55

224 40 4
                                    

Hingga pagi menjelang aku masih termenung mengingat-ngingat apa yang kulupakan.


"Lynx, kau nampak tak berselera?" suara itu membuatku tersadar dari pikiranku.


"Hmm? Entahlah Draco, karna terlalu sibuk aku seperti melupakan sesuatu. Tapi aku tak tau apa itu" kataku sambil menggedikan bahu.


"E-em, aku tak tau aku harus bilang ini atau tidak. Tapi, lihat belakangmu." katanya sontak membuatku membalikkan badan.


Mataku mengelilingi seluruh great hall tapi semua nampak normal. Aku mengernyit heran pada Draco, hal ini membuatnya menghela nafas. Aku mencoba tak peduli dan meminum tehku.


"Lynx.. Jika kau lupa, kekasihmu sedang menatapmu dengan tatapan kasih sayang"


Prang!!


Badanku membeku, cangkir teh di genggamanku terjatuh begitu saja. Aku menoleh patah-patah dan mengalihkan atensiku pada meja asrama ravenclaw. Benar kata Draco, kekasihku sedang menatapku dengan kasih sayang. Kebalikannya ini sialan!


Bella keluar great hall begitu aku melihatnya dengan tatapan memelas. Aku bangun lalu berlari mengejarnya. Tampak dia ikut berlari saat mendengar suara berlari dari arah belakangnya.


Hahh.. Maafkan aku. AG kuharap kau tak melihat ini.


Aku berapparate sampai didepannya. Dia yang sedang melihat kebelakang tidak menyadari aku yang  berada di depannya merentangkan kedua tangan sehingga dia menabrakkan diri langsung kepelukanku.


"Hahh.. Jangan lari lagi dariku, Bella"


"Hiks, kau jahat Lynx"


Dug! dug! dug! dug! dug!


Dia memukul-mukul dadaku, menangis dalam pelukanku. Aku membiarkannya karna itu tak terasa apa-apa. Padahal aku bingung aku jahat bagaimana, tapi agar dia tak menangis lagi aku mengalah sajalah.


Aku menguraikan pelukan lalu menangkup wajahnya dengan kedua tanganku. Menghapus air matanya lalu tersenyum lembut.


"Maafkan aku Bella. Aku terpilih menjadi panitia dan itu membuatku sibuk, untuk kedepannya-


"Kau selalu sibuk, kau bahkan melupakanku!" saking marahnya dia memotong perkataanku.


"Hei, aku tak melupakanmu sayang. Siapa yang bilang begitu padamu hmm?" kataku sambil memegang kedua bahunya. Maafkan aku tapi aku memang sempat melupakanmu kemarin.


Lalu aku mengelus pipinya dengan ibu jari kananku sementara tangan yang lain masih memegang bahunya. Dia menatapku dengan raut sedihnya.


"Kristein memberitahuku, dia juga mengajakku ke danau hitam untuk menenangkan pikiran. Tapi disana aku malah melihatmu yang sedang bersantai sambil minum teh kesukaanmu itu!"


"Jalang sialan" gumamku sambil tersenyum.


"Apa?" katanya dengan raut bingung.


"Hmm tidak" kataku tersenyum maklum sambil menggelengkan kepala.


"Kau hanya sedang salah paham Bella, jangan marah padaku tanpa menanyakan alasan ya?" tersenyum lembut dibalas dengan anggukan kepalanya.


"Maafkan aku Lynx, aku tak mengerti bagaimana pekerjaan panitia. Karna itu nanti kau ceritakan ya?" katanya sambil malu-malu membuatku tersenyum lembut. Untunglah dia mencoba mengerti.


"Iya, tentu saja. Ah, karna kedepannya aku akan sibuk sebagai gantinya ayo habiskan hari ini bersama"


Dia berwajah sedih pada awalnya, tapi kemudian tersenyum dan menganggukan kepala antusias membuatku tersenyum.


"Ayo" aku mengulurkan tangan kananku lalu dia menggandengnya.


Kami berjalan tak tentu arah sambil berbincang santai. Tapi dalam pikiranku sekejap berpikir, Kristein dan Bella berteman? Bagaimana bisa?. Yah tak perlu dipikirkan, para gadis kan memang begitu.


Kami sampai di danau hitam, jauh dari tempatku bersantai kemarin. Tapi malah bertemu rombongan griffindor.


"Hello Hermione Ginny" Bella menyapa dengan senyum imutnya, sementara yang disapa malah tersenyum sekilas lalu pergi begitu saja diikuti oleh Weasley teman Pottah. Sempat-sempatnya dia menatapku sinis.


Ternyata di depan sana ada Pottah dan Neville.


"Apa yang sedang kalian lakukan?" tanyaku tapi si Pottah tak memperhatikan dia malah memperhatikan genggaman tanganku dengan Bella yang otomatis membuatku melihat tanganku lalu membawanya kehadapanku. Mencium tangan Bella sekejap membuatnya tersenyum malu-malu padaku dibalas senyum juga olehku.


"Hei Pottah" dia tersadar setelah melihatku begitu sinis barusan.


"Ya?" hanya itu? Sialan ini.


"Kau mendapatkan pesan?" 


"Dari siapa?" mataku berkedut saking kesalnya.


Apa aku harus memberitahunya? Sekalian berteriak jika bisa. Lihat dia berwajah bodoh lagi. Aku melepaskan genggaman tanganku lalu berbisik pada Bella 'sebentar' karna dia menunjukan wajah protes.


Aku berjalan hingga berhadapan dengan Pottah sambil menyilangkan kedua tanganku di dada. Aku memperhatikan dari ujung kepala sampai kaki dengan wajah datar membuat dia gemetar gugup. Menghela nafas pelan.


"Padfoot" kataku berbisik. 






Voment


Sirius Son ɪv (end) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang