50

245 42 5
                                    

Sekarang beralih ke kutukan crucio. Aku pernah merasakannya dulu. Rasanya seluruh tubuhmu penuh luka lalu ditaburi air garam.

Sangat perih. Sampai-sampai aku tak ingin merasakannya kembali. Lagipula siapa yang mau menyerahkan dirinya secara sukarela?


Mad-eye dia itu sangat gila. Bukankah semua orang sudah tau? Orang tua Longbottom disiksa oleh Bellatrix dengan kutukan ini, mengapa dia malah menyuruhnya maju lalu mempertontonkan padanya? Jaraknya sangat dekat lagi.


Aku hanya diam menyaksikan sambil memuji dalam hati, usaha yang bagus Granger. Tapi lihat sekarang kau jadi ditandai. Mad-eye menghampiri Granger menyuruhnya untuk mengucapkan kutukan tak termaafkan yang terakhir.


Granger hanya menutup mata, enggan menjawab apalagi mempraktekannya. 


"Avada kedavra!"


Memang benar itu kutukan pembunuh, dan satu-satunya orang yang selamat dari kutukan itu hanya Pottah seorang. Aku malah berharap ibuku juga selamat dari kutukan itu, tapi sudah terlambat untuk berharap bukan? Tubuhnya mungkin tinggal tersisa tulang belulangnya saja. 


Yang aku herankan adalah, bagaimana bisa Pottah selamat sedangkan Voldy lenyap? Apa semenjak kecil dia tau cara melindungi diri? Tapi sepertinya pemikiran itu langsung bisa ditepis. Selama ini dia bodoh bukan? Jika sudah tau sejak kecil harusnya dia semakin kuat, kan?


"Semuanya berdiri!"


Apalagi sekarang?


"Karna teman kalian tak bisa menyebutkannya, aku ingin kalian merapalkan mantra avada kedavra padaku!"


"Dia sudah gila" kata Draco berbisik membuatku terkekeh pelan.


"Bukan sudah gila Draco, tapi dia memang gila" kataku membuatnya terkekeh juga.


"Sebutkan dalam satu kali rapalan, berhasil tidak berhasil mundur berbaris kebelakang"


Aku sih hanya mengikuti instruksinya, sedangkan anak-anak yang peduli pada semua makhluk itu tampaknya akan menolak.


"Cepat cepat!"


Jika sudah begini mereka tak bisa menolak lagi.


Aku memilih berbaris di belakang bersama kawanan ular, sementara anak-anak griffindor berbaris di depan seperti biasa, bukan begitu? Walaupun wajah mereka dipenuhi ketidakyakinan tapi mereka tetap merapalkannya.


Sejauh ini anak-anak hanya mundur kebelakang tanpa ada yang mampu mengeluarkan mantra itu dari tongkatnya. Bahkan kebanyakan dari mereka menutup mata saat merapalkan mantra. Jangan tanya trio griffindor itu, aku tak tahu pandanganku terhalang jadi tak terlihat. Tahu-tahu mereka sudah mundur kebelakang saja


Pada akhirnya sekarang giliran Draco yang berbaris didepanku. Tangannya gemetar, sementara mad-eye menautkan kedua tangannya di belekang punggungnya seolah menunggu. Bukankah dia terlalu percaya diri?

Sirius Son ɪv (end) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang