berhenti mengelilingi patung itu.

"Arlynx!" mereka berdua terkejut.

"Yah, aku berusaha memperingati. Tapi terlambat, untungnya aku sempat memegangmu"

Mereka mengangguk mengerti.

"Aku pernah kesini" kata Pottah memperhatikan patung algojo itu.

"Ini adalah portkey" Diggory menghampiri piala dan tersadar.

"Benar, masalahnya terdampar kemana kita" kataku menimpali.

"Aku pernah kesini di dalam mimpi"

"Apa maksudmu?" aku berjalan mendekati Pottah.

Batu nisan di bawah patung itu bertuliskan.

'Tom Riddle'
'1905 - 1943'

APA-APAAN?!

"Kita harus pergi! Sekarang menuju piala Pottah!" aku berjalan cepat hingga dekat piala.

"Apa maksudmu?"

"Tak ada waktu untuk it-"

"AUH! AH!" perkataanku terpotong oleh teriakan Pottah yang tiba-tiba.

Di ujung sana wormtail keluar dengan menggendong sesuatu di tangannya.

"Harry ada apa?"

"Kembali ke pialanya!" Pottah berteriak di tengah rintihannya.

Di balik gendongan wormtail terlihat makhluk botak menjijikan yang menggeliat.

"Siapa kau?! Apa maumu?!" Diggory mengacungkan tongkat dengan kedua tangganya pada wormtail yang kupikir dia sedang menggendong Voldy.

"Bunuh yang satu nya!" suara yang terkesan seperti kakek-kakek ditambah orang yang sesak nafas.

"Avada kedavra!" wormtail mengacungkan tongkatnya pada Diggory.

Sirius Son ɪv (end) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang