Mei, 2018.
Halte bus SMP Dwilangga.
.
"Lihat dah, kurus bener tuh cewek!"
"Iya, anjir! Kurus banget kek tengkorak di lab biologi itu!"
Rhea tahu bisik-bisik itu tertuju padanya. Gadis kurus seperti tengkorak yang mereka maksud adalah dia, Rhea. Terganggu? Jelas. Sakit hati? Sedikit. Hatinya mungkin sudah mati rasa. Terbiasa hingga membuat mati rasa.
Rambutnya yang sedikit menutup wajah diselipkannya ke belakang telinga.
"Dih, centil amat! Dia kira cowok-cowok bakalan suka kali, ya?" cowok di belakang sana nyeletuk lagi.
"Yang ada jijik, yak? Kita aja cowok jijik lihatnya." Keduanya tertawa puas.
"Mana ada tuh yang mau cowok sama dia, kurus bener!"
Satu dari dua orang itu tertawa lagi, "Kulit pucet, kurus, udah kek mayat idup aja!"
Rhea bergerak tak nyaman di tempatnya. Bus yang ditunggunya terasa lama kedatangannya. Rhea ingin cepat pergi sana. Enyah dari hadapan cowok lemes itu.
"Katanya dia kembaran Shea bukan sih?"
Rhea memegang ujung tasnya kuat-kuat. Dia benci topik ini dibicarakan.
"Ah, masa? Shea cantik bener! Lah, dia apaan anjir?" ujarnya lalu tertawa. "Ngaco kali! Keenakkan dia dibandingin sama Shea!"
Buku-buku jari Rhea memutih akibat kepalan tangannya yang kian kuat. Dadanya sesak menahan emosi. Punggungnya berbalik hendak menatap kedua cowok itu, namun pandangannya tertutup punggung seorang cowok jangkung yang kini sedang menghadap kedua cowok lemes tadi.
"Cowok lu begitu?" tanyanya dengan nada ketara kesal dan dingin. "Jakun belum numbuh aja laganya selangit." Cowok jangkung itu menepuk keras bahu kedua cowok yang kini menunduk. Mereka tahu kini sedang berhadapan dengan kakak kelas.
"Urusin aja tuh hidup lu sendiri jangan urus orang lain! Udah bener hidup lo sampe komentarin fisik orang kayak begitu?"
Mereka terdiam lalu menggeleng.
"Malu dong, ngaku-ngaku cowok tapi kelakuan kayak banci."
Dia tersenyum remeh.
"Iya, maaf, kak."
Cowok itu tertawa, "Lah, minta maaf sama gua? Sama dia noh!"
Mereka melirik Rhea yang tertutupi punggungnya, "Maaf, ya." ucapnya terdengar tak minat.
"Yang ikhlas!" sentaknya.
Rhea juga ikut tersentak, lalu detik berikutnya dia tersenyum, merasa dilindungi.
"Maaf, ya."
Cowok jangkung itu membalikkan badan sedikit ke arah Rhea, lalu bertanya. "Dimaafin gak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
GHOST ROOMS [SELESAI]
Novela Juvenil(Ghost series #4) Ada sepuluh pintu misterius di asrama terbengkalai dekat sekolah. Lalu, dengan bodohnya Rhea dan Nagara membuka pintu yang tak pernah tersentuh selama puluhan tahun itu. Teror pun dimulai, namun ingat peraturan ini; Membuka satu pi...