51

225 36 1
                                    

Hujan, sungguh menyebalkan. Padahal dari kelas mad-eye barusan aku perlu kembali ke great hall untuk lanjut mengamati.


Tak ada pilihan lain, aku menerobos hujan saja. Jika sakit aku akan menyalahkan pak tua itu lagi seperti tahun keduaku dulu haha.


Saat sampai great hall sudah banyak yang berkerumun melihat orang-orang bodoh memasukkan namanya ke dalam piala api bodoh. Yah karena mereka sibuk melihat hingga mereka tak menyadari aku yang sudah memanjat diding hingga atas piala ini.


[Apollo, kembalilah]


[Baik, master!]


Sebelum  naik tentu saja aku menipiskan hawa keberadaan dan membuat tubuhku tembus pandang terlebih dahulu. Aku mengambil posisi seperti kemarin malam lalu mengalihkan atensi pada kerumunan.


Dibawah sudah ada Pottah, Weasley, Granger dan Bella. Yaampun Bella imut sekali saat sedang mengobrol. Tapi Granger sedikit menghalangi pemandangan.


Banyak juga ya anak-anak hogwarts yang memasukkan namanya ke dalam piala. Hingga giliran Weasley kembar masuk ke great hall membuat kerumunan menjadi ramai. Tapi tunggu, apa... itu?


Sungguh bodoh. Aku melihat mereka dengan wajah datar.


Mereka pikir pak tua itu baru belajar sihir kemarin sore? Tentu saja sihirnya sangat kuat, jika dia orang lemah untuk apa kementrian sangat mewaspadai pergerakannya?


Lihat sekarang mereka bertengkar. Langka memang kembar Weasley bertengkar, karna sepanjang yang kulihat mereka berdua selalu kompak untuk menjahili seseorang. Apalagi menjahili Draco.


Aku sih tidak pernah mereka jahili, tapi kan dampak dari Draco yang mereka jahili itu padaku. Meski tidak pernah melihat langsung, si Draco itu ngebacot terus. Si kembar Weasley paling hanya melihatku sinis atau tidak suka dengan kehadiranku? Entahlah. Tapi jika mereka tidak suka padaku, memang kapan aku menyukai Weasley?


Haha sungguh pemikiran yang bodoh.


Pertengkaran kembar Weasley harus berakhir saat orang yang bernama Victor Krum itu ingin memasukkan namanya kedalam piala. Tapi tunggu, jika orang yang kemarin memasukkan potongan perkamen dengan nama seseorang itu kepala sekolah anak-anak botak menemaninya. Nama siapa yang dia masukkan semalam? Jangan bilang?


Aku mengalihkan atensi pada Pottah, Ck! Mengapa dia santai-santai saja? Memang dia tidak tahu apa jika selama di hogwarts dia itu tak akan punya tahun yang damai. 


Yah peduli amat, nama nya sudah terlanjur masuk hanya bisa berdoa untuk tidak terpilih saja. Tapi jika terpilih? Pikirkan itu nanti saja Lynx. Kau harus punya waktu bersantai.


Ngomong-ngomong tentang santai. Di atas sini damai juga. Aku akan berada disini saja. Sampai pagi lagi mungkin? Haha.


Apa-apaan si Krum itu? Menatap Bella? Oh mungkin Granger, maaf karna marah padamu. Dia tertarik pada Granger? Sungguh orang unik, biasanya lelaki normal menjauhinya karna terlalu galak.




o0o




Oh lihat sampai pengumuman para juara saja aku masih diatas sini. Menyenangkan melihat wajah kawanan ular terlihat bingung mencariku. Syukurlah mereka masih mengingat aku.


Pak tua itu menyuruh mereka untuk duduk, lalu saat mereka sudah duduk dan hening dia mengangkat tangannya pada pilar api dan berputar. Berakhir di piala itu.


Setelah itu piala yang tadinya berwarna biru muda berubah menjadi merah dan mengeluarkan potongan perkamen dengan nama seseorang.


"Juara dari durmstrang adalah Victor Krum!" sudah kuduga.


Semua orang nampak senang dengan itu lalu bertepuk tangan.


"Juara dari beauxbatons Fleur Delacour" seperempat veela yang digosipkan Pansy pagi tadi.


Anak-anak lelaki bertepuk tangan sama sih anak perempuan juga bertepuk tangan tapi kebanyakan sambil berbisik-bisik.


"Juara dari hogwarts Cedrig Diggory!" Semua orang nampak senang.


Yah dilihat dari mana- mana juga dia meyakinkan untuk dijadikan pejuang. Syukurlah ketiga pejuang sudah disebut dan nama Pottah tak ada didalamnya.


"Baiklah sekarang kita sudah meiliki 3 juara, tapi pada akhirnya hanya satu yang tercatat dalam sejarah-" iya dan itu namaku haha becanda.


"-piala triwizard!" woah sungguh penyambutan yang baik, selamat untukmu triwizard.


Tapi aku melihat piala itu agak aneh, sepertinya AG juga ikut bingung, dia menatap piala api itu. Pak tua juga yang merasakan perubahan piala itu langsung menghampirinya membuat orang-orang yang bersorak riuh menjadi hening memperhatikan apa yang terjadi.


Lalu piala api itu berubah kembali menjadi berwarna merah dan mengeluarkan sepotong perkamen. Oh yaampun ini tak baik. Sudah jelas nama siapa yang tertulis disana. Pak tua itu menangkap seotong perkamen yang berterbangan, dengan hati-hati dia membacanya.


"Harry potter?" katanya sambil berbisik tapi orang-orang yang duduk disekitar dia mendengarnya. Aku mendengarnya karna telingaku sangat tajam.


Ck. Kerjaan lagi. 




Voment

Sirius Son ɪv (end) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang