Bagian 38 : Sampai di Sini

4.9K 805 63
                                    

Play song:

Adera - Serpihan Hati

..

Detik ini akan segera berlalu
Namun tidak semua kenangan itu
Terlalu banyak kisah
Yang tiada usai bagiku

Tiba saatnya kuakhiri semua
Kuhapus harapanku selamanya
Akan kucoba terus melangkah
Walau serpihan perasaan hatiku
Masih bersamamu

~~

Kita tidak pernah memulai. Lalu kenapa kita harus mengakhiri?

-Nagara

~~

Memaafkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Memaafkan. Kata yang sering dianggap mudah, namun nyatanya sulit direalisasikan. Menjadi salah satu dari tiga mantra yang dianggap langka pada saat ini; maaf, terima kasih, dan juga tolong. Tiga kata itu.

Rhea memainkan ujung bajunya dengan gelisah. Matanya menatap kosong kursi kosong di hadapannya. Keputusannya untuk memaafkan, menjadi pilihan setelah mendapatkan pencerahan dari Siera beberapa hari lalu. Cafe yang ramai penggunjung di hari sabtu ini tidak begitu dihiraukannya. Rhea di sini hanya sedang menunggu seseorang. Seseorang yang berusaha dia maafkan dan juga... lupakan.

Keputusan untuk membuka lembaran baru mungkin menjadi pilihan yang terbaik. Keputusan berhenti mencintai, Rhea yakin jadi yang terbaik juga. Rhea ingin berhenti, berhenti di titik dia sudah lelah dengan cinta bertepuk sebelah tangannya. Jika memaksakan berjalan di jalan penuh luka ini akan semakin membuat Rhea sakit. Jadi, ini pilihan yang terbaik.

Lupakan Nagara.

Rhea menghela napasnya panjang, lalu menatap keluar jendela cafe. Langit telah mendung dengan awan berwarna abu-abu. Angin bertiup lebih kencang, menyapu debu-debu jalanan yang hampir dua hari ini tak tergerus air.

Rhea suka suasana mendung menjelang hujan seperti ini, tapi entah kenapa untuk yang ini tidak. Entah mengapa, Rhea merasa momen ini akan dia ingat selamanya. Momen berakhirnya sesuatu yang tak memiliki awal. Lucu sekali, tapi begini adanya.

Deg

Jantung Rhea berdegup lebih cepat dalam hitungan detik begitu melihat seseorang di luar jendela. Dia tersenyum kecil. Tangannya terangkat menyapa kaku. Mereka masih terhalang oleh kaca besar cafe, tapi entah kenapa atmosfer dingin sudah terasa.

Nagara berjalan masuk dan duduk di hadapan Rhea.

"Sorry, nunggu lama," kata pertama, setelah sekian lama?

Sudut bibir Rhea terangkat kecil. "It's okay."

Hening sesaat setelah saling melempar senyum itu, sebelum akhirnya Nagara berdeham seraya mengambil buku menu di meja.

GHOST ROOMS [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang