Bagian 33 : Kenyataan

6.6K 984 211
                                        

Play song :

Vionita - Dia Masa Lalumu, Aku Masa Depanmu

"Lo jangan nekat, Rhe!"

Nagara mengenggam pergelangan tangan gadis yang baru saja mengatakan hal konyol yang bisa saja mempertaruhkan nyawanya.

Rhea menatap kilat keseriusan dari dalam mata Nagara, pegangan di tangannya kian mengerat. "Gue... gak papa, Kak."

"Gue yang gak papa," suara Nagara sedikit mengecil. Dia menghela napas pendek lalu melepaskan genggamannya sembari membuang muka. "Gue bilang jangan nekat, jangan nekat!"

"Tapi gue harus lihat akar permasalahannya hantu baju merah itu, Kak. Biar kasus ini cepet selesai." Rhea mencoba meyakinkan. Nagara menoleh padanya lagi.

"Oke." Nagara mendekat. Dia memutus sambungan telepon, kemudian melepas earpods bluetooth yang terpasang di sebelah telinganya. "Tapi gue ikut. Gue gak bisa diem di tempat persembunyian seperti apa yang lo rencanain tadi."

"Tapi..."

Nagara tidak mendengarkan Rhea, secara tiba-tiba dia membuka pintu nomor enam itu dengan entengnya.

Deg

Hantu wanita berbaju merah itu, kini tengah kayang di atas atap.

Tangan Nagara dengan cepat meraih lengan Rhea, dipegangnya erat-erat. "Dalam hitungan ketiga, lo lari, oke? Satu...dua..."

BRAK

Pintu tertutup keras saat hitungan itu belum sampai. Nagara yang melakukannya. Mendorong tubuh Rhea ke belakang hingga menyisakan dirinya sendiri di dalam kamar nomor enam.

"Kak, lo gila!!!" Rhea berteriak. Dia menggedor pintu itu keras. "BUKA KAK GARA!!"

"KAK GARA!!"

"NAGARA!!" Rhea terlampau kesal dan juga khawatir. Matanya sudah berkaca-kaca. Tangannya tak henti mencoba membuka pintu itu, namun tetap tak tiba terbuka. "KAK, PLEASE..."

Air mata Rhea luruh.

Sedangkan di dalam sana, Nagara terdiam dalam posisinya. Kepalanya mendonggak menatap hantu itu yang masih berdiam diri di atas atap. Hawa tidak mengenakkan benar kental terasa. Rasanya ruangan ini panas.

Mata Nagara perlahan mengedar ke sekitar secara diam-diam. Ada sebuah kertas tebal di atas meja usang. Kertas putih itu pun tampak lama tak tersentuh. Itu kayaknya.

Nagara nekat berlari ke arah buku itu lalu mengambilnya cepat, dan buku itu kini ada di tangannya. Anehnya, hantu berbaju merah itu tak bergerak sedikit pun. Dia justru memperhatikan Nagara dengan tatapan yang sulit Nagara artikan. Namun, sepertinya hantu itu terlihat sedih?

"Tolong aku," hantu itu bersuara. Jeda. "Tolong aku untuk menerbitkan tulisanku menjadi sebuah buku."

"Buku?"

GHOST ROOMS [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang