49

223 34 1
                                    

Tak berselang lama setelah itu masuk Mad-eye. Kupikir gerak-gerik nya tidak menggambarkan dia sekali. Terkesan dipaksakan dan setelah masuk ke great hall dia makin menjadi.

Maksudku, mad-eye bagian mana yang memelet-meletkan lidahnya seperti ular itu?

Ada yang salah disini. Tapi ini baru kecurigaanku, aku akan memperhatikannya dengan lebih dan mendapat bukti jika benar.

Tapi kuharap itu salah, mad-eye itu anggota orde yang bisa diandalkan. Setidaknya sampai dia tidak mengecewakan.

Sama seperti yang dilakukan pria sebelumnya. Mad-eye memasukkan perkamen dengan nama seseorang.

Nama siapa? Untuk apa? Yaampun bisa mati pusing jika terus kupikirkan.

Aku ingin menghentikan gerak-gerik yang mencurigakan. Tetapi pak tua itu hanya memberiku misi untuk mengawasi bukan menghalangi.

Aku akan melaporkannya saja nanti.








o0o







Disini aku sekarang, ruang kelas yang tahun lalu digunakan Moony mengajar.

Aku duduk disamping Draco. Entah akan ada kejadian apa. Tapi kuharap berjalan santai.

"Alastor Moody, mantan auror-

Sekian, tamat, selamat tinggal"

Aku menatap malas mad-eye yang sedang melempar kapur pada murid griffindor, menopang dagu dengan sebelah tangan.

Dia penuh dengan semangat masa muda ya?

Jadi iri~

Haha lupakan bagian itu.

[Aman Apollo?]

[Ya master!]

Baguslah, kuharap tak ada yang mencurigakan lagi. Karna jika iya aku tau akan berimbas pada siapa itu.

Tentu saja aku!

Aku melirik Pottah yang duduk sebelah Weasley. Jika Pottah terkena masalah memang siapa yang membereskannya? Sialan memikirkannya saja membuatku mengantuk.

Lalu aku melirik ke sebelah Pottah, si Weasley sedang menjawab pertanyaan tentang kutukan, meski agak gemetaran.

Mengenai kutukan, aku sudah menguasai semua belum ya? Aku ragu, sebelumnya imperio dan crucio aku sudah pernah mempraktekannya.

Pada diriku sendiri.

Yah terkadang pada mangsa yang kebetulan lewat saat aku bosan, haha.

Terdengar kejam memang, tapi kalian harus merasakannya sendiri. Itu seru!.

Kebanyakan melamun membuatku tak tahu apa yang mereka ributkan. Hingga tiba-tiba wajah laba-laba raksasa bertatapan dengan wajah tampan ini.

Aku hanya melihatnya malas, tanpa ada reaksi apapun. Hanya melihatnya malas lalu menghela nafas.

Karna reaksiku membuat suasana jelek, si Mad-eye langsung memindahkan laba-laba itu pada wajah Draco.

Tentu saja reaksinya sangat berlebihan. Membuatku berdiri lalu menghadap padanya. Membuka jari jemariku lebar-lebar lalu mendaratkannya di muka Draco.

Alhasil laba-laba itu terpental, bonus sebagian wajah Draco memerah. Antara kesal dengan kesakitan.

Tapi aku dengan wajah tak bersalahku duduk kembali lalu memalingkan wajah melihat ke jendela.

Bisa kurasakan tatapan tajam dari orang sebelahku. Dia menarik bahu sebelah kananku dengan kesal. Lalu memegang kedua bahuku dan mengguncang maju mundur.

Rambutku jadi berantakan. Aku menatap malas dia yang begitu marah. Memasukkan tangan kananku pada lengan jubah kiri, mengambil satu kue kering lalu memasukkan kue itu pada mulutnya.

Dia terdiam seketika. Dalam keheningan menerima informasinya, aku menurunkan kedua tangannya yang berada di bahuku lalu memutar badannya menghadap ke depan.

Lihat sekarang hening setelah tadi mereka tertawa terbahak melihat laba-laba itu dijadikan mainan.

Sekarang mereka tau, seberapa bahaya apa itu kutukan. Ck, orang-orang bodoh ini.

Dalam keheningan yang orang-orang ini gunakan untuk berpikir mad-eye berkata tentang orang yang mengaku dikendalikan oleh kutukan itu saat Voldy berjaya, dan dia bertanya bagaimana cara mencari tahu orang yang benar-benar dikendalikan dan orang yang melakukan perintah Voldy dengan sepenuh hatinya.

Bagaimana cara mencari tahu orang yang benar-benar melakukannya? Untuk apa mereka menciptakan veritaserum?

Aku menghela nafas pelan. Bahkan di toko jadi-jadian Ray saja veritaserum sudah menumpuk segudang.

Apa memang kementrian sihir semiskin itu? Kasian sekali.






Voment

Sirius Son ɪv (end) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang