SUMPAH

486 32 2
                                    

Reval yang malam itu tiba-tiba pulang tengah tergesa-gesa menuju kamarnya. Kemeja berlengan panjang namun terlipat, juga kemeja berwarna putih dengan bawahan celana kain berwarna hitam tampak sedikit berantakan masih ia kenakan.

"Saya segera kembali. Saya cuma mau ambil beberapa berkas di rumah" suara Reval tergesa-gesa saat langkahnya menaiki anak tangga sambil berbicara dengan seseorang dalam panggilan teleponnya.

Prraak,
Suara pecahan barang terdengar jelas dari luar tempat Reval berdiri. Suara itu terdengar melalui kamar miliknya yang tampak terbuka lebar. Tanpa berkata-kata ia mematikan panggilan telepon itu lalu berlari ke arah sumber suara. Ainun yang berdiri membatu di dekat ranjang sambil menatap kabin yang penuh dengan pecahan kaca dari sebuah foto.

"Brengsek. Gadis sialaaaan" teriak Reval di ambang pintu kamarnya.

Ainun yang mendengar teriakkan itu terkejut setengah mati. Ia tidak tau harus berbuat apa di samping tangan kanannya yang tidak bisa ia gerakkan. Ia kini terbidik ngeri melihat kemarahan dari suaminya akibat foto yang tidak sengaja ia jatuhkan. Tangan kekar Reval mencengkeram lalu menyeret tubuh kecil Ainun menuju kamar mandi seperti biasanya.

Mata Reval seperti sudah tertutup dan tidak lagi memperdulikan meski yang ia pukul adalah seorang perempuan. Kemarahannya kian membara ketika Ainun berulang kali meminta maaf padanya. Bukannya meredam pukulannya, Reval semakin membabi buta dengan hantaman tangan kekarnya yang menerpa tubuh dan wajah Ainun. Semakin mendengar suara gadis itu, Reval semakin membenci ketika mendengarnya.

"Maaf maaas,, maaaf" pekik Ainun terus memohon.

Hiks,hiks, tangis Ainun samar karena ia semakin merasa lemah akibat pukulan itu.

Tidak banyak perlawanan yang mampu Ainun lakukan karena kekuatan Reval jelas jauh di atasnya. Kini ia hanya pasrah jika karena sikasaan itu akan membunuhnya.

"Saya sudah sedikit berbelas kasih. Tapi anda semakin tidak tau diri" tegas Reval dengan suara tinggi.

"Hiks, hiks, maaf maaas. Aku gak sengaja"

"Saya menerima pernikahan ini karena terpaksa. Dan jika bukan karena mama, saya sudah menyeretmu keluar dari rumah ini" sambung Reval semakin marah.

Tidak ada jawaban yang Ainun bisa berikan selain tangisnya.

"Kenapa gadis sepertimu bisa terlahir ke dunia ini? Orang sepertimu hanya bisa mengahncurkan hidup keluarga saya. Apa anda sengaja mendekati mama saya suapaya anda bisa masuk ke dalam keluarga saya, karena keluarga saya kaya kan?"

Masih dengan tangisnya, Ainun hanya melindungi kepalanya dari pukulan Reval yang tak berhenti.

"JAWAAB!!!" gertak Reval.

"Kamu yang melamar saya mas. Kamu juga yang meminta mama untuk segera menikahi aku secepatnya. Apa mas lupa?" Sanggah Ainun.

"Mustahil, saya tidak pernah mencintai siapapun selain istri saya. Dan saya tidak akan pernah mencintai siapapun selain istri saya. NGERTI!" Reval sejenak menatap tajam ke arah Ainun yang terkulai lemas di bathtub kamar mandinya.

"Lalu maksud mas yang mengatakan mencintai saya dulu itu apa. Bohong? Untuk apa mas, apa mas lupa dengan ucapan mas sendiri?!" Jawab Ainun yang mulai merasa pusing pada kepalanya.

"Saya bersumpah, cinta saya tidak untuk gadis manapun kecuali istri saya. Dan orang__" Ainun memotong ucapan Reval dengan cepat.

"BOHONG!" triak Ainun.

"Anda sengaja kan. Karena sebenarnya anda yang mencintai saya, lalu merayu mama agar kita segera dinikahkan. Iya kan"

Bangkit dari duduknya, Reval memalingkan wajahnya ke arah lain. Setelah mengambil nafas panjang, Reval kembali membuka suara dengan tegas dan lantang.

AINUN s.2 [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang