(Ghost series #4)
Ada sepuluh pintu misterius di asrama terbengkalai dekat sekolah. Lalu, dengan bodohnya Rhea dan Nagara membuka pintu yang tak pernah tersentuh selama puluhan tahun itu. Teror pun dimulai, namun ingat peraturan ini;
Membuka satu pi...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Dona beresin cepet itu baju-baju lo yang berserekan di lantai! Nyokap gue paling gak suka lihat berantakkan kayak gini, bisa abis gue dimarahin nanti!" gerutu Luna sambil memungguti sisa-sisa makanan yang sering berjatuhan di kolong ranjangnya.
Dona mendengkus, tapi dia menuruti perkataan Luna barusan. Setelah baju itu selesai dia ambil, Dona langsung memasukkannya ke dalam keranjang baju kotor. "Rhea mana?" tanya Dona. Sedari tadi dia tidak melihat keberadaan Rhea.
"Lagi ngambil sapu di gudang. Katanya sapu di lorong lagi dipake semua." Jawab Siera sambil membereskan buku-buku tebalnya yang ada di atas meja.
Baru saja dibicarakan, gadis itu datang dengan membawa dua sapu dan satu pengki di tangannya. Rhea lalu bergidik ngeri. "Gak mau-mau lagi gue ke gudang asrama cewek sendirian. Masa tadi gue lihat poci gosong lagi berdiri di ujung gudang. Serem!"
Mereka ikut bergidik ngeri. Membayangkannya saja sudah membuat mereka ketakutan, apalagi melihatnya langsung.
"Nanti yang simpen sapu ini lo ya, Don!" ucap Rhea tapi langsung diberi gelengan kepala oleh Dona.
"Sudi banget gue, takut!" Dona menatap Luna. "Lo aja, Na!"
"NO!" Luna menatap Siera. "Lo aja, Ra!"
Siera bergidik ngeri. "Lo mau lihat gue pingsan?"
Disaat semua orang tengah memperdebatkan siapa orang yang akan menaruh sapu itu kembali ke gudang, Rhea menyempatkan diri untuk mengecek ponselnya untuk kesekian kali. Pesan yang dia kirim beberapa jam yang lalu belum juga mendapatkan balasan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rhea hanya bisa menghela napas pasrah lalu kembali menyapu kamar asramanya.
"Nyokap gue ya, kalau lihat rumah berantakkan pasti marah-marah gak berhenti-berhenti! Terus masalah yang udah-udah suka dibahas-bahas lagi!" ujar Luna.
"Sama banget kayak nyokap gue!" timbal Siera.
Dona menghela napas lelah. "Kalau gue yang gitu bokap. Bokap sama nyokap gue kayak kebalik gitu sifatnya. Nyokap gue kalem banget, bokap gue kayak emak-emak anjir!"