(Ghost series #4)
Ada sepuluh pintu misterius di asrama terbengkalai dekat sekolah. Lalu, dengan bodohnya Rhea dan Nagara membuka pintu yang tak pernah tersentuh selama puluhan tahun itu. Teror pun dimulai, namun ingat peraturan ini;
Membuka satu pi...
Kalau lupa chapter sebelumnya boleh dibaca lagi🙆♀️
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mimpi itu datang kembali. Kedatangannya tidak lagi membuat takut, hanya saja tersisa sedikit sesak saat bangun dari tidurnya.
Pintu asrama tua masih berdiri kokoh dan terbuka. Hal pertama saat sampai di lobi adalah foto pemilik yayasan yang konon sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Setiap melewati foto besar itu selalu berhasil membuat bulu kuduk berdiri.
Rhea, gadis berjaket merah muda itu berdiri di samping Nagara yang kini hanya mengenakan kaus hitam dan celana traning. Mereka berjalan menelursuri lorong, menuju pintu nomor 9 yang tempatnya hampir di ujung lorong.
Rasanya, baru saja kemarin Rhea membuka pintu nomor 1, namun sekarang Rhea hendak membuka pintu nomor 9 saja.
"Gak kerasa ya Kak, udah pintu nomor 9 aja." Ucap Rhea ketika mereka sampai di depan pintu nomor 9 yang tertutup.
Nagara menoleh, lalu tersenyum. "Hm."
Rhea mengigit bibir bawahnya, berpikir sejenak. Ia menoleh ke arah pintu nomor 10 yang tertutup. "Kalau pintu nomor 10 itu udah berhasil kita buka... semuanya selesaikan?"
Nagara ikut menatap ke arah sana, kemudian mengangguk. "Pasti."
Keduanya kembali fokus pada pintu di hadapannya, pintu nomor 9.
"Seperti biasakan?" Rhea menatap Nagara. "Gue sembunyi di sana, ya?" Tunjuknya pada tempat persembunyiannya.
"Hati-hati."
Rhea mengangguk lalu berjalan ke arah sana. Ia bersembunyi di balik tembok, sambil terus mengamati Nagara.
Sejenak, Nagara menghela napasnya pelan. Perlahan tangannya memegang gagang pintu dan mencoba mendorongnya. Namun, pintu tidak dapat terbuka. Pintunya terkunci. Nagara mencobanya beberapa kali, namun tetap saja pintu itu tidak dapat terbuka.
"Kenapa, Kak?" Tanya Rhea saat melihat keanehan.
"Gak bisa dibuka."
Rhea segera mendekati Nagara. Gadis itu mencoba membukanya, hasilnya masih sama.
"Kok gak bisa dibuka, ya?" Ujar Rhea sambil terus membuka pintu itu.
Melihat Rhea terus berusaha membuka pintu itu, Nagara berniat menghentikannya, ia memegang tangan Rhea yang ada di gagang pintu. "Rhe, cuk---"
Pintu itu terbuka saat tangan mereka saling bersentuhan.
Kriett...
Keduanya terdiam. Mereka saling pandang dengan segala keanehan yang ada.
Pandangan mereka teralihkan saat melihat sosok perempuan yang memiliki tinggi hampir menyentuh atap itu. Bajunya merah, rambutnya panjang menjuntai ke lantai. Kuku-kukunya panjang terus menggaruk lantai yang usang.