Salju turun lebat-lebatnya. Membuat kemanapun mata memandang hanya hamparan putih berkilau. Si putih cantik yang dingin, ya?.
Aku berjalan pelan melewati lorong-lorong sepi dengan pakaian hangat sambil memasukan kedua tanganku pada saku celana.
Jika bersalju begini, aku jadi ingat pertemuan ku dengan ayahku dulu.
Hehe
Aku terkekeh teringat saat-saat berjalan diikuti oleh seekor kucing gemuk dan seekor anak anjing. Sungguh nostalgia.
Terlalu lama melamun lalu tersadar oleh perempuan yang berbelok dari ujung lorong menuju arahku.
Percaya atau tidak. Itu Bella. Aku menurunkan tanganku ke dua sisi tubuhku.
Berjalan cepat dan berhenti di hadapannya membuatnya mau tak mau ikut berhenti juga.
Seperti biasa dia menunduk. Tetapi, tak ada senyum. Hanya wajah murung.
Aku tak berniat membuka obrolan, biarkan dia melanjutkan kata-kata nya dulu. Aku memperhatikannya lekat dengan tatapan menyelidik.
Berusaha menatap kembali matanya. Tetapi tak kutemukan karna terhalang rambut hitam panjangnya yang tergerai.
Sudah kutunggu lama, tapi tak satu pun kata yang keluar dari bibir tipis itu. Aku menghela nafas kasar.
"Ada yang ingin kau ucapkan Bella?" aku mengalah, seperti biasa.
"Harry, mengajakku untuk menjadi pasangan dansa nya" pelan. Sangat pelan.
Ha?
[Sungguh brengsek, padahal barusan dia bertanya pada kekasih Diggory]
[Shhss diam dulu Cleo]
[Baik, master!]
"Lalu?" apa itu keterlaluan? Dia melebarkan mata padaku soalnya.
"Lynx! Aku sedang menyindirmu! Mengapa aku harus tau kabar kekasihku melalui orang lain!" dia memukul dada ku.
Tak hanya itu. Mata nya juga berkaca-kaca.
"Kau tau sendiri Bella, aku juga sudah bilang padamu bukan? Tahun kedua kebawah itu dilarang" aku membalas dengan tenang, sambil menahan tangannya yang terus memukul dada ku.
"Aku tau! Aku tau! Aku mencoba tak mengerti Lynx, aku mencoba tak mengerti" dia berteriak lalu nada nya melemah.
Dia menempelkan kepalanya di dada ku. Menangis. Sungguh? Dia menangis sesenggukan. Aku membelalakkan mata.
Hatiku terasa di remas saat mendengar isakannya.
Jangan begini Bella, apa saja. Asal jangan menangis.
Aku memeluknya, menepuk-nepuk punggungnya pelan berusaha menenangkan.
"Aku berusaha tak mengerti saat mereka memandangmu, aku selalu berpikir. Ah kekasihku sangat keren, kekasihku memang tampan wajar saja mereka mengidolakannya. Tapi saat ini, tak bisa. Kumohon Lynx! Sakit sekali"
Dia menangis lebih keras dari sebelumnya. Apa yang harus aku lakukan? Aku.. Tak tahu harus apa.
Dia meremas pakaianku membuatnya kusut, tapi bukan itu perhatianku sekarang. Bagaimana pun caranya, aku harus mengatakannya kan.
"Bella, dengarkan aku sayang" aku berusaha sepelan dan selembut mungkin, tapi dia menggelengkan kepalanya.
Aku menangkup kedua pipinya dengan tanganku. Mengarahkan mata merah yang masih berhiaskan air mata itu menatap mata sendu ku.
"Mungkin ini terdengar seperti alasan, tapi sungguh. Aku juga tak ingin begini, tapi aku harus memastikan sesuatu. Kau ingat kan? Siapa yang melompat turun dari langit-langit great hall saat kejadian peserta keempat piala triwizard? Kau mengerti kan, sayang?"
Aku memelas, membelai pipinya lalu membersihkan jejak air mata.
Tapi dia hanya diam. Aku harus bagaimana lagi?
"Bella?"
"Aku ingin istirahat Lynx" katanya yang sontak membuatku menurunkan kedua tanganku dengan pelan dari pipinya.
Dia kembali menundukkan kepalanya.
"Mau ku antar?"
Lagi-lagi diam.
"Hubungan kita"
Aku diam menunggu kelanjutan kata-kata nya. Berharap cemas, semoga bukan seperti yang aku pikirkan.
"Aku ingin mengistirahatkan hubungan kita, untuk sementara"
Selamat menggalau😗👉👈
KAMU SEDANG MEMBACA
Sirius Son ɪv (end)
FanfictionTahun keempat Arlynx di Hogwarts dipenuhi dengan kata umpatan pada orang-orang kementrian sihir. Di tahun ini, Arlynx selalu membantu Harry Potter yang mungkin membuat hubungan keduanya semakin erat. Sirius Son ɪ (end) Sirius Son ɪɪ (end) Siriu...