Ingatan di malam itu.
Saat Reval keluar dari dalam kamarnya dan melangkah cepat meninggalkan ruang tamu. Laki-laki paruh baya yang duduk di atas kursi rodanya menatap tanpa mengatakan apapun untuk menegur. Namun, dengan sangat jelas ia dapat melihat noda darah pada kemeja putih yang digunakan putranya.Hingga pagi menjelang, ia melihat Ainun keluar dan masih mengenakan cadarnya. Meski acuh, Papa Dista sebenarnya sedikit penasaran dengan noda darah pada baju Reval malam itu. Hanya saja, ia tidak tau harus bagaimana untuk memeriksanya, dikarenakan Ainuu yang mengenakan pakaian tertutup.
Tanpa sengaja, saat papa Dista melintas di depan kamar Reval yang sedikit terbuka, ia melihat Ainun yang tengah melepas hijab dan kepalanya yang berbalut perban. Tidak hanya itu, bagian belakang punggungnya juga tampak memar. Semua itu di lihat langsung oleh Papa Dista, namun karena masih adanya rasa benci, ia memilih untuk tidak peduli dan mengabaikan.
Begitu banyak ingatan akan ketersiksaan Ainun karena Reval di rumah itu yang terus tersusun dalam fikiran papa Dista. Hingga sampai di titik saat buka puasa bersama namun Reval justru tidak hadir. Reval juga lebih memilih keluar bersama Ressti di bandingkan bersama dengan keluarganya. Tentu akan sangat besar kekecewaan yang dirasakan papa Dista pada Reval.
Saat Papa Dista mengangkat pandangan dan menatap wajah putranya, ingatan saat tembakan yang menembus tubuh Ainun terulang lagi. Wajah yang semakin memucat dan aliran darah terus berputar di kepalanya.
.....
Ingatan itu sangat membekas dalam ingatan Papa Dista. Ia sangat kecewa dengan semua sikap putranya yang tidak peduli dengan perasaan Ainun. Terlebih saat Reval berbohong tentang kepergiannya ke luar kota, namun ia justru pergi bersenang-senang dengan Ressti. Hal itu membuat Papa Dista tidak bisa bernafas lega karena kekesalan yang belum di lepaskan.
"Sudah cukup!
Terimakasih atas kepeduliannya DOKTER.
Tapi kamu mungkin lupa, bahwa saya juga dokter bedah terbaik di rumah sakit ini.
Jadi kamu tidak perlu repot-repot memikirkan tentang perawatan putri saya Ainun , Dokter.
Kamu boleh pergi. Dan urus saja Istrimu!
Jangan pedulikan keluarga saya!" Menatap dengan tegas.Reval seperti di sambar petir mendengarnya. Ia tidak menyangka dengan ucapan ayahnya yang terdengar seperti jawaban dari orang asing. Begitupun dengan orang-orang yang ada di tempat itu. Mereka tampak menatap satu sama lain dengan mimik wajah kebingungan.
Memang terdengar sarkas, namun itu adalah bentuk cinta dari ayah pada putrinya. Karena sekarang, cinta papa Dista bukan lagi hanya sebatas mertua dan menantu, namun lebih jelas dari itu. Cinta layaknya ayah dan anak, dan itu tidak bisa di tepis lagi. Ia hanya membela dan melindungi putrinya, tidak lebih. Sebab mungkin, Ainun sudah terluka cukup lama atas semua yang di lakukan Reval.
Satu hal yang sudah di ketahui banyak orang di rumah sakit itu adalah, Papa Dista yang juga adalah seorang dokter ahli bedah. Kemampuan yang sama dengan putranya Reval, ternyata ia wariskan dengan persis. Jadi tidak heran jika Papa Dista juga sangat di segani. Namun, insiden yang menimpa salah satu putra kembarnya beberapa waktu lalu membuat kondisinya sendiri tiba-tiba menurun. Hal itulah yang membuat Papa Dista mengalami kelumpuhan pada kedua kakinya. Sehingga ia memutuskan pensiun dan melimpahkan kekuasaannya pada Reval yang juga merupakan pewaris tunggal keluarganya.
Terlepas dari itu, dengan perasaan yang masih campur aduk, Papa Dista pergi meninggalkan mereka semua. Ia masuk ke dalam ruang operasi dan akan memeriksa keadaan Ainun. Hal itu ia lakukan agar mempermudah mengetahui jenis pertolongan yang harus dia lakukan sebagai dokter bedah pengganti. Namun, baru saja ia menginjakkan kakinya di dalam ruangan itu, ia mendadak terdiam dan menatap dengan ekspresi terkejut ke arah Ainun.
KAMU SEDANG MEMBACA
AINUN s.2 [On Going]
RomanceKisah bermula setelah pernikahan megah nan mewah itu. Perasaan yang perlahan mulai tumbuh di antara keduanya ternyata menjadi Boomerang. Karena sumpah yang Reval utarakan sebelumnya mungkin saja akan membuatnya harus berjuang melindungi sang istri d...