Play song:
Adera - Catatan Kecil
Di luar jendela kelas sedang hujan deras. Hujan di pagi hari selalu membawa perasaan yang tidak karuan. Hati merasa kosong dan asing. Padahal hujan bukan lagi sesuatu yang asing lagi, kedatangannya menyapa hampir setiap hari. Namun, kedatangannya di pagi selalu membawa perasaan itu. Asing.
Nagara memutus fokusnya pada hujan di luar jendela, beralih menatap materi yang sedang dijelaskan guru di depan. Hari ini, hari rabu, artinya sudah dua minggu berlalu Rhea benar-benar menjauh dari radarnya. Tak lagi saling sapa, tak lagi saling melempar senyum, atau bahkan saling berkirim pesan seperti halnya yang lalu-lalu. Mereka kini seperti perasaan hujan di pagi ini, asing.
Nagara tahu dia laki-laki pengecut. Laki-laki yang suaranya raib ketika melihat perempuan itu menangis. Apalagi alasan menangisnya itu dirinya sendiri, membuatnya kehabisan kata-kata, yang sebelumnya menumpuk di kepala.
Gue suka sama lo. Teramat suka sama lo. Dari lama.
Itu saja sulit Nagara? Kenapa suara itu hilang di depan Rhea, padahal dirinya sudah terlatih berbicara di depan publik?
Nagara memijat pelipisnya, sambil menundukan kepala mengecek ponsel yang ada di laci meja. Rentetan pesan masih juga belum mendapatkan balasan. Rhea begitu kecewa padanya.
"Ketua kelas?"
Nagara mendongak, saat Nafi--sang ketua kelas, berdiri begitu dipanggil oleh guru di depan.
"Pulpen ibu tertinggal di kelas sebelumnya, boleh tolong ambilkan?"
Nafi mengangguk. "Di kelas apa, Bu?"
"Kelas 10 IPA 2, ya."
Yang Nafi lakukan pertama kali yaitu menoleh ke arah Nagara. Mereka saling pandang seolah mengerti.
"Saya boleh ikut, Bu?" Tanya Nagara.
Guru itu menautkan alis. "Emang harus berdua?"
"Iya, Bu." Balas Nagara cepat. Dia lalu berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
GHOST ROOMS [SELESAI]
Ficção Adolescente(Ghost series #4) Ada sepuluh pintu misterius di asrama terbengkalai dekat sekolah. Lalu, dengan bodohnya Rhea dan Nagara membuka pintu yang tak pernah tersentuh selama puluhan tahun itu. Teror pun dimulai, namun ingat peraturan ini; Membuka satu pi...