Chapter 41

892 80 22
                                    

Happy Reading

Key mengetuk pintu namun tak ada yang membukakan, akhirnya ia duduk diteras dan mengeluarkan rokoknya. Ia menyulut rokoknya, menghisap rokoknya di sudut bibir sebelah kanan karena terasa perih di sudut bibir sebelah kirinya. Ia hembuskan asapnya, sebagian melalui hidung sebagian lagi melalui mulutnya. Ia bersandar pada bangku sambil menatapi langit gelap tanpa bintang, bahkan bulan enggan menunjukan dirinya. Seperti paham dengan kondisi Key yang tengah bersedih.

" Lho Key kok gak ngabarin kakak kalau mau kesini? Pipi sama bibir kamu kenapa? " Tanya seseorang menyadarkan lamunan Key. Key menoleh ke arah sumber suara, ia menyunggingkan senyumnya sedikit melihat dua orang yang ingin dia temui akhirnya datang.

" Kak Dian sama Kak Tari darimana? "

" Kami abis belanja, kamu ini ditanya kok gak jawab! Ayok masuk dulu! " Omel Kak Tari sambil membukakan pintu.

" Sebentar kak, aku habiskan rokok dulu, tanggung. "

" Aku juga ya sayang, ngerokok dulu sebatang, nemenin Key, " Kata Kak Dian.

" Key kamu jadiin alasan Yang? Yaudah kalian ngerokok sebatang aja ya, habis itu masuk. Kalo ketahuan lebih aku sita rokok kalian aku buang ke selokan. Aku masuk dulu.. " Kata Kak Tari.

" Siap komandan!" Kata Kak Dian dan Key bersamaan, kemudian keduanya terkekeh. Kak Tari hanya menggelengkan kepala melihat tingkah kedua tom yang ia sayangi itu, kemudian ia masuk ke dalam kostnya.

" Kamu kenapa? "

" Kenapa apanya ka? "

" Ck.. Mukamu itu.. "

" Oh.. Biasaaa.. Adek kakak kan jagoan.. "

" Ck.. Kakak kenal kamu udah lama, dan kamu gak pernah pakai kekerasan kalo ada masalah, " Kata Kak Dian sambil menghisap rokoknya.

Key hanya diam, ia membuang puntung rokoknya di asbak karena miliknya sudah habis, kini ia menunggu Kak Dian menghabiskan rokoknya. Kak Dian melihat Key beberapa kali memijat pelipisnya, ia mematikan rokoknya langsung walaupun rokoknya baru terhisap sepertiganya.

" Masuk yuk, sekalian kamu kunci pintunya ya. Kakak mau ke kamar mandi. "

Kemudian mereka masuk, dan Key mengunci pintunya. Kak Tari meminta Key duduk di sampingnya, di atas meja sudah ada es batu yang dibungkus haduk kecil di dalam baskon, dan kotak P3K. Setelah mengompres pipi Key, dengan telaten Kak Tari memolesi obat pereda nyeri di sudut bibirnya.

" Kepala atau badanmu lainnya ada yang sakit nggak? " Tanya Kak Tari.

" Nggak ka.. Cuma sakit kepala aja. "

" Ya udah ini obat sakit kepala, diminum ya.. "

Key meminum obat yang diberikan oleh Kak Tari, Kak Tari meminta Key untuk beristirahat di kamarnya dan Key menurutinya. Menurut Key hari ini adalah hari yang paling melelahkan, akhirnya Key dapat terlelap dengan cepatnya.

Fast Forward
Saat Kak Tari sedang memasak, pintu kost mereka diketuk. Kak Dian berinisiatif untuk membukakan pintunya.
" Ana? " Kata  Kak Dian terkejut, karena ia tak menyangka kalau Ana akan datang.
" Iya kak.. Mmm.. Tadi Key kabarin aku katanya mau nginep di tempat kakak, tapi abis itu dia gak ada kabar. Dia bener ada disini Ka? " Tanya Ana malu-malu, sebenarnya Ana malu karena dengan beraninya ia menghampiri Key padahal ia menikah dengan laki-laki, ia takut kedua kakak Key tidak menyukai kedatangannya.
" Siapa Yang??!!! " Teriak Kak Tari.
" Key tidur Na.. Masuk aja, Kak Tari lagi di dapur tuh.. "
" Iya ka.. Makasih.. "
Ana masuk ke dalam kost, dan Kak Dian mengunci pintunya kembali. Kak Dian masuk ke dalam kamarnya, sedangkan Ana mendekati Kak Tari yang sedang sibuk memasak.
" Hai Ka.. Ada yang bisa aku bantu? " Tanya Ana.
" Ya ampun Anaaaa... Kamu udah lama banget gak maen ke sini.. Kakak kangen tauuu.. " Kata Tari, ia juga tak menyangka akan kedatangan Ana, namun ia senang jika Ana datang.
" Aku ngerasa gak enak sama kalian ka.. "
" Kenapa? Karena kamu menikah? Walau pun hubunganmu dengan Key udah berakhir kami tetap menganggapmu adik kok.. "
" Makasih ya ka.. "
" Untuk apa? Dasar kamu ini.. Oh iya kesini cari Key? Keynya lagi tidur, nanti aja bangunin sekalian bangunin untuk makan malam. Sekarang kamu bantuin aku ya.. Eh tapi kamu buru-buru gak? Takutnya suamimu nunggu dirumah.. "
" Dia lagi keluar kota ka.. " Kata Ana sambil membantu Kak Tari memasak.
Terdengar kembali suara ketukan dari pintu kostnya.
" Siapa lagi ya yang dateng.. Kost ini sekali sepi gak ada yang dateng satu orang pun. Baru kali ini ada yang dateng berturut-turut, " Kata Kak Tari.
" Aku bukain pintunya ya Ka? "
" Gak usah.. Biar Kak Dian aja.. " Larang Kak Tari.
" Sayaaaaaaang!!!! Itu ada yang ketuk pintuu.. Cepet bukain! Aku ma Ana sibuuuuk! " Teriak Kak Tari.
Kak Dian keluar dari kamarnya dan berjalan menuju pintu, ia buka kembali pintunya.
" Ruby? " Kak Dian kembali dikejutkan dengan tamu yang datang malam ini.
" Maaf ka.. Aku mau tanya.. Key ada disini gak Ka? Aku tanya Letta tapi Key gak ke sana.. "
" Ngg.. Ituu... "
Kak Dian bingung mau menjawab apa. Karena di dalam juga ada Ana, apakah tak apa kalau mereka berdua bertemu. Terlebih lagi melihat kondisi Key, apakah ada hubungannya dengan kedatangan kedua wanita itu.
" Tolong ka.. Aku sama Key ada sedikit masalah, aku gak mau ini berlarut-larut. "
" Masuk dulu deh.. Key lagi tidur.. "
Ruby pun masuk, Kak Dian mengunci pintunya kembali dan mengikuti Ruby dari belakang.
Kak Tari dan Ana menoleh saat mendengar langkah kaki mendekati mereka, mereka terkejut melihat kedatangan Ruby. Ruby pun terheran dengan kehadiran Ana dikost Kak Tari. Suasana menjadi sangat canggung, Kak Dian memutuskan masuk ke dalam kamarnya kembali.
" Ruby mau bantu kakak juga? " Tanya Kak Tari pada akhirnya.
" Mmm.. iya ka.. " Jawab Ruby.
Mereka masak dalam diam, sesekali bertanya kepada Kak Tari, sedangkan Ruby dan Ana tak ad percakapan sama sekali.
" Nah sudah mateng, soup cream ini buat Key. Kalian bangunin Key ya.. Suruh keluar kamar, kita makan sama-sama, " Pinta Kak Tari.
Mereka berdua pun masuk ke dalam kamar Kak Tari. Ana terkejut melihat kondisi wajah Key, sedangkan Ruby menatap sedih.
"Tunggu apa lagi? Bangunin.. " Kata Kak Tari, ia berdiri diambang pintu kamarnya.
" Muka Key kenapa ka? " Bisik Ana.
" Kakak juga belum tau.. Key belum cerita.. Cepet bangunin keburu dingin soup creamnya.. " Kata Kak Tari yang ikut berbisik.
" Byyyyyyy..."
" Beiiib..."
Panggil Ana dan Ruby kepada Key secara bersamaan. Mereka saling pandang, kemudian membuang muka.
" Keeeyy.. "
Ana dan Ruby kembali memanggil Key secara bersamaan.
Melihat itu Kak Tari ingin tertawa, ia ke kamarnya meminta Kak Dian untuk membangunkan Key, biar kedua wanita itu menunggu di dining room.
" Kalian dipanggil kak Tari tuh, biar aku aja yang bangunin Key, " Kata Kak Dian yang berdiri diambang pintu kamar Kak Tari. Ana dan Ruby menurut, mereka keluar dari kamar Kak Tari.
Kak Dian masuk ke dalam kamar Kak Tari, kemudian duduk disisi ranjang menatap Key yang tidur terlentang. Kak Dian tersenyum, ia menjepit hidung Key dengan jari telunjuk dan ibu jarinya. Key mengerutkan keningnya dan langsung menepuk-nepuk tangan Kak Dian, wajahnya memerah. Kak Dian melepaskan hidung Key sambil terkekeh.
" Haaahhh... Haaah.. Kakak jahat banggeet.. Mau bunuh aku ya? Haah.. haaah.. " Kata Key dengan napas yang tersengal-sengal, ia langsung duduk menghadap Kak Dian.
" Hahaha.. Siapa suruh pura-pura tidur.. "
" Siapa... ,- cut off "
" Mau ngelak? Kakak pencet lukamu yaaa.. "
" Ck.. Jangan dong kaaaa.. Sakit tauu.. Si anjing sialan emang! Curang banget! Aku nonjok sekali dia malah nonjok dua kali. "
" Haha.. Siapa si anjing itu? "
" Anjingnya Ruby, gak sudi aku sebut namanya, " Oceh Key.
" Hahaha... Yaudah yuk keluar.. Nanti nyonya Tari ngamuk, dia suka rese' kalo lagi laper. Ditunggu juga tuh sama bidadari-bidadarimu.. Hahaha.. "
" Ck.. Kenapa mereka berdua ada disini sih? Pusing aku tuh.. "
" Pusing punya dua cewek? "
" Gak tau ah kaaaa.. Aku kok pusing ya.. Dibilang gak ada hubungan ma mereka tapi kok kayak terikat sama semuanya.. "
" Dipikir nanti.. Ayok keluar.." Kata Kak Dian sambil menarik tangan Key, Key pun pasrah mengikuti langkah Kak Dian.
" Wtf! Apa-apaan ini? " Umpat Key dalam hati saat melihat bangku kosong diantara Ruby dan Ana. Ia menoleh ke arah Kak Tari, Kak Tari tersenyum mengejek.
" Ck.. Kerjaan kak Tari.. Cobaan apa ini Tuhaaaan.. " Batin Key.
Key pun duduk di bangku yang tersedia, sedangkan Kak Tari dan Kak Dian duduk dihadapan mereka.
Kak Tari menyendokan nasi goreng kepada Kak Dian, Ana, dan Ruby, sedangkan Key diberi soup cream.
Key tersenyum, Kak Tari memang selalu mengerti dirinya.
Mereka makan dalam keadaan diam, sesekali Ruby dan Ana melirik ke arah Key. Melihat itu, Kak Tari dan Kak Dian saling senggol dan tersenyum.
" Ana sama Ruby katanya cari Key.. Sekarang ada orangnya kok cuma didiemin.. Mau ngomongin apa emang? Ngomongin masalah hati ya? " Tanya Kak Tari.
" Ukhuuk.. ukhuuuuk.. "
Key tersedak karena pertanyaan Kak Tari, dengan sigap Ana dan Ruby menyodorkan air putih mereka. Key melirik dua gelas yang ada dihadapannya. Key memutuskan mengambil gelas miliknya sendiri dan meminum airnya sampai habis. Ana dan Ruby kembali menaruh gelas mereka di meja.
" Kamu makannya pelan-pelan aja ya.. " Kata Ruby sambil mengelus punggung Key pelan.
" Udah gak apa ka.. Kakak lanjutin makannya aja ya.. " Kata Key sambil menyingkirkan dengan pelan tangan Ruby agar Ruby tidak tersinggung. Key melirik ke arah Ana, Ana menunduk dan mengepalkan tangannya yang memegang sendok.
" By... Kamu dari cafe langsung kesini? Udah bilang sama mamah? Kamu jangan sampe kecapean lho.. "
Ana mengangkat kepalanya dan menatap Key, ia tersenyum saat melihat tatapan Key yang begitu hangat, ia juga senang saat Key begitu perhatian dan memanggilnya 'by' di depan teman-temannya dan melupakan rasa cemburunya.
" Aku udah bilang kok sama mamah.. Kamu tenang aja.. "
" Ya udah.. Kenapa makannya sedikit? Tambah dong.. Inget yang makan gak cuma kamu.. Tapi dia juga.. " Kata Key sambil mengelus perut Ana. Wajah Ana memerah, ia langsung tertunduk, Ana semakin salah tingkah dengan perlakuan Key.
Ruby terdiam.. Ia merasa sedikit heran dengan interaksi Ana dan Key sedangkan Kak Tari dan Kak Dian terdiam mencerna percakapan Ana dan Key.
" Tunggu deh.. Maksudnya apa Key? Ana? Ana hamil? " Tanya Kak Tari.
" Iya ka.. " Jawab Ana, entah mengapa ia merasa tak enak hati.
" Ah.. Kita mau punya keponakan dong.. Hebat juga Key! " Celetuk Kak Dian, yang berujung meringis kesakitan karena dicubit Kak Tari.
" Aku rasa otakmu pindah ke dengkul ya! Bisa-bisanya ngomong gitu! " Kata Kak Tari sambil melirik ke Ruby.
Kak Dian baru sadar bahwa Ruby belum tahu hubungan antara Ana dan Key. Ana dan Key hanya terdiam, sedikit sakit hati Key sebenarnya. Namun ia tahu Kak Dian tak bermaksud menyinggungnya. Ia melirik Ana, ia tahu Ana memainkan kedua jarinya dibawah meja sambil menunduk, ia sudah merasa tak nyaman.
" Udah malem by.. Aku anter kamu pulang ya.. " Kata Key sambil menggenggam tangan Ana yang berada di bawah meja. Ana menoleh dan mengangguk.
" Kak aku anter Ana dulu ya, Kak Ruby tunggu disini dulu ya.. Aku anter Ana sebentar.. "
" Mau pake motor? " Tanya Ruby sambil mengeluarkan kunci motornya.
" Nggak Ka.. Mau pake taksi online aja.. Kasian Ana kalo kena angin malem.. " Kata Key, kemudian ia mengambil ponsel dan dompetnya di kamar kak Tari dan memesan taksi online.
Setelah menunggu selama 15 menit taksi online mereka datang. Mereka pun berpamitan dan segera masuk ke dalam mobil, sopir pun melajukan mobilnya.
Key melihat Ana hanya diam sambil menunduk. Key merangkul bahu Ana dan menyandarkan kepala Ana dibahunya.
" Omongan Kak Dian gak usah kamu pikirin. "
" Aku... aku ngerasa bersalah sama kamu.. Aku yang ngotot soal perasaan aku ke kamu tapi aku melakukan itu sampai aku hamil.. Aku sepertinya cuma nyakitin kamu aja. "
" Gak boleh ngomong gituuu.. Jangan pernah menyesali tentang kehamilan kamu.. Kasian anak kamu, nanti dia sedih.. Kalo kamu hamil berarti Tuhan udah mempercayakan kalian berdua untuk menjadi orang tua. "
" Tapi ini nyakitin kamu kan? "
" Boong kalo aku gak sakit tapi ini jalan yang aku pilih. Aku gak pernah menyesal mencintai kamu.. "
Ana hanya terdiam, tak ada lagi percakapan diantara mereka. Sampai di rumah Ana, supir menepikan mobilnya.
" Masuk dulu ya.. " Pinta Ana.
" Tapi... "
" Pleaseeeee... "
" Pak mau nunggu gak pak? Nanti saya tambahin.. "
" Yaudah neng gak apa saya tunggu, " Jawab Pak Supir.
