Medical check up

419 40 31
                                    

"hari ini kamu jadi ke rumah sakit kan mas?" Tanya dokter cantik itu dengan lembut di ruang makan.

"Jadi. Mungkin agak sore, mas harus ke restoran dulu sebentar"

"Kak. Hanan pinjam motornya ya, nanti kakak pakai mobil aja!" Hanan tiba-tiba menyela pembicaraan.

"Mau kemana?
Tumben keluarnya mau pakai motor" suara Umi Dania sedikit meledek.

"Mau ketemu cewek cantik" menjawab singkat. Namun membuat semua orang seketika menjadi bungkam dan saling menatap.

....

Dalam perjalanan, langkah melambat di iringi hembusan angin pagi yang sedikit terasa berdebu. Ainun tengah menyusuri tepian trotoar untuk menuju suatu tempat.

Tiiit,
Klakson motor yang terdengar nyaring membuat Ainun semakin menepi dan berhenti. Seorang pemuda berperawakan sedikit lebih tinggi dari Ainun mengenakan baju koko berwarna coklat pastel, celana kain hitam dan juga berpeci hitam menyapa hangat dengan senyum. Tampak tidak asing lagi, selain motor yang ia gunakan dan wajah yang cukup mirip membuat Hanan mudah di kenali. Sedikit mengejutkan, kedatangan Hanan tentu bukan tidak tanpa alasan.

"Kak In apa kabar?" Pertanyaan itu seperti terdengar dengan maksud melepas rindu. Mereka duduk bersama di sebuah taman di dekat jalan raya.

"Baik. Kamu dan keluarga gimana?"

"Alhamdulillah, kami semua baik.
Sebenarnya ada yang Hanan mau sampaikan" ucapan itu sempat tertahan sejenak, sebelum ia lanjutkan.

Tidak mendapat jawaban, Ainun hanya menatap sesaat karena penasaran.

"Beberapa bulan lagi Hanan akan berangkat ke Mesir. Hanan diterima di salah satu kampus di sana, dan Hanan akan melanjutkan sekolah ke sana"

"Adik pintar!" Sedikit mengusap kasar punggung pemuda itu karena rasa haru dan bangga.

"Kak In bangga dengarnya"

"Tapi, ,
Hanan merasa sedikit khawatir" tidak ada tatapan berarti, ia hanya melpas pandangan ke arah lain.

"Kenapa?
Umi sakit?
Atau ada masalah di rumah?" Pandangan Ainun berubah gelisah.

"Bukan begitu.
Hanan khawatir sama kak In" kini pandangan Hanan beralih dan menatap lugas gadis bercadar di sampingnya.

"Khawatir kenapa?
Kakak baik-baik aja kan.
Lagian tidak ada yang perlu di fikirkan tentang kakak"

"Enggak tau. Hanya ada perasaan khawatir aja, tapi mungkin ini cuma perasaan aku aja"

"Tenang aja!"

Hening sesaat. Hanan menarik nafas panjang lalu menghembuskannya dengan tergesa-gesa. Wajahnya mendongak menatap langit dengan menutup matanya yang merasa silau.

"Cobak kak In belum nikah ya,,
Pasti Hanan gak jomblo" celetuk pemuda itu yang terdengar sedikit berguyon namun terdengar nyata.

Ainun terkekeh geli mendengarnya. Bagaimana bisa bocah yang baru lulus sekolah berkata seperti itu. Karena ia bahkan belum tentu faham dengan dunia percintaan yang sebenarnya sangat rumit. Dan meski ia tidak menjawab, namun keseriusan itu membuat keduanya terdiam dan hening cukup lama.

"Aku ganteng kan?
Masak kak In gak mau?" Keheningan itu pecah setelah Hanan kembali menggoda.

"Ha,ha,ha" tawa garing yang di paksakan.

"Lumayan,
Tapi kamu masih tidak setinggi bang Yusuf. Jaaadii,,
Tambah tinggi kamu dulu, minimal sama rata dengan abang.
Setelah itu,
Mungkin kakak bisa sedikit mempertimbangkan" ledekan itu juga jual mahal membuat Hanan menatap dengan jengkel.

AINUN s.2 [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang