Bagian 8 : Room No. 1

5.8K 964 33
                                    

"Iya, Mah, ini Shea sama aku kok."

"Kamu jagain dia, ya?! Pokoknya kalau dia kenapa-kenapa kamu yang Mama salahin!"

Mendengar itu, Rhea menghela napas lelah. "Iya, Mah."

"Langsung pulang, jangan main ke mana-mana dulu! Langsung naik taxi online yang udah Mama pesen, Mama pantau di sini loh.." Wanita di seberang sana terus mewanti-wanti. Jujur saja, Rhea sedikit muak dengan kata-kata yang harus dia dengar setiap hari itu.

"Iya, Mah.." Balas Rhea pelan. Rhea melirik alrlojinya, waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Badannya lelah sekali. Bagaimana tidak, dari pagi hingga sore Rhea dan Shea harus sekolah, lalu diteruskan dengan dua les sekaligus. Di sinilah Rhea dan Shea sekarang, di depan gedung les menunggu taxi online pesanan Mamanya datang.

"Oh, satu lagi, janga-"

Shea merebut ponsel Rhea cepat, lalu mematikan sambungan telepon itu secara tiba-tiba. "Udah lah, jangan didengerin. Lo emang gak bosen denger itu setiap hari?" tanya Shea seraya memberikan ponsel itu pada kakaknya lagi.

Rhea memijat pundaknya pelan, "Bosen sih... Tapi ya, daripada gue jadi anak durhaka?"

Shea tersenyum kecil. "Kali-kali gak papa kali," ujar Shea membuat Rhea tertawa pelan.

Setelah menunggu sekitar tujuh menit, taxi online itu datang. Rhea dan Shea lantas naik, duduk tenang seraya mengistirahatkan diri mereka yang kelelahan. Taxi membelah jalan kota yang lenggang. Hal itu yang membuat Pak supir menjalankan taxi sedikit lebih cepat.

Di kursinya Rhea dan Shea perlahan terlelap, saudara kembar itu sepertinya benar-benar kelelahan. Namun Rhea teringat pesan Mamanya yang menyuruhnya untuk tetap menjaga Shea agar tetap aman, karena itu Rhea membuka matanya lagi dan berusaha untuk tetap sadar. Bahaya jika mereka berdua tertidur, bagaimana jika supir ini berniat jahat pada mereka, kan?

Rhea mencari kesibukan lain agar kantuknya hilang yaitu dengan menonton drama korea yang belum sempat dia selesaikan semalam. Rhea mencari-cari keberadaan earphone-nya di dalam tas, namun suara klakson sebuah truk mengalihkan pandangan Rhea ke depan. Terlihat sebuah truk melaju cepat dari arah kanan, sedangkan taxi yang ditumpanginya berjalan cepat lurus ke depan hingga kecelakaan tidak bisa terelakkan lagi.

BRAK

Taxi terpelanting hingga 15 meter jauhnya. Berguling-guling sampai dalam keadaan terbalik di tengah jalan. Kendaraan lain yang kebetulan berada di sekitar lantas menepi.

Rhea dapat mendengar samar suara riuh yang sedang mengerumuni taxinya. Matanya memburam, kaki dan punggung yang terjepit jok. Rhea sedikit menggeliat mencoba bergerak, namun semakin dia berusaha bergerak tubuhnya seakan semakin diremukkan.

Kepalanya menoleh ke samping, tepatnya pada Shea yang menggantung tertahan saltbet sama sepertinya. Kondisi gadis itu terlihat mengenaskan. Di kepalanya mengucur darah segar karena terbentur sangat keras pada kaca hingga kaca itu pecah belah.

Tangan Rhea berusaha meraih tangan Shea yang bergelayut lemah. "S-shea..." panggil Rhea lemah dan bergetar. Dia mengoyangkan tangan Shea pelan. "Bangun..."

Rhea beralih mengecek denyut nadi adiknya itu. Tidak ada. Rhea harap pengecekkannya salah. Tidak, tidak, Rhea harap semuanya hanya mimpi.

Air mata Rhea semakin bercucuran deras. "Aaaa enggak mungkin! She, bangun!" Rhea mengoyangkan tangan Shea lagi, namun adiknya terus bergeming.

"S-shea..." panggil Rhea untuk terakhir kalinya, sebelum dirinya hilang kesadaran.

" panggil Rhea untuk terakhir kalinya, sebelum dirinya hilang kesadaran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
GHOST ROOMS [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang