DENDAM

186 23 15
                                    

Seperti penjahat pada umumnya. Tepat ketika Reval sampai di sebuah gedung terbengkalai yang setiap temboknya telah penuh dengan coretan di dindingnya, sejenak laki-laki berpakaian serba hitam itu terdiam. Langkahnya tertahan dengan sorot mata yang sangat tajam, seolah menggambarkan kebenciannya.

Bukan orang lain, laki-laki itu adalah Dokter Revaldi Adinata. Sosok laki-laki berkepribadian dingin namun baik hati. Mungkin tidak ada yang akan menyangka dengan perubahan Reval saat ini, sebab ia benar-benar terlihat sangat berbeda.

Bagaimana tidak, begitu sang dokter itu tiba di sana, puluhan orang yang berpakaian seperti gangster tampak berhamburan keluar. Mereka semua tanpak tertunduk ketakutan. Meski mereka sebenarnya adalah mantan anak buah ustadz Yusuf ketika masih memimpin pasukan gangster itu, namun rupanya saat ini mereka tengah berpihak pada Dokter Reval.

"Maaf dok! Kami lepas perhatian!" ucap salah satu dari gengster tersebut oada Reval. Wajahnya tertunduk menyesal.

"Iya dok. Kami lalai!" saut salah seorang lagi.

"Tidak ada gunanya mengakui kesalahan sekarang. Lebih baik kalian cepat temukan bajing*n itu sebelum dia pergi terlalu jauh!"

"Baik!"

Tanpa menunggu lama, semua orang yang sebelumnya berkumpul di hadapan Reval pergi berhamburan. Mereka berpencar ke setiap area di sana. Karena tempat itu cukup sepi dari kawasan penduduk, juga dengan lokasi yang berada di tengah kawasan kebun, mereka mungkin bisa menemukan yang di cari jika berpencar. Apa lagi jalanan di sana juga terbilang sepi. Kemungkinan tidak akan ada yang menolong jika terjadi sesuatu pada seseorang di sana.

Orang yang sebenarnya tengah Reval cari adalah laki-laki yang dulu membuat ia sampai tidak sengaja menembak dada istrinya Ainun. Laki-laki itu tidak di ketahui identitasnya sebab keberadaannya di negara ini yang sebenarnya ilegal. Laki-laki yang beradu argumen dan juga mengungkapkan kebusukan istri pertama Reval yaitu Ressti adalah orang yang Reval sekap selama ini.

Tomi sebenarnya tidak mau melakukan rencana Reval. Namun, ketika ia mengingat kejadian yang hampir membunuh sahabatnya Ainun, akhirnya ia setuju meski kadang bimbang. Apa lagi selama laki-laki itu di sekap, Reval kerap kali menyiksanya jika merasa marah atau kesal. Ia melampiaskan semua rasa bencinya pada laki-laki itu, hingga pukulannya sangat keras dan tanpa ampun. Tidak hanya itu, obat penenang yang beberapa kali melebihi batas pernah Reval suntikkan hingga hampir membuat laki-laki itu meregang nyawa.

Kini hari itu ia berhasil kabur dan melepaskan diri dari orang-orang yang di tugaskan Reval untuk menjaganya. Namun, sialnya, pelariannya tidak akan sampai membuat ia mendapatkan pertolongan. Karena rencana yang di persiapkan Reval akan membuatnya mudah untuk di temukan.

Layaknya tengah berburu. Reval yang mengeluarkan dua ekor anjing tengah melangkah menyusuri jalan. Ia juga di temani Tomi dan Arka di sisinya untuk berjaga-jaga. Bukan sesuatu yang mustahil untuk ditemukan, karena selain menggunakan anjing pelacak, Reval juga ternyata telah menempelkan sebuah cip yang berukuran kecil di baju laki-laki tersebut. Sehingga, Reval akan mengetahui dimana pun laki-laki itu tengah berada.

Tomi dan Arka tampak cukup tegang saat itu. Mereka merasa takut dengan rencana Reval yang terkesan terlalu kejam. Namun dua orang tersebut tidak bisa mengatakan apapun selain hanya menurut patuh.

"Ketemu!" tersenyum licik. Reval melangkah mendekati laki-laki itu.

Begitu juga dengan Tomi dan Arka yang ikut menyusul kepergian Reval. Mereka terlihat panik dan ketakutan karena rencana Reval kali ini dinilai sangat kejam. Bagaimana tidak, dua anjing yang Reval bawa dalam ikat leher panjang itu adalah anjing yang hanya jinak pada Reval. Selebihnya, jika tali leher mereka di lepaskan maka akan berubah brutal. Menggigit dan mencabik, apa lagi itu adalah perintah Reval.

AINUN s.2 [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang