68

197 30 6
                                    

Tak ada yang perlu dipertanyakan tentang kemampuan berdansa rakyat slytherin bukan?

Tentu saja, kebanyakan dari mereka pureblood. Dan pureblood sering melakukan pesta, jadi mau tidak mau mereka harus menguasai dansa itu sendiri.

"Ms. Parkinson" tak heran, kami sekelompok dengan Draco dimana dia adalah anak baptis si AG ini. Jadi sudah pasti dia memperhatikan kami bukan? AG maksudnya.

Tapi yah, bukan berarti mempasangkan aku dengan dia juga.

"Posisi" dengan santainya?

Yasudahlah.

Aku melangkah pelan menuju tempat Parkinson berdiri di awali dengan kaki kanan. Begitu berada di depannya, aku menatap kedua matanya dalam lalu mengulurkan tangan kananku. Seharusnya membungkuk sih, tapi aku malas lagian itu untuk acara formal.

Parkinson menyambut uluran tanganku dengan tangan kirinya. Setelah itu, aku membimbing tangan kiri Parkinson untuk di letakan di bahu kananku.

Aku menempatkan tangan kananku di pinggangnya sementara tangan kiri ku dan tangan kanan Parkinson bertaut sebahu Parkinson. Hebat sekali aku, selama itu aku terus menatapnya.

Dan sekarang, ini sudah posisi untuk berdansa. Tapi musik belum di nyalakan. Sampai kapan harus begini?

Aku mengalihkan atensi dari mata Parkinson pada AG di sebelah kanan ku. Dia hanya memperhatikan dengan datar, ck.

Setelah ku tatap tajam baru dia mengalihkan pandangannya pada si squib dan memberinya kode untuk segera menyalakan musik.

Musik menyala setelah itu, kami berdua bergerak dengan pelan. Kanan - kiri - depan - belakang. Berayun, mendayu, dan menghayatinya.

"Jangan kesal begitu dong" Parkinson berbisik padaku.

"Apa maksudmu?" jawabku ikut berbisik sambil mengangkat satu alis, bingung tentu saja.

"Masih mending prof. itu memilihku, memangnya kau mau berdansa dengan mudblood?" katanya sontak membuatku mengalihkan atensi pada Kristein yang duduk di paling pojok.

Begitu, dia kira aku tidak mau berdansa dengannya?

"Jika harus memberi contoh yang baik dan benar, aku tak masalah dengan siapa pun Pansy.

Asalkan dia juga bisa berdansa, sepertimu" kataku membalas perkataannya sambil menatap dalam. Membuatnya tersipu, entah karna apa.

"Semuanya bergabung!" kata-kata itu membuat para gadis berdiri tapi para lelaki ragu-ragu.

Hahh mereka ini.

Aku masih lanjut berdansa mengikuti musik. Melupakan percakapan tadi, sekarang aku malah tertawa bersama Parkinson. Lucu saja, melihat wajahnya dari dekat.

Apa itu memberi dorongan? Soalnya murid lelaki sekarang berdiri dan memandang serius para gadis. Terserah saja lah. Aku mau menuntaskan ini dulu.






o0o






Keesokan hari nya, kami beraktivitas seperti biasanya. Oh ralat bukan kami, tapi aku.

Yah soalnya semua orang sedang sibuk. Yang lelaki sibuk mencari pasangan, sedangkan yang gadis sibuk menunggu tawaran.

Aku berjalan berdua bersama Draco. Dia juga sudah punya pasangan ke yule ball nanti. Makannya kami santai begini.

"Sebentar lagi kau akan menikah dengannya jika kau terus bertingkah seperti itu Draco" kataku tajam tanpa mengalihkan atensiku pada jalanan di depan untuk sekedar melirik Draco di samping kananku.

Bagaimana tidak terganggu. Sejak keluar asrama sampai sekarang dia terus tersenyum, yang lebih parah dia terkekeh. Jika bukan memikirkan perempuan lalu apa?

"Iri saja kau" katanya menatapku kesal membuatku memutar mata malas.

"Oh lihat itu" kataku sambil menunjuk kedepan dengan daguku. Membuat kami berdua berhenti melangkah, bahan gosip.

"Pottah yang malang" Draco menampilkan senyum remeh.

Aku menatapnya dengan tatapan kasihan.

"Apa-apaan kau?"

"Tidak, bukan apa-apa" aku menggeleng, lalu kembali berjalan meninggalkan Draco yang masih memproses kejadian barusan.






Voment




Voment

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sirius Son ɪv (end) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang