Syarat Perceraian

526 31 0
                                    

"kamu pulang aja mas. Biar aku sama Ima pulang sendiri" tutur bibi Ria.

"Kita pergi sama-sama. Pulang sama-sama" tegas paman Rizal dengan Ima yang ada di gendongannya.

"Kamu harusnya sadar. Kita bukan siapa-siapa. Jadi sekarang biar kita hidup dengan kehidupan masing-masing"

"Okee, oke. Aku minta maaf untuk semuanya. Tapi apa kamu gak kasian sama Ima, kamu gak fikirin perasaannya dia?"

"Gampang ya kamu ngomong gitu. Aku yang mengandung, aku yang melahirkan dan aku juga yang membesarkannya. Dan kamu tanya soal itu? Apa karena ini kamu mandang aku tidak berperasaan? IYA???" tegas bi Ria.

"A, aa, aku. Bukan itu maksu__"

"JAWAAB!" teriak bi Ria yang membuat Ima terbangun karena kaget.

Wajah terkejut paman Rizal terlihat jelas dengan teriakan itu. Tentu dia tidak bisa menjelaskannya dengan mudah, namun sorot matanya menjelaskan ada banyak cerita yang berusaha ia ceritakan.

"Mulai sekarang. MENJAUH DARI KEHIDUPAN DAN JUGA ANAK SAYA!" sambung bi Ria.

Dengan cepat bi Ria merebut kembali Ima dari dekapan sang ayah lalu membawanya pergi. Langkah sang istri tak bisa dia hentikan. Paman Rizal tau bagaimana karakter mantan istrinya itu, jadi dia memilih untuk membiarkannya pergi kali ini dan akan mencoba lain kali. Meski kecewa, paman Rizal yang masih terlilit rindu pada anaknya kembali pulang kerumahnya dalam keadaan sedih.

Di dalam sebuah mobil hitam, seorang wanita misterius dengan pakaian serba hitam dengan topi dan masker hitam tengah mengamati rumah milik keluarga Adinata. Sejenak, kacamata yang di kenakan ia lepaskan untuk melihat sebuah kertas yang di berikan oleh kepala pelayan di rumah itu.

"Ini saja?" Tanya wanita misterius itu.

"Iya bos. Hanya itu saja info yang bisa saya dapatkan"

Setelah kaca mobil hitam itu tertutup. Mobil melaju meninggalkan tempat itu bersama pertanyaan akan siapa yang di maksudkan dalam kertas itu.

"Bajingan ini berani mempermainkan saya ternyata. Tapi kita liat, berapa lama kamu bisa melindungi dia" ucap gadis misterius itu di dalam mobilnya.

Dari kertas yang ia hempaskan karena kesal, foto gadis bercadar beserta beberapa keterangan tentang gadis itu tertera jelas sebagai sebuah laporan. Foto Ainun yang ada di kertas itu tidak satupun yang tidak mengenakkan cadar, dan itu membuat wanita misterius itu jengkel dan kesal.

Di lain tempat,

"Waaah, ganteng banget" ucap beberapa perawat yang tengah bertugas ketika melihat ustadz Yusuf yang tengah melintas di sekitar sana.

Baju koko, dengan sarung dan peci hitam selalu ia kenakan. Selain itu, sebuah bekal yang ia bawa ternyata untuk istrinya yaitu dr. Adeli Irawan yang tengah bertugas di rumah sakit.
Ustadz Yusuf sengaja datang ke rumah sakit untuk menemui Adelia. Ustadz Yusuf berniat makan siang di sana sebagai tanda terimakasih atas bantuan dia untuk menemui Ainun di rumahnya. Sedangkan dr. Reval yang juga baru saja keluar dari ruangan Adelia tampak terburu-buru melangkah menuju tempat lain. Mereka sempat berpapasan namun tidak saling menghiraukan satu sama lain.

Tok, tok, tok
"Assalamualaikum" sapa Ustadz Yusuf.

"Waalaikumussallam. Eeeh, mas. Ada apa tiba-tiba kesini?" Tanya Adelia yang keget ketika menyambut kedatangan suaminya.

Tanpa berkata-kata, Ustadz Yusuf hanya menunjukkan yang dia bawa dari rumah. Sedikit senyum tipis khas dia, kini menimbulkan lesung pipinya seperti dulu. Tidak perlu waktu lama, mereka melangkah menuju kantin rumah sakit untuk menikmati makan siang itu bersama-sama.

AINUN s.2 [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang