KELUARGA KECIL

461 40 18
                                    

"jelaskan semuanya di rumah!" Wajahnya tampak sangat resah.  Ucapannya sangat jelas dan tegas dari papa Dista.

Manik mata dari keduanya sesekali melirik satu sama lain. Meski tidak ada pengucapan yang terdengar, namun mereka berdua sudah saling mengerti dengan semuanya. Ada perasaan bersalah dari Ainun pada gadis kecil yang tengah terbaring sakit itu. Sebab seandainya saja ia tidak berlama-lama di rumah sakit, kejadian ini tidak mungkin terjadi. Reval sendiri tidak bisa berkomentar apapun lagi, karena ia sendiri setuju untuk merahasiakan hal itu dengan istrinya di hadapan semua orang.

"Ima nggak papa kan ma?" Langkah Ainun sedikit ragu saat menuju keranjang gadis kecil itu. Namun Ia juga tidak bisa menahan diri karena rasa khawatir yang kian memburu dalam dadanya.

"Mama nggak ngerti lagi sama kalian berdua. Bisa-bisanya kalian marahasiakan hal seperti ini? Kamu nggak menghargai keberadaan kita berdua di rumah? iya?" Mama Ayu teringat sangat kecewa.

"Bukan begitu mah. Kami hanya menunggu waktu yang tepat untuk menceritakan semuanya" Reval membela.

"Sudah sudah. Kita jangan berdebat di rumah sakit. Lebih baik kita sekarang fokus pada kesehatan anak ini, Papa nggak mau terjadi apa-apa" sedikit menenangkan suasana, Papa Dista sebenarnya juga cukup kecewa dengan keadaan itu. Namun mau bagaimana lagi, nasi sudah menjadi bubur.

"Lebih baik kalian jelaskan ini semua di rumah. Papa nggak mau ada alasan atau kebohongan lagi di sini. kalian paham!" Tegas Papa Dista untuk menekankan semua ucapannya.

Hanya hembusan nafas kasar yang terdengar dari keduanya. Ada perasaan lega namun juga sedikit khawatir. Ainun juga tampak sangat kebingungan melihat kondisi iman yang kini telah terbaring di atas ranjang. Entah apa yang sudah terjadi sebelumnya namun mungkin saja ini berkaitan dengan alergi yang kambuh sehingga ia lepas dari pengawasan.

Setelah dirasakan cukup membaik, Ima yang berada di gendongan Reval masih tampak cukup lemah. dan setelah kejadian itu mereka memutuskan untuk segera pulang dan merawat Imah di rumah saja. Bahkan di dalam perjalanan tidak ada sepatah kata pun yang terucap dari semuanya. Semua tampak acuh dan mengabaikan satu sama lain. Namun terlepas dari itu, semua orang menyimpan begitu banyak pertanyaan. Apa yang telah terjadi? Mengapa Imas sampai masuk ke rumah sakit? Mengapa Ima bisa ada di rumah? Siapa sebenarnya gadis kecil ini? Kapan dia mulai tinggal di rumah? Ada hubungan apa dari keduanya antara Reval dan Ainun dengan gadis kecil ini? Mengapa tidak ada dari mereka yang mengatakan sebenarnya? Semua pertanyaan itu jangan menggema dan pikiran mereka masing-masing. Namun untuk menghindari perdebatan, mereka semua bungkam dengan ribuan pertanyaan terus muncul dalam pikiran.

....

Setelah membiarkan Ima beristirahat di dalam kamar, Reval, Ainun, Mama Ayu dan papa Dista kini berkumpul di ruang tengah. Terkhusus untuk ruang keluarga. Suasana hari itu terlihat cukup aneh dan mencekam, ditambah dengan tidak adanya Bodyguard atau pelayan di sekitar ruangan itu, suasana benar-benar tampak sunyi dan sepi. Hanya terdengar dentingan jam yang terus berputar, juga dengan beberapa kali hembusan nafas kasar di antara mereka semua. Tidak ada yang berani membuka suara, dan mereka hanya sesekali bertukar pandangan dengan perasaan cemas dan ragu-ragu. Cukup lama terdiam, akhirnya Ainun memberanikan diri untuk menjelaskan semuanya.

"Aku minta maaf sebelumnya sama papa dan mama. Aku dan Masri tidak bermaksud untuk menipu kalian, hanya saja untuk waktu menjelaskan masalah ini belum kami dapati waktu yang tepat" jelasnya dengan wajah tertunduk.

"Kenapa? Kamu merasa bahwa kami tidak pantas mengetahui semua ini?" Ucap Papa Dista.

"Sebenarnya kejadiannya cukup panjang dan rumit. Dan waktu itu waktunya memang benar-benar tidak tepat untuk Papa dan Mama tahu" tambah Reval menjelaskan.

AINUN s.2 [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang