Tik, tok, tik, tok
Detik berganti menit. Menit berganti jam. Tepat pukul 7 pagi. Reval berlari di sepanjang lorong hingga di tiba di titik terakhir pencariannya. Kamar yang selalu terkunci dan tertutup rapat perlahan ia dekati sebagai bentuk pengharapan terakhir baginya. Ia menekan tombol kunci lalu membukanya dengan perasaan harap-harap cemas.Tidak ada perubahan. Kaos oblong berwarna putih dengan celana kain masih melekat di tubuhnya. Rambutnya bahkan terlihat sangat kusut dan berantakan. Berjalan menyusuri setiap sudut ruangan itu tanpa alas kaki, hingga ia berakhir tepat di hadapan meja kerja yang sebelumnya penuh dengan tempelan juga bingkai foto yang berisi penuh dengan gambar istrinya itu ternyata kini juga ikut kosong.
Deg!
Pandangannya terlempar ke arah setiap dinding yang juga ikut kosong dengan beberapa suguhan foto sebelumnya. Sekali lagi, ia semakin di buat terkejut dengan keadaan. Sampai saat ia tidak lagi mampu menopang tubuhnya sendiri dan akhirnya tubuh kekar itu akhirnya jatuh dan roboh menghantam lantai.Buk,
Pukulan keras mengenai sisi kiri kepalanya. Berusaha menyadarkan diri, Reval menyiksa dirinya sendiri dengan pukulan keras itu. Kepalan tangannya juga berulang kali menghantam dadanya sendiri sembari meremas kain bajunya di bagian jantungnya.Tak terkira, entah sudah keberapa kali air matanya menetes. Perasaannya melebur dengan kekosongan yang ada di kamar itu juga yang ada di dalam hatinya.
"Ainun" panggilnya lirih.
"Sudah ya becandanya. Ayo keluar! berhenti main petak umpet nya ya sayang!" Balasnya dengan langkah penuh keraguan.
Percuma. Semua itu hanya berbalas keheningan yang semakin mencekam. Usapan demi usapan pada kedua pipinya seolah itu untuk menguatkan diri justru membuat Reval terlihat seperti orang gila.
"Ainuuun" teriakan itu terdengar hingga ke lantai bawah.
Semua orang menatap satu sama lain. Tak terkecuali dengan Mama Ayu yang baru tiba di ruang makan sembari mendorong kursi roda suaminya itu.
"Ainun. Kamu di mana sayaang!"
"Ini udah gak lucu ya. Ayo keluar sebelum mas hukum!" Teriak Reval semakin kencang dan terus berulang.
"Eeh, ada apa teriak-teriak sepagi ini?" Tegas Mama Ayu saat melihat Reval yang turun melalui tangga dengan terburu-buru.
"Aaah, ma. Mama liat Ainun sembunyi gak? Di mana?"
Kedua pasangan itu menatap satu sama lain. Bingung. Entah apa yang di maksud Reval dengan ucapannya itu. Semua orang juga ikut berfikir.
"Ima sayang. Kamu liat mama ke mana?" Reval merogoh cepat tubuh mungil putrinya itu seraya berlutut.
"Pergi" singkatnya.
Deg!
Reval mundur perlahan. Tidak bisa menerima jawaban itu dengan tenang."Papa yang buat mama pergi. Papa juga yang buat mama nangis sepanjang hari. Ima tau paa, dan mama juga ikut ninggalin Ima di sini" gadis kecil itu semakin memperjelas bahwa Ainun sudah tidak di rumah itu lagi.
"Astagfirullah Ima. Kamu ngomong apa sayang?" Papa Dista menyela.
"Opa. Papa itu telponan sama cewek cantik. Itu yang sering buat mama nangis, pasti karena itu juga mama pergi. Ima tau semuanya" semakin mengintimidasi suasana.
"Enggak, Ima salah faham" jelas Reval perlahan.
"Kalau Ima salah. Papa pasti bisa bawa mama balik lagi. Tapi kalau enggak, Ima juga akan ikut mama pergi dari sini" mendorong tubuh Reval yang sebelumnya berusaha mendekat.
"Papa itu sebenarnya jahat. Tapi mama masih sayang sama papa. Ima gak benci sama papa, Ima cuma kasian liat mama" memelan. Ima akhirnya pergi ke dalam kamar Revan untuk mengurung diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
AINUN s.2 [On Going]
RomantizmKisah bermula setelah pernikahan megah nan mewah itu. Perasaan yang perlahan mulai tumbuh di antara keduanya ternyata menjadi Boomerang. Karena sumpah yang Reval utarakan sebelumnya mungkin saja akan membuatnya harus berjuang melindungi sang istri d...