85

165 24 2
                                    

"Memangnya kenapa?" aku menaikkan kaki kanan di kaki kiriku.

"Yah. Begitulah" Nott menunduk sambil menggaruk tengkuknya.

"Bukannya dia sudah punya kekasih? Aku tak mau membantumu merebut kekasih orang, maaf maaf saja ya" melipat kedua tangan sambil menatap Nott dengan serius.

"Tidak bukan! Tentu saja" berawal dari pekikan diakhiri dengan nada tidak yakin membuatku menaikan satu alis tak percaya.

"Lynx jangan terlalu keras, dia berusaha beralih hati" Draco berbisik padaku, membuatku mengangguk mengerti.

"Kau tahu? Greengrass?" aku mengangguk sambil melirik Draco yang sedikit tercengang.

"Yang mana?" kata Zabini.

"Yang pirang tentu!" katanya berteriak lalu melirik kiri kanan, bersyukur ruang rekreasi hanya ada kami. Draco menghela nafas lega.

Hmm? Pirang? Aku memegang dagu, berpikir. Memang ada?

"Waw Nott, bangunlah" Zabini menatap Nott prihatin.

"Sialan kau!"

"Tenanglah" suaraku menghentikan aksinya yang berusaha berdiri dengan tangan siap mencekik, lagi.

"Kau menyukainya?" aku berusaha memantapkan keputusannya.

"Mungkin?" dia menunduk, menggaruk tengkuknya.

Membuat kami bahkan Goyle yang tertidur serentak menghela nafas.

"APA-APAAN KALIANNN?!" dia berteriak, tidak ramah bintang satu.

"Tst, hargai Goyle" kataku sambil menempatkan jari telunjuk di depan bibir.

Nott menatapku kesal.

"Kan dia yang memaksanya tidur!"

tidak ada salahnya belajar occlumency, setidaknya nanti aku akan lebih berusaha lagi untuk membaca pikiran mereka, bukan?

"Yah, pokoknya begitu!" dia melipat kedua tangannya di depan dada lalu membuang muka dengan kesal.

Aku terkekeh geli.

"Hentikan itu sialan, kau tak cocok" diikuti tawa Crabbe, Zabini, dan Draco. Pada akhirnya dia juga ikut terkekeh.

"Mungkin kami akan membantu. Tapi bagaimana pun, pada akhirnya itu mengikuti keputusanmu" aku bangkit lalu menepuk pundaknya, bermaksud menyemangati.

Berjalan menuju kamar, di pertengahan pada akhirnya terdengar teriakan.

"KAMII?!"

Haha.





o0o






"Arlynx kau di panggil prof. Snape" membuatku menghentikan kegiatanku.

Benar, tiduran.

Mau apalagi dia? Padahal kemarin sudah memaksaku kelas tambahan.

"Aku datang prof!" kataku di depan wajahnya.

"Syukurlah, mr. Black"

"Arlynx please" kataku datar.

Dia hanya menatap wajahku datar. Aku menghela nafas.

"Jadi, ada apa?" melipat kedua tangan.

"Perihal tugas kedua, panitia membutuhkan ramuan tertentu. Jadi, kau, untuk membuat ramuan" datar, sangat malah.

Panitia?

"Permisi sir, aku bagian medis" aku menolak tentu saja.

"Tapi kau murid kebanggaanku di kelas ramuan. Jadi, buat"

Brak!

Menyerahkan kertas berisi bahan-bahan dan cara membuat ramuan tertentu itu. Setelahnya dia pergi begitu saja dengan jubah yang berkibar saking kencangnya dia berjalan.

Aku menghela nafas kasar. Ditinggalkan sendiri di dalam ruangan berbau rempah-rempah ini.

[Apollo, temani aku dong]

[Ogah]

Babu tak tau diri. Aku yakin dia sedang tertidur saat ini. Kasurku yang nyaman diambil alih olehnya.

Yah, tak ada yang perlu ditangisi. Ayo selesaikan ini dengan cepat, setelah itu ayo kita beri pelajaran dia.

"Heheheh" mengaduk ramuan sambil terkekeh mirip nenek sihir yang digambarkan para muggle.

Tak apa, tak ada yang melihat. Ada yang melihat pun tak apa.

Mau di bagaimanakan juga wajahku akan tetap tampan. Sudah hukum alam, maaf maaf saja.






Voment

Sirius Son ɪv (end) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang