PARACETAMOL

533 37 9
                                        

"kamu yang bener aja dooong. Masak pake baju kayak gini lagi?" Reval masih merengek tidak terima.

Setelan baju yang Ainun siapkan pagi itu ternyata masih sama seperti hari kemarin. Baju itu tentu milik almarhum Revan dan akan di pakai kembali oleh Reval. Namun, karena Reval masih tidak terbiasa dengan model pakaian itu ia terus menolak dan tidak mau memakainya. Pakaian ternyaman adalah kemeja dengan setelan jas mewah yang tampak berkarakter menurutnya. Rengekan Reval tidak di hiraukan, Ainun hanya tertawa kecil saat meninggalkan ruangan itu setelah puas menjaili suaminya. Belum saja Ainun menuruni tangga teriakan Reval terdengar menggema hingga di ujung ruangan.

"Ainuuuun" kekesalannya semakin menjadi saat lemari pakaiannya yang telah terkunci rapat. Tidak hanya itu, ruang ganti husus di kamarnya juga ikut terkunci yang di mana semua barang hingga pakaiannya berada di sana.

Memaksa Reval memakai pakaian milik Revan tentu memiliki tujuan tersendiri dari Ainun. Ia tidak bermaksud mengubah apapun dalam diri suaminya itu, namun kerinduan Mama Ayu dan papa Dista pada almarhum Revan yang membuatnya melakukan hal itu pada Reval. Setidaknya perasaan rindu mereka sedikit terobati setelah melihat Reval.

Cup, cup, cup, cuuup.
Membelai punggung Reval. Tangan mungil Ainun mengusap rambut Reval untuk sedikit menghiburnya. Reval sendiri tidak menolak tindakan Ainun terhadapnya, namun wajahnya masih menggerutu kesal.

"Awas aja, aku pasti akan balas" batin Reval kesal.

Meski terpaksa, pakaian milik almarhum Revan kini melekat pada tubuhnya. Kedua orang tuanya menyadari tingkah mereka dan hanya menggeleng dengan wajah bahagia.

"Re, libur nanti kamu ajak lah Ainun main ke butik Mama. Dia kan gak pernah liat-liat ke sana!" Pinta Mama Ayu yang sibuk menghidangkan sarapan pagi itu.

Reval merengut kesal, namun tangannya masih tetap sibuk melahap sarapannya.

"Liat nanti deh" singkat Reval yang kini telah selesai dengan sarapannya.

Syarat ke 4 :
Jalan-jalan

Sebuah panggilan telepon masuk pada handphone milik Reval. Perasaan gembira kini merasuki dadanya.

_Paracetamol_
"Siapa Paracetamol?" Tanya dr. Adelia ketika berada di ruang rapat pagi itu.

Reval tidak menjawab, namun gerak geriknya seolah menunjukkan adanya rahasia besar. Sambaran cepat ketika meraih handphone miliknya di atas meja membuat dr. Adelia tersentak kaget.

"Yeee, biasa aja kalii" gerutu dr. Adelia dengan wajah kesal.

Setelah meninggalkan ruang rapat, Reval terburu-buru untuk menjawab panggilan telepon itu, akan tetapi belum sempat jarinya menekan layar handphonenya panggilan itu berakhir begitu saja.

"Wah, waaah. Semudah ini aku di permainkan ya" wajah Reval mendongak kesal dan tidak percaya.

Dengan perasaan jengkelnya, Reval mengulang panggilan telepon itu lagi.
Dan tidak lama, suara terdengar setelah panggilannya di jawab.

"Telepon ulang!" Tegas Reval.

Ainun melotot kaget pada layar handphone miliknya setelah panggilan itu di matikan tiba-tiba oleh Reval. Raut wajah Tanti di sebelahnya juga tidak kalah kaget mendengarnya. Terdiam sejenak, Ainun kembali menekan panggilan untuk Reval sesuai perintah.

"Hallo, Assalamualaikum" membuka dialok.

"Waalaikumussallam, ada apa?"

"Mas, hari ini aku gak bisa ke sana. Mama minta di temenin ke masjid untuk tauziah Ustadz Yusuf, gak apa-apa kan?" Meski sebelumnya sempat ragu dengan pertanyaan itu, namun Ainun harus tetap meminta izin pada suaminya.

AINUN s.2 [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang