H-99

420 34 38
                                    

"mas, aku rinduuu banget" tubuh gadis dengan rambut pendek sebahu itu kini bersender dan menggenggam erat tangan Reval.

Matanya tak berhenti menatap, seolah rasa rindu yang begitu memupuk begitu lama. Senyumannya juga tak kunjung pudar dari bibir manisnya. Keduanya benar-benar tengah menikmati malam itu bersama untuk menebus rindu yang tertahan begitu lama.

"Mas juga rindu sama kamu" tangan Reval menggenggam erat tangan Ressti.

Kecupan manja mendarat di pipi Reval. Namun, entah mengapa ia tersentak kaget lalu melepaskan genggamannya dengan cepat.

"M, m, mma, maaf. Mas, mas__"suara Reval begitu gugup dengan bibirnya yang kian bergetar.

"Kamu, kenapa?"

"Mas, ma,,maas. Mas haus" berdalih, tak lupa tubuhnya juga bangkit menghindari sentuhan istrinya.

Langkahnya kian cepat melenggang keluar dengan degup jantung. Bahkan saat pintu kamar tertutup, Reval sejenak bersandar pada dinding untuk memulihkan kondisinya. Berulangkali ia mengusap wajahnya yang sudah memerah entah karena apa. Hal ini sangat aneh, sebab Reval sebelumnya bahkan sangat merindukan Ressti akan tetapi saat ini kecupan itu saja membuat ia merasa tidak nyaman. Kenapa dia tidak merasa bahagia? Apa karena ia telah memiliki seseorang yang lain di dalam hatinya? Atau ini hanya bentuk respon tubuh atas tindakan yang tidak terduga?

00:00
Waktu menunjukkan pukul tepat. Tubuh Reval masih terbaring di kursi di ruang tamu dengan kondisi remang-remang karena minim pencahayaan. Benar, ia masih belum siap untuk masuk ke dalam kamarnya. Entah apa yang ia hindari sebenarnya, perasaannya atau seseorang yang ada di dalam sana. Tubuhnya terbaring dengan berbantalkan tengannya sendiri.

Setelah memutuskan untuk kembali, langkah Reval tertahan setelah melihat sedikit cahaya yang keluar dari celah pintu. Pintu kamar yang masih terkunci itu tanpak masih hidup bersama pemiliknya. Reval mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam kamarnya dan perlahan mendekati pintu kamar di sisi kamarnya. Tapak kakinya benar-benar tidak terdengar. Hembusan nafas perlahan juga jantungnya yang kembali berdetak kencang. Ia tau Ainun belum tidur. Dan setelah berfikir panjang, Reval mengetuk pintu kamar itu perlahan.

Tok tok tok,,

"Ainun, kamu belum tidur?" Suara Reval cukup palan karena ia takut jika orang lain terbangun.

Toeeet,
Pintu terbuka dengan Ainun yang masih mengenakan mukena putih. Mereka tidak bisa menghindari tatapan mata yang bertabrakan saat itu. Tubuh keduanya bergetar karena tatapan yang terjadi hanya sesaat namun mengejutkan.

"Ada apa mas?" Tanyanya penasaran.

"Ka, k,,k,kk kamu belum tidur? Kenapa?" Reval semakin gugup.

"Aku tadi ketiduran, jadi baru bangun buat sholat isya"

"Mas sendiri kenapa berkeliaran jam segini?" Sambung Ainun.

"Mas, tadi haus. Jadii__" terpotong.

"Mas udah solat?" Tanya Ainun cepat.

"Ah,, sholat isya ya? Belum" tertunduk malu.

"Mau imamkan Ainun?"

Pandangan Reval terangkat cepat dengan wajah penuh semangat.

"Ayo!" Tubuh Reval memaksa masuk dan menutup pintu itu secepatnya.

Wajah Ainun masih basah karena air wudhu. Parasnya semakin cantik meski tanpa riasan dan hanya mengenakan mukena putih sederhana. Garis bibirnya kian tertarik dikala melihat tingkah manja suaminya itu.

"Mas, wudhu di mana?" Tanya Reval yang menatap ke segela arah.

"Itu di sana" menunjuk pojok ruangan.

"Kamu udah wudhu?"

AINUN s.2 [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang