Bagian 4 : Dream and Dorm Bell

6.2K 954 72
                                    

Nagara dan Rhea mengerjap sepersekian detik sebelum akhirnya suara Nafi menyadarkan keduanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nagara dan Rhea mengerjap sepersekian detik sebelum akhirnya suara Nafi menyadarkan keduanya. Segera mereka berdiri dan melanjutkan berlari menuju stand.

Rhea mengambil gulungan kertas terlebih dahulu, kemudian membukanya.

"Sebutkan negara-negara yang termasuk ke dalam ASEAN?" Rhea membaca pertanyaan dengan napas sedikit terengah-engah.

"Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Myanmar, Kamboja, Brunei Darussalam, Vietnam," Rhea menelan saliva sambil terus mengatur napas. "Laos."

Hening.

Panitia dengan sengaja menahan ucapannya di tenggorokan. Jelas hal itu mengundang penasaran banyak orang.

"BENAR!!"

"ALHAMDULILLAH DAPET DISPENSER!!!" Teriak Luna di belakang sana, membuat semua warga asrama putri berjingkrak kegirangan.

Rhea juga ikut jingkrak-jingkrak di tempatnya, tak sadar dia ditatap oleh cowok di sebelahnya. Nagara tersenyum kecil sebelum melenggang pergi meninggalkan stand.

Mata Rhea melirik ke arahnya yang pergi begitu saja tanpa sepatah kata pun. Rhea tersenyum miris. Rhea benar-benar asing di matanya.

"Rhe, cepet ambil dispensernya!" Dona berteriak menarik Rhea dari lamunan.

Rhea tersenyum senang, mengambil dispenser itu di stand, kemudian membawanya ke asrama putri.

***

"Lo sengaja ngalah, kan?" Pertanyaan itu terus Alfa lontarkan dari perjalan menuju asrama sampai kini di dalam kamar asrama mereka nomor 25.

Nagara membuka jaket, lalu dimasukkan ke dalam lemari bajunya. "Enggaklah, ngapain juga gue harus ngalah."

"Emang yang tadi siapa, Al?" Tanya Zidane sambil menenteng gitar kesayangannya, lalu digenjreng beberapa kali.

"Crush-nya Gara!"

Nagara berdecak sambil geleng-geleng kepala. Kelakuan Alfa kadang suka aneh-aneh.

"Oh, yang pernah Nagara ceritain itu?"

Alfa memetik jari, "Nah, iya, dia. Rhea 'kan, namanya?"

Nafi yang baru saja keluar dari kamar mandi menimpali, "Bukannya Shea?"

Alfa langsung menoleh pada Nafi, menaikkan alis sebelah. "Lah? Bukannya Rhea?"

"Gua juga ingetnya Shea sih, bukan Rhea." Zidane menambahkan.

Tatapan Alfa kini beralih pada Nagara yang sedari tadi diam saja main ponsel. "Rhea atau Shea, Ga?"

Nagara mengangkat kepala lalu berdecak sebal, "Lo nanya-nanya mulu!"

"Iya! Makanya lo jawab, Rhea atau Shea?"

GHOST ROOMS [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang