Bagian 30 : My Request

5K 869 80
                                    

Play song :

Ed Sheeran - Photograph

Ed Sheeran - Photograph

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari keenam telah tiba. Festival tahunan telah dimulai. Gerbang SMA Pramudiya Bangsa sudah terbuka lebar sejak dua jam yang lalu. Acaranya begitu meriah. Berbagai stand berjejer di lapangan. Panggung besar berdiri begitu besar. Lampu dan pernak-pernik khas festival bergantungan di mana-mana. Orang dari luar SMA Praba mulai berdatangan dengan gembira karena jarang-jarang sekolah ini membuka gerbangnya untuk umum.

"Guys, kenalin ini sepupu gue, Gio. Anak sekolah tetangga." Luna memperkenalkan sepupu laki-lakinya itu pada ketiga temannya.

Laki-laki bertubuh jangkung dengan rambut sedikit acak-acakkan itu tersenyum. Aura bad boy-nya menguar. Tak lepas juga bau rokok yang tercampur bau parfum. Wajahnya cukup mirip dengan Luna, walaupun mereka sekedar sepupu bukan saudara kandung.

"Gio. Salam kenal cewek-cewek cantik." Ucap Gio saat menyalami satu persatu tangan gadis di hadapannya.

Luna menyubit lengan Gio keras membuat laki-laki itu mengaduh kesakitan. "Udah gue bilang jangan genit! Ini nih yang males buat gue ajak lo ke sini!"

Gio mendelik kesal. "Lagian gue ke sini bukan karena undangan lo, ya!" Gio kembali menatap para gadis cantik di hadapannya. Matanya berhenti di Rhea. "Rhea, ya?"

Rhea mengangguk kecil. "Iya. Kok tahu?"

"Langit sering cerita soalnya kalau di tongkrongan," Gio tersenyum lebar. "Katanya dia lagi deketin lu, ya?"

"Hah?"

"Terima aja kali, Rhe. Kasian sobat gue ngebet banget punya doi soalnya." Gio terkekeh. Rhea hanya tersenyum canggung. Dia bingung harus merespon apa selain tersenyum seperti ini. "Lo anak SMP Dwilangga, kan?"

"Kok tahu?"

"Gue pernah lihat lo soalnya. Waktu itu lo balik bareng sama Shea. Emang bener lo kembarannya Shea?"

Sebenarnya Rhea tidak ingin membicarakan Shea, tetapi kalau ditanya seperti ini Rhea mau tidak mau harus menjawab. "Iya."

"Oh, pantesan agak mirip."

Lagi-lagi Rhea mengakhiri pembicaraan itu dengan senyuman kaku.

"WOY!" Seseorang berteriak dari arah lorong, ternyata itu Langit. Tatapannya sempat bertemu dengan Rhea, sebelum laki-laki itu beralih menatap Gio. "Ngapain lu? Ayo, ke rooftop!" ajak Langit yang langsung diangguki Gio.

Sebelum pergi Gio menatap Rhea kembali. "Jangan lupa terima cintanya Langit, Rhe!"

"WOY! CEPET!" Langit berteriak lagi, membuat Gio langsung ngibrit menghampiri Langit lalu pergi ke rooftop.

Setelah kepergian Gio, suasana sempat heboh karena Dona, Luna, dan Siera sibuk mengejek Rhea tentang masalah Langit yang sedang mendekatinya. Rhea benar-benar tidak mengerti. Tidak, Rhea sepertinya menolak untuk mengerti. Dia bukan gadis bodoh yang tidak mengerti arti sebuah pendekatan yang jelas-jelas terlihat dari seorang Langit.

GHOST ROOMS [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang