"awaaas, jangan lewati batas!" Berusaha memperingatkan Reval dengan mempertegas menggunakan satu jari.
"Halaah, paling juga nanti kamu yang merapat sendiri" sindir Reval tanpa menoleh.
Tirai putih transparan itu masih membatasi tubuh keduanya. Masing-masing sisi terisi penuh oleh tubuh keduanya, namun jarak tengah di antara keduanya cukup jauh memanjang. Ainun yang mulai mencoba tidur tanpa menggunakan jilbabnya kini hanya menghampar bebas rambut panjangnya. Dari lirikan melalui ekor matanya, Reval mulai kehilangan fokus pada pekerjaannya. Seketika itu juga ia menutup layar laptopnya dan beralih melempar pandangan pada istrinya.
Tangan yang menyangga kepalanya menerangkan betapa candunya mata Reval melihat gadis cantik yang tidak lain adalah istrinya. Ainun tidak peduli dengan hal itu dan hanya fokus pada komiknya meski telah berulangkali membacanya.
"Seseru itu ya ceritanya?" Pancing Reval agar mendapat perhatian dari sang istri.
"He' em" singkat Ainun.
"Kalau gitu kamu punya tokoh pavorit dong" sambung Reval tidak menyerah.
Ainun akhirnya tergiur untuk mengobrol lalu ia kemudian menutup buku komiknya. Sejenak menghela nafas, lalu duduk bersila menghadap Reval.
"Punya, banyak banget. Mungkin hampir semuanya"
"Gak ada yang jadi paling pavorit?"
"Ada, dua orang"
"Siapa?"
"Uciha Obito dan uciha Itachi"
"Pasti karena ganteng kan" nada suara Reval cukup menyepelekan.
"Enggak juga kok. Kalau mas tau kisah lengkapnya mas akan ngerti kenapa aku suka sama kedua karakter ini" jelas Ainun.
"Okeee, kalau gitu ceritain"
"Enggak ah. Mas baca, atau nggak nonton aja animenya. Panjang tau ceritanya" bantah Ainun yang kini duduk dengan bersandar di bahu ranjangnya.
Nyatanya Reval tidak berfokus pada ucapan Ainun melainkan hanya mata yang tak lepas memandang. Sorot matanya menatap penuh kekaguman pada apa yang ada di hadapannya, meski masih terhalang tirai rupanya itu tidak mengurangi perasaannya.
"Coba lihat jurus ini" tangan Ainun mengikis cepat tirai itu lalu mempraktekkan tangannya membuat jurus seperti yang ada di dalam komik yang telah ia baca.
Kelopak mata Reval kian terangkat dengan alis yang kian menjuntai mengangkat ketika menyaksikan tingkah istrinya. Sedikit takut mengumbar senyum, namun sudut bibirnya kian tertarik melebar.
"Itu jurus apa?" Tanya Reval yang kian tertarik pada topik pembicaraan mereka.
"Mugen Tsukoyomi" masih dengan mempraktikkan beberapa gerakan tangannya berulang kali.
"Mm, jurusnya pasti langsung bisa mematikan lawan kan" mencoba menebak dengan firasatnya.
"Hahaha,,,enggak sejahat itu lah" tertawa puas mendengar penuturan suaminya.
"Nanti mas cari tau aja lah. Aku capek mau tidur, haha" sambung Ainun dengan sedikit gelak tawanya.
"Oh ya mas, dulu mas inget gak pernah bilang kalau almarhum Revan meninggal karena bunuh diri. Tapi itu kan gak terbukti valid" Tanya Ainun merubah topik pembicaraan.
"Iya, kenapa?"
"Kok kenapa? Mas gak berfikir kalau almarhum Revan itu sebenarnya bukan meninggal karena bunuh diri. Bisa aja korban atau bisa juga pembunuhan. Mas gak curiga?" Sedikit menekan pertanyaannya.
"Dia sudah di tangani dokter kepercayaan papa. Apa yang kamu maksud ini sebenarnya?" Merengutkan dahinya penasaran.
"Aku tidak menuduh siapapun ya. Tapi apa mas gak mau menyelidiki kasus ini lebih serius lagi, ini tuh sudah termasuk kematian gak wajar mas. Coba deh fikirin dulu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
AINUN s.2 [On Going]
RomanceKisah bermula setelah pernikahan megah nan mewah itu. Perasaan yang perlahan mulai tumbuh di antara keduanya ternyata menjadi Boomerang. Karena sumpah yang Reval utarakan sebelumnya mungkin saja akan membuatnya harus berjuang melindungi sang istri d...