" Makasih ya Pak.. "
Mereka berdua keluar dari mobil, Ana membukakan pintu pagarnya. Lalu ia membuka pintu rumahnya, setelah masuk Ana mengunci pintunya. Ia menarik Key dan memeluknya.
" Aku kangen.. " Lirih Ana.
" Aku juga.. Mamah belum pulang ya? Lampunya belum dinyalain. "
Ana tidak menjawab, ia menarik tengkuk leher Key. Dengan sedikit menjinjit Ana melumat bibir Key. Key meringis kesakitan karena merasa perih di sudut bibirnya, namun ia tak bisa menolak Ana, ia juga menginginkannya. Setelah merasa pasokan oksigen mereka menipis, mereka melepaskan ciuman mereka dan Key menempelkan keningnya dengan kening Ana.
" Aku takut kehilangan kamu Key.. Aku takut... Kamu sama Ruby.. Aku takut Ruby buat kamu berpaling dari aku.. " Tangis Ana.
" Kok kamu ngomong gitu.. "
" Kamu waktu aku tanya ada perasaan ma dia atau nggak kamu jawabnya gak tau, berarti bisa ada bisa nggak kan? Aku tau ini gak adil buat kamuuuu.. Tapi jujur aja aku cemburu.. "
" Maaf ya.. Tapi aku emang gak tau, daripada aku berbohong sama kamu. Selama kamu nikah sama Mas Arga, Ruby selalu menghibur aku. Dia tau aku sedih, dia lakukan segala cara biar aku gak sedih tanpa dia bertanya penyebab kesedihanku. Jujur aja.. Kehadiran dia berarti buat aku, di dalam hatiku.. Aku mau menjaganya.. Gak mau liat dia tersakiti.. Aku juga mau memastikan perasaan aku ke dia itu bagaimana.. Mungkin ini akan menyakitimu.. Tapi apa boleh aku mencari jawabanku? "
Ana menghela napas, ia menatap Key. Ans mengelus pipi Key pelan.
" Kamu berhak bahagia, maaf kalo aku egois. Kamu boleh deket sama Ruby sampe kamu tau isi hatimu untuk siapa.. Apapun hasilnya.. Aku akan terima.. Tapi kamu harus tau.. Aku gak bisa merasakan kebahagiaan setelah menikah dengan mas Arga.. Aku merasa hampa.. Key.. Hati aku semuanya udah aku kasih ke kamu, udah gak ada yang tersisa buat Mas Arga.. Jujur aja aku masih berharap sama kamu.. Aku harus gimana? Ini sakit.. " Tangis Ana sambil meremas kaus Key.
Key mendongakan dagu Ana dan melumat bibir Ana dengan lembut. Mereka berciuman dengan airmata yang tak berhenti mengalir. Setelah puas Key membawa Ana dalam dekapannya.
" Jangan pernah menangis karena aku.. Aku pulang ya.. Gak enak sama supirnya udah nunggu lama.. "
" Iya.. Kamu gak akan ngilang lagi kan? "
" Nggak.. " Jawab Key sambil tersenyum.
" Ati-ati ya.. " Kata Ana sambil membukakan pintu untuk Key.
Sebelum meninggalkan Ana, Key mengecup kening, mata, pipi, hidung, dagu, dan bibir milik Ana. Hal itu membuat wajah Ana merona.
Sepeninggalan Key, Ana mengunci pintunya. Ia terduduk sambil bersandar di daun pintu. Ia menangis sejadi-jadinya. Perang batin yang ia rasakan cukup menyakiti hatinya. Ia ingin menahan Key namun ia sendiri sudah menikah. Ia ingin Key bahagia namun ia tak sanggup melihat Key dengan yang lain. Ia yang paling tahu bagaimana sifat Key. Ketika Key sudah memutuskan untuk menjalin hubungan dengan Ruby maka Ana harus menyiapkan hatinya untuk kehilangan Key selamanya. Ia tahu Key akan setia dengan pasangannya, tak akan lagi ada kesempatan untuknya. Namun dari hati yang paling dalam, ia berharap Key tetap mencintainya.



Love is love ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang