Di tepi pantai, dr. Reval yang tengah berdiri dengan setelan pakaian berwarna serba hitam tengah menabur guguran bunga mawar merah untuk mendiang istrinya. Hal itu sudah biasa dia lakukan setiap tahunnya, dan ini memasuki tahun ketiga setelah kematian istrinya. Meski baginya sang istri masih hidup, namun ia melakukan itu hanya untuk menghibur dirinya yang selalu merindukan mendiang istrinya. Bahkan saat ulang tahun istrinya dr. Reval juga selalu datang ke sana dengan sebuah kado juga kue untuk tetap merayakan ulang tahun istrinya. Entah perasaannya yang sangat dalam atau rasa penyesalannya yang akhirnya membuat dr. Reval seperti itu.
"Aku tidak pernah berubah sayang. Jadi kapanpun kamu pulang, aku akan tetap menjadi orang yang sama seperti yang kamu suka" ucap dr. Reval dengan mata berkaca-kaca saat menabur bunga di tepi pantai.
Dari kejauhan, orang misterius tengah memantau dan beberapa kali memotret Reval.
"Itu hukuman yang pantas kamu dapatkan" tutur orang itu setelah mobil hitamnya melintas di belakang Reval.
Setelah beberapa lama di sana, dr. Reval pergi meninggalkan tempat itu dengan perasaan rindu yang teramat sangat pada istrinya.
"REVAN. KAMU BISA BANTU AKU KAN" ucap Ainun yang terduduk sedih di dalam kamar milik almarhum Revan sambil menggenggam satu-satunya foto Revan di kamar itu.
"Hiks, Dulu kamu bilang akan menyelamatkan aku. Tapi kenapa aku harus tersiksa lagi di sini. Hiks, hiks" sambung Ainun dengan tangisnya.
Beberapa bulan sebelumnya,
[ "Lagi liat apa?"Sebuah suara tiba-tiba terdengar mengagetkan Ainun yang bersembunyi dan mengintip dari ujung tembok masjid. Karena terkejut, ketika Ainun berbalik untuk melihat orang yang menyapanya dari belakang, tanpa sengaja cadar yang belum sempat terpasang kuat kini terlepas begitu saja.
Kini kedua pasangan mata tengah menatap satu sama lain. Revan yang mematung ketika melihat Ainun tanpa cadarnya tak bergerak sedikitpun. Sedangkan Ainun terburu-buru memakai cadarnya kembali.
"Aah, maaf maaf" wajah yang sebelumnya tertegun kaget Revan tundukkan seketika untuk menghormati privasi Ainun.
Itulah hari pertama Revan melihat wajah asli Ainun tepat di hadapan, setelah mengikutinya cukup lama. Hoodie berwarna abu polos, tas ransel yang cukup besar dengan jeans sobek terpakai pada tubuh tinggi dan kekar milik Revan. Sebuah kamera juga menggelantung di dadanya seperti biasanya.
Setelah mereka berhasil bersembunyi dan pergi dari masjid itu karena menghindari Mama Ayu, kini mereka duduk menepi di tepian sungai yang tidak jauh dari sana.
"Kenalin aku Revan" sapa revan memecah keheningan.
"Reval?" Karena jarak dari keduanya cukup jauh, suara di antara keduanya menjadi samar-samar terdengar oleh satu sama lain.
"Iya" Revan yang tidak mendengar jelas, hanya menjawab singkat.
Sebelumnya Ainun sempat mengira bahwa Revan adalah orang dari kalangan yang sama seperti dia. Namun, tanpa ia sadari Revan adalah anak dari Mama Ayu yang beberapa hari lalu memintanya untuk menikah dengan anaknya. Setelah pertemuan itu, keduanya cukup dekat meski Ainun masih kerap menghindar dari Revan. Ia menerima pertemanan dengan Revan karena berfikir bahwa dia tidak akan mendapatkan nasib seperti saat bersama ustadz Yusuf.
Hingga pada suatu hari, saat Revan datang dengan membawa mama Ayu untuk melamar Ainun secara langsung. Sebelumnya Revan memang telah melamar Ainun, dan di minta untuk menunggu beberapa waktu untuk Ainun berfikir dan mempertimbangkan keputusannya.
Siapa sangka, Mama Ayu yang sudah sangat lama menunggu Ainun kini telah menerima lamaran Revan putra kembarnya untuk menikahi gadis yang sama yang di inginkan Revan. Kebahagiaan tentu menyelimuti mereka setelah lamaran itu di terima.
KAMU SEDANG MEMBACA
AINUN s.2 [On Going]
RomanceKisah bermula setelah pernikahan megah nan mewah itu. Perasaan yang perlahan mulai tumbuh di antara keduanya ternyata menjadi Boomerang. Karena sumpah yang Reval utarakan sebelumnya mungkin saja akan membuatnya harus berjuang melindungi sang istri d...