Lamaran

221 27 10
                                    

Menyadari kedatangan sang istri, Reval sontak berlari keluar ruangan itu memastikan. Apa yang di laporkan Tanti melalui pesan singkat itu memang benar. Karena mereka kini benar-benar telah berada di rumah sakit.

Meski sedikit merasa aneh, namun Reval tetap menanti dengan sabar. Menunggu dengan tenang dan juga tentu di tempat yang jauh. Berharap ia bisa melihat wajah istrinya lebih dekat, namun ia harus menelan harapan kosong itu mentah-mentah. Karena jika ia berada di sekitar Ainun terlalu dekat, hal itu bisa memancing kecurigaan Ainun padanya.

"Sabar Re! Sabaar!! Kan yang penting dia masuk kerja dulu. Besok-besok pasti ada cara lain buat dekat sama dia!" menghibur diri. Gumaman samar membelah keramaian itu tak terdengar bagi siapapun terkecuali Reval sendiri.

Jubah khas dokter dan pakaian rapi terlihat Reval kenakan. Ia berusaha tampil sebaik mungkin untuk waktu kedepannya. Namun, ia justru lupa bahwasanya dulu ia menyamar sebagai seorang cleaning servis. Reval lupa hal itu, dan malah berdiri dengan gagahnya di hadapan publik.

Bruk!
Seseorang tiba-tiba menabrak tubuh mungilnya. Sehingga membuat Ainun terdorong mundur dari posisi awalnya.

"Aduuh,, maaf maaf! Saya tidak sengaja!" tutur gadis yang hampir sebaya itu.

"Heh! Jalanan masih luas ya! Jangan pura-pura lugu lo!" bentak Tanti. Tangannya bahkan bertindak sangat sigap menerobos di tengah-tengah tubuh mereka. Dengan sangat kasar, Tanti menarik kain baju gadis itu sebagai balasan.

"Heh! Gue udah minta maaf ya! Dan gue emang gak sengaja. Lo budek ya?!" tidak mau mengalah. Gadis itu justru menyerang balik dengan kata-kata yang jauh lebih kasar.

Ainun yang terburu-buru membersihkan pakaian putihnya berusaha melerai. Kemeja putih yang ia kenakan basah dan kotor karena tertuang kopi gadis yang menabraknya. Namun, karena mereka tampak akan begulat, Ainun akhirnya mengabaikan baju kotornya dan menarik Tanti untuk menjauh.

"Astagaa,, udah! Udaaa!"

"Biarin non. Biar saya yang kasih pelajaran cewek gak tau diri ini!" sedikit kelapasan. Tanti tidak bisa mengontrol emosinya.

"SUDAH!" bersuara cukup tegas. Bentakan itu berhasil menghentikan tingkah kedua orang yang hampir saling menjambak. "Cukup Tanti! Jangan keterlaluan! Saya bai-baik aja. Dan dia juga sudah minta maaf. Jadi jangan di perpanjang lagi!"

"Tapi dia..."

"Saya bilang sudah, ya, sudah!"

"Tuh denger! Dia aja gak permasalahin. Kenapa lo yang nyolot!" ejek gadis itu pada Tanti.

Langkah Reval terhenti setelah ia berjalan beberapa langkah. Rencana untuk membela ia urungkan, sebab Ainun bisa mengendalikan keadaan. Ia hanya berdiri sembari terus memandang tubuh istrinya dari kejauhan. Karena tidak banyak yang bisa ia perbuat meskipun Ainun ada di hadapannya. Ia hanya takut, jika tindakan atau perilaku nya membuat Ainun justru menjauh dari hidupnya.

"Udah mbak! Jangan memancing perdebatan lagi!" Ainun kembali mengingatkan gadis itu.

"Jangan sentuh gue!" gadis gila itu menjawab. Ia menepis kasar tangan Ainun ya sebelumnya menyentuh lengan miliknya.

"Eh! Jangan kasar ya!" Tanti kembali mengahi. Ia tentu tidak terima atas perlakuan yang gadis itu tunjukkan pada Ainun.

"Diem lo jalang! Gue gak ada urusan sama lo!"

"Waah,, minta di gampar lo ya lama-lama!" Tantie melangkah lebih dekat. Tubuhnya yang jauh lebih tinggi seperti menguasai keadaan.

Plak!
Tamparan keras menghantam wajah Tanti. Tanda memerah terlihat semakin jelas pada pipinya. Gadis gila itu benar-benar telah melepaskan serangan tanpa aba-aba pada Tanti.

AINUN s.2 [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang