Terimakasih

617 35 0
                                    

Kedua manik mata yang masih dengan hiasan pengantin itu masih terpaku menatap foto berukuran besar di hadapannya. Seakan tidak bisa menerima kenyataan, namun nyatanya kebenaran akan suaminya adalah benar. Akan tetapi, kenapa sebelumnya Reval beserta mama Ayu begitu tergesa-gesa saat memintanya untuk segera menikah. Bahkan sebelumnya, Reval juga tidak pernah bersikap kasar seperti saat ini. Dan yang paling mengherankan Ainun adalah statusnya yang sudah menikah dan memiliki seorang istri yang cantik. Dalam benaknya, In merasa telah di bohongi dengan pernikahan ini.

Saat malam tiba,

Ketika In telah selesai melaksanakan solat isya dan ia tengah duduk di atas ranjang dengan mengenakan gamis syar'i juga cadar yang tidak pernah ia lepas. Baru saja ia melepas tubuhnya pada ranjang yang penuh hiasan itu, tiba-tiba saja Reval masuk dan kembali memarahinya.

"Brapa kali harus saya bilang, jangan menyentuh barang di kamar ini sembarangan!" Gertak Reval.

Beranjak dari duduknya, In merasa bingung dengan yang dimaksud perkataan Reval.

"Maaf mas, aku tidak tau" ucap In dengan rasa takutnya

"Anda hanya pengemis jalanan yang di pungut orang tua saya. Tapi mau berlagak seperti ratu di rumah ini ya, sadar!"

Mendengar itu, In yang semula tertunduk dengan rasa bersalahnya mengangkat pandangan pada lelaki yang bertubuh tinggi kekar itu. Tatapan sinis pada mata In tidak berpaling pada wajah lelaki yang kini telah menjadi suaminya.

"Maksud kamu apa ya mas?" tanya In menantang pertengkaran.

"Ini rumah saya, kamar saya, Privasi saya. Orang asing tidak boleh berada di sini. Dan ANDA hanya pendatang. TEMPAT ANDA BUKAN DI SINI. FAHAAM!" jelas Reval kian marah.

"aku gak tau ya mas, masalahnya dimna. Tapi kita sudah menikah, kalau bukan di sini lalu aku harus kemana?"_In

"Dasar wanita tidak tau diri, SINIIII!" teriak Reval dengan menyeret tubuh Ainun menuju sebuah ruangan di ujung kamar itu.

Di dalam sebuah kamar mandi dengan bathtub yang cukup untuk satu orang, Reval melepas cengkraman tangannya pada Ainun. Kamar mandi itu juga sangat luas, namun tentu juga dingin. Dan tanpa belas kasihan Reval memaksa Ainun untuk tinggal disana.

"Tempat anda di sini. Dan jangan pernah coba-coba keluar tanpa persetujuan dari saya" Reval memperingatkan.

Dengan langkah cepat, Reval meninggalkan Ainun di dalam kamar mandi itu sendirian lalu mengunci pintu dari arah luar. Tanpa aba-aba, air mata Ainun mentes begitu saja setelah kepergian Reval dari hadapannya. Ia tidak menduga dengan apa yang terjadi padanya saat ini, sebab sebelumnya Reval dan orang tuanya bersikap sangat baik.

"In gak apa-apa bu. Ibu tenang aja ya. Hiks,hiks" ucap In dalam tangisnya.

Malam pertama yang seharusnya menjadi malam paling indah bagi setiap pasangan suami istri malah berubah menjadi malam yang menyesakkan bagi Ainun. Tidurnya meringkuk di dalam bathtub tanpa alas juga selimut sebagai penghangat tubuhnya. Selain begitu banyak pertanyaan yang menumpuk dalam kepalanya, juga alasan mengapa tidak ada kejujuran dalam keluarga itu padanya. Masih dengan set cadar syar'i nya, Ainun memaksa matanya terpejam meski dengan air mata yang tak bisa lagi terbendung.

"Eh, nak. Kenapa sudah rapi begitu. Bukannya kamu cuti untuk beberapa hari kedepan?" Tanya mama Ayu di meja makan pagi itu.

Sejenak Reval menatap sinis ke arah mama Ayu, lalu menghembuskan nafas berat tanda ketidak nyamanannya di sana.

"Nyawa manusia tidak bisa di perpanjang ma. Tapi paling tidak Reval bisa mempertanggungjawabkan tugas Reval"

Setelah ucapan itu, Reval menyeruput segelas air putih lalu beranjak pergi dari sana. Profesinya yang sebagai dokter bedah umum membuatnya harus menghabiskan banyak waktunya hanya di dalam ruang operasi. Selain itu, Reval juga merangkap sebagai CEO dari rumah sakit tempatnya bekerja. Dr. Yudistira yang terkena stroke saat ini membuatnya harus bekerja ekstra di rumah sakit. Papa Dista sebelumnya memang memimpin rumah sakit itu sendiri dan di bantu oleh Reval sesekali, namun karena musibah yang menimpanya kini membuatnya harus tetap berada di atas kursi rodanya untuk sisa hidupnya. Meski begitu, Reval kini mulai terbiasa dengan keadaan yang ia hadapi.

AINUN s.2 [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang