"heeh... Gimana??" dokter ayu itu mulai bersuara.
"Apa ada kemajuan?" tambah ustadz Yusuf penasaran. Keduanya tampak menunggu jawaban Devan dengan sabar.
"Hhahhh... Belum!" layu. Tubuh laki-laki jenjang itu terduduk lesu.
"Sabaar!! Gak papa kok. Kan selama ini kak Re juga tetap bisa ketemu tiap hari kan?!"
"Nah,, bener tuh kata Lia. Kamu kan juga dokter. Pasti tau lebih ditail soal itu. Jadi, sabar lagi aja!" ustadz Yusuf kembali menambahkan.
Tanpa jawaban. Reval hanya terlihat menatap kosong keadaan di sana. Memang benar apa yang ia dengar, namun tidak semua orang tau tentang perasaan rindunya saat ini. Namun meski Reval juga ingin ingatan sang istri cepat kembali, ia juga takut jika dengan kembalinya ingatan itu akan membuat Ainun semakin membencinya. Sebab sekarang saja Ainun terlihat seperti terganggu dengan keberadaannya di sana. Lalu bagaimana dengan yang lainnya nanti.
"Oh ya, kandungan kamu gimana dek?" mengalihkan pembicaraan. Reval melihat ke arah perut buncit dokter Adelia yang semakin membesar.
"Sudah masuk 5 bulan ya sayang?!" ujar ustadz Yusuf.
"Iya, lima bulan lebih beberapa hari lah."
"Ooh.. bagus lah!"
"Kenapa kak?"
"Gak kenapa-kenapa. Bagus aja, karena kamu kelihatan sehat dan gak capek. Itu berarti dede bayinya juga sehat di dalam."
"Iya Alhamdulillah,"
Tanpa mereka sadari, Ainun yang duduk tidak jauh dari sana menyimak percakapan itu. Bukan karena penasaran, hanya saja suara obrolan mereka yang terbilang keras. Namun dengan ekspresi acuh, Ainun terlihat tidak perduli ketika Tanti melihat kearahnya. Seolah Tanti melihat bahwa Ainun benar-benar tidak tertarik dengan obrolan mereka, padahal Tanti sendiri juga menyimak percakapan itu.
"Sudah yuk!" ajak Ainun tiba-tiba. Tubuhnya beranjak bangkit dari duduknya dengan cepat.
"Hah, udah? Tapi makanan aku belum habis, gimana dong?"
"Ya udah habisin cepat! Aku tunggu di ruang ganti nanti."
"Kamu mau langsung pulang?"
"Enggak lah. Kan tinggal ruang rapat dokter Yudistira yang belum di bersihkan."
"Oh iya, ya. Ya udah ayo!" Tanti beranjak pergi. Namun seketika tertahan oleh Ainun yang memaksanya duduk kembali.
"Heh.. itu makanya di abisin dulu. Gak boleh mubazir!"
"Hehe,, iya iyaa"
"Habiskan aja makannya. Nanti kamu nyusul belakangan!"
"Oke oke!"
Ainun yang melangkah melewati ketiga orang yang duduk dan membahas tentang dirinya sebelum itu dengan langkah santai dan tenang. Ia tidak penasaran atau pun peduli ketika ia merasa tengah di perhatikan oleh ketiga orang tersebut. Baik itu Reval, dokter Adelia dan Ustadz Yusuf, ia acuhkan.
Namun, hal yang membuat Reval terus menatap istrinya hingga akhir adalah karena Ainun yang berjalan membelakanginya sembari menguncir rambut panjangnya. Untaian rambut yang memanjang itu di ikat sembarang oleh Ainun hingga tampak tidak terlalu rapi. Namun bukan itu saja, wajah Ainun kini semakin tampak lebih jelas dari sebelumnya. Lebih cantik. Sehingga Reval tidak lagi mampu berpaling hingga tubuh istrinya benar-benar lenyap dalam pandangannya.
"Eh. Yang tadi itu siapa? Cantik banget sumpah!"
Seorang pengunjung laki-laki yang terlihat masih sangat muda dari Reval bersuara. Ia mananyakan gadis yang baru saja keluar yang tidak lain adalah istri Reval pada temannya. Jelas ia penasaran sehingga ia juga memang sudah memperhatikannya sejak Ainun masuk ke kantin itu pertama kali.

KAMU SEDANG MEMBACA
AINUN s.2 [On Going]
RomanceKisah bermula setelah pernikahan megah nan mewah itu. Perasaan yang perlahan mulai tumbuh di antara keduanya ternyata menjadi Boomerang. Karena sumpah yang Reval utarakan sebelumnya mungkin saja akan membuatnya harus berjuang melindungi sang istri d...