"Gue mau ikut club ghost running deh kayaknya," celetuk Luna sambil menatap laptop yang tengah menayangkan acara horor di youtube. Badannya tengkurap, kakinya di ke belakangkan sambil terus goyang-goyang.
Dona yang juga sedang menonton acara horor itu, menimpali, "Gue denger-denger club-nya udah gak boleh didiriin lagi?"
"Masih ada, cuman diem-diem."
Dona menatap Luna, "Emang iya? Lo kata siapa?"
"Si Bunga, temen sekelas kita. Sama dia juga suka hal-hal berbau mistis kayak kita." Ujar Luna.
"Dasar gila," Siera mendelik tajam di meja belajarnya. "Kalian berdua kok percaya sih sama hal kayak gitu?"
"Why not?" Luna menaikkan bahu acuh. "Lo gitu mungkin belum pernah ngerasain momen horor dihidup lo,"
Rhea mengangkat kepala dari ponselnya, "Emang lo pernah dapet momen horor apa, Na?"
Luna menegakkan posisi tubuhnya, matanya menatap satu persatu temannya yang tampak penasaran, tanpa terkecuali Siera yang tampak acuh tetapi sebenarnya dia juga penasaran.
"Ini kejadian waktu gue masih kecil. Waktu itu gue di rumah cuman berdua sama kakak perempuan gue, umurnya sama gue cuman beda tiga tahun, saat itu gue umur lima tahun," Luna menarik napas. "Gue inget banget, waktu itu kita lagi rebahan di ruang keluarga sambil nonton TV, terus kita ngedenger ada orang cuci piring di dapur. Padahalkan posisinya kita cuman berdua di rumah, gak ada ART atau siapapun itu, cuman kita berdua. Gue tatap-tatap tuh sama kakak gue, mata kita aja yang bicara seakan ngerti satu sama lain."
Dona meneguk ludah, "Terus-terus?"
"Gue sama kakak gue lari tuh ke kamar. Sembunyi di dalam selimut sambil ketakutan. Gak lama ada suara orang nangis di luar kamar, suaranya lirih banget kek orang tersakiti gitu. Denger itu gue sama kakak gue nangis dong, kejer banget. Terus kita inget kata pak ustad guru ngaji kita, kalau misalnya ada hantu baca ayat kursi atau ayat suci Al-Quran. Nah, kita yang waktu itu masih iqra, ambil aja tuh iqra terus baca sambil nangis-nangis."
Seisi ruangan tertawa mendengarnya.
"Lo baca a ba ta sa gitu?" Dona bertanya di sela tawanya.
Luna mengangguk, "Iya hahaha..."
"Terus hantunya hilang?"
"Hilang." Jawab Luna kemudian tertawa.
Ketiganya juga ikut tertawa. Membayangkannya saja sudah ingin tertawa, bagaimana jika melihat langsung saat itu.
Dona menghentikan tawanya, lalu membuka mulutnya lagi, "Gue juga punya cerita horor,"
Kali ini atensi teman-temannya tertuju pada Dona. "Apa-apa?"
"Jadi waktu itu gue mau pergi ke minimarket deket rumah, keadaannya abis magrib banget tuh, gak inget juga lagi malam jumat waktu itu. Pas dipejalanan ke minimarket, gue ngerasa kayak ada langkah ngikutin gue. Awalnya gue enyahin aja itu pikiran negatif, tapi pas bentar lagi mau sampe minimarket, gak tau kenapa gue kayak pengen berhentiin langkah aja gitu terus ngedongak pas banget deket pohon dukuh gede di komplek. Dan damn! Di sana gue lihat poci lagi duduk-duduk santuy di atas dahan pohon dukuh. Dia senyumin gue tapi gue kabur dan balik ke rumah lagi deh sambil nangis hahaha..."
KAMU SEDANG MEMBACA
GHOST ROOMS [SELESAI]
Novela Juvenil(Ghost series #4) Ada sepuluh pintu misterius di asrama terbengkalai dekat sekolah. Lalu, dengan bodohnya Rhea dan Nagara membuka pintu yang tak pernah tersentuh selama puluhan tahun itu. Teror pun dimulai, namun ingat peraturan ini; Membuka satu pi...