Bagian 39 : Pesan di Pagi Buta

5.5K 803 49
                                    

Play song:

Hanin Dhiya - Biar Waktu Hapus Sedihku

..

Biar waktu yang merelakan
Setiap keping kenangan
'Tuk hapus sedihku

..

"Rhea ada di rumah, Bu, tadi dia pulang badannya demam,"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Rhea ada di rumah, Bu, tadi dia pulang badannya demam,"

Sahara menoleh sekilas pada kamar Rhea yang pintunya sedikit terbuka, kamar itu gelap, penerangan hanya dari lampu kecil di atas nakas saja.

"Oh, syukurlah kalau Rhea ada di rumah Ibu sekarang, saya mendapatkan laporan kalau Rhea belum pulang setelah tadi pagi meminta izin untuk pergi keluar sekolah."

"Ibu tidak usah khawatir, Rhea aman di saya. Terima kasih sudah menjaga Rhea dengan baik, Bu Marin."

"Sama-sama, Bu. Selamat malam. Mohon maaf menganggu malam-malam begini."

Panggilan telepon ini terputus. Sahara menghela napas kecil sembari menolehkan kepalanya lagi ke arah Rhea yang terlihat membelakanginya. Sahara melangkah kecil, berhenti di ambang pintu, sebelum mengucapkan sesuatu.

"Besok kamu pulang lagi ke asrama. Jangan kabur-kaburan seperti ini. Enggak enak merepotkan pembina asrama. Beliau orang sibuk, kamu jangan nambah-nambahin kerjaan beliau."

Rhea tidak menjawab. Dia tetap pada posisinya membelakangi sang Mama yang sedang berbicara di ambang pintu.

"Kamu istirahat sekarang. Kalau butuh apa-apa panggil saja."

Setelahnya suara pintu yang terdengar tertutup. Hening. Keadaan kamar begitu hening. Malam setelah hujan sore hari tadi kini hanya menyisakan keheningannya.

Rhea membalikan tubuhnya, berubah terlentang. Mata sembabnya menatap langit-langit kamar. Menerawang jauh ke masa lalu yang begitu sulit dia lewati.

"Terima kasih, Rhea, udah kuat sejauh ini." Ucapnya pelan, pada diri sendiri.

Air mata Rhea mengalir melewati pelipis. Lagi-lagi Rhea hanya bisa menangis. Menangis mungkin menjadi salah satunya dia berkomunikasi dengan diri sendiri.

Rhea memejamkan mata, kemudian ditutupnya dengan punggung tangan. Air mata terus mengalir tidak peduli bantalnya terbasahi. Dia hanya ingin menangis untuk saat ini. Nagara terus berkeliaran di kepala, menyita waktu dan juga tenaganya.

"Please, pergi Kak dari otak gue," Rhea meminta pelan. "Gue udah janji sama diri gue sendiri buat lupain lo. Gue berhenti dari cinta sepihak ini. Biarin gue melangkah lebih jauh lagi, tanpa lo." Sambungnya.

Rhea nyaman dengan posisinya sekarang, sampai gadis itu tertidur. Mungkin esok hari matanya akan terlihat sembab karena seharian ini menangis. Selain tenaga, hatinya pun ikut terkuras.

GHOST ROOMS [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang