Bodoh, dengan sihirku sekarang juga bisa langsung hilang.
Tapi tidak dulu deh. Aku ingin memainkan drama dulu.
Membuat Granger merasa bersalah mungkin?
Jadi, ayo merahkan hari mu.
Aku menutup kedua mata ku, memfokuskan sihir di pipi kananku. Lalu selesai.
Mungkin hanya sekejap?
"Woah Lynx itu malah semakin merah" Draco terkejut sambil menunjuk pipi ku.
"Berarti benar taruhanku, seminggu"
"Heh, percaya diri sekali" aku menyeringai.
Mereka menatapku polos.
"Pergilah, kalian mau melihat orang bermesraan?" aku melihat mereka datar
"Kalau mau yasudah" aku nenarik Fleur lalu memeluknya, menempatkan dahi ku di bahunya.
Mereka yang melihat itu meringis lalu keluar dengan sendirinya.
"Lynx" Fleur memelukku dengan satu tangan sementara tangan yang lain mengelus surai hitamku yang terjatuh menutupi wajah.
Dia mengelusnya kebelakang hingga wajahku terlihat. Memegang kedua bahu mendorongnya hingga kami bertatapan.
Dia menatapku lembut dan penuh kasih sayang?
"Kau benar baik-baik saja?" bahkan suaranya mengalun lembut.
Aku mengangguk, lalu kembali memeluknya dan menempatkan dahi ku di bahu nya.
"Sebentar saja" suara ku berbisik.
Dia yang mengerti ikut memeluk dengan erat. Mengelus suraiku lewat pelukannya.
Kegiatan kami membuat orang yang memperhatikan di pintu masuk hospital wings mengepalkan kedua tangannya lalu berlari pergi.
Berbeda dari tampilanku yang tenang, sekarang aku memikirkan banyak hal.
Perkataan Granger tadi, apa aku sudah keterlaluan?
Aku berniat tidak memikirkan hal ini seperti yang Draco katakan waktu itu.
Tapi,
Tamparan, makian, dan Granger yang meronta ingin menghabisiku.
Aku yang tak sadar atau Granger yang berlebihan?
Aku tak mengerti. Jika bisa aku tak ingin mengenal cinta saja.
Semakin dalam semakin aku terjerat.
Entah karna takut kehilangan, atau takut berlebihan.
Benar apa kata pak tua itu.
Cinta, bisa membuat satu klan bahkan satu negara musnah.
Berpikir membuatku tanpa sadar mengeratkan pelukan.
Menghela nafas pelan. Aku memiringkan kepalaku menjadi menghadap leher Fleur. Bernafas pelan disana, terkadang meniupnya.
"Arlynx itu geli" Fleur menunjukan gestur tak nyaman.
"Benarkah?" bukannya berhenti aku terus melanjutkannya.
Hahh, pelukan memang membuat nyaman. Aku mencium leher Fleur lalu menyesapnya.
"Ehm" dia menjauhkan kepala ku dari lehernya. Tapi itu tak berpengaruh.
Tersenyum puas karna membuat tanda dengan indahnya. Biarlah orang lihat tanda buatanku.
Aku mengalihkan kepala ku, lalu mengeratkan pelukan.
"Hangat, apa ini mengganggumu?"
Dia menggeleng.
"Ini membuat nyaman" katanya pelan.
"Senang mendengarnya" aku menegakkan tubuh lalu menatapnya sambil tersenyum lembut.
Dia membalas tersenyum juga.
Memegang kedua pipinya lalu mendekat. Memiringkan kepala.
o0o
Beberapa hari sudah terlewati sekarang. Taruhan itu tak dimenangkan siapapun.
Aku menghilangkan bekasnya setelah dua hari.
Reaksi Granger, dia melihat sinis saat kami bertatapan. Tapi dia juga melihat dengan tatapan merasa bersalah saat melihat tanda merah di pipi ku.
Lalu reaksi yang lain juga beragam. Ada yang kesal pada Granger, ada yang membela ku, dan juga sebaliknya.
Itu karna para griffindor menghasut orang-orang, mereka membuat teori jika aku berselingkuh. Dan itu di dukung dengan aku yang berkencan dengan Fleur saat ini.
Sialan memang. Teman-temanku yang mendengarnya saja kesal sampai ingin menghajar mereka.
Tentu saja aku tahan. Jika tidak nanti tambah runyam. Dan aku tak mau itu terjadi. Cukup Pottah yang membuat hidupku di Hogwarts sulit, yang lain jangan.
Sekarang aku sedang berjalan menuju toilet perempuan, lebih rinci nya toilet hunian myrtle.
Sudah lewat berapa hari aku memberinya tugas dan dia belum juga melaporkannya padaku.
Apa dia lupa?
Bisa jadi juga.
Voment
KAMU SEDANG MEMBACA
Sirius Son ɪv (end)
FanfictionTahun keempat Arlynx di Hogwarts dipenuhi dengan kata umpatan pada orang-orang kementrian sihir. Di tahun ini, Arlynx selalu membantu Harry Potter yang mungkin membuat hubungan keduanya semakin erat. Sirius Son ɪ (end) Sirius Son ɪɪ (end) Siriu...