"mana orangnya mas?"
Bukannya memesan makanan, Ainun justru terus mendesak Reval. Berulang kali ia tanyakan hal yang sama pada suaminya itu. Namun jawabannya tetaplah sabar dan menunggu sebentar lagi. Meski sedikit gelisah, Reval terus berusaha menenangkan Ainun yang emosinya masih sering meledak-ledak. Ia khawatir jika terus membuatnya marah, dia bisa saja membuat kekacauan di sana.
"Kamu bohongin aku ya?" berubah datar. Ucapannya tersebut terdengar jelas namun memelan.
Reval membeku. Lidahnya kelu, dan tidak bisa berkata-kata. Ia tau dengan ucapan istrinya itu memang benar, namun pilihan tidak bisa ia buat berubah begitu saja.
"Kakaaaaak,,," teriakan gadis kecil di ujung pintu masuk mengalihkan pandangan Ainun.
"Ima kangeeen banget" memeluk erat separuh dari bagian tubuh Ainun.
Melihat itu, Reval akhirnya bisa sedikit bernafas lega. Ia bahkan tersenyum lebar setelah Ainun menimpali gadis kecil itu dengan pelukan yang tak kalah erat.
"Aku titipkan Ima untuk sementara. Tapi ingat, jangan buat hal yang bisa membuat mereka lebih terpuruk lagi. Atau kamu akan tau akibatnya!" Pertemuan ustadz Yusuf dengan Reval tidak berlangsung lama. Namun, ustadz Yusuf berulang kali memperingatkan Reval.
Reval tidak menjawab, ia hanya melempar pandangan pada kedua gadis yang tengah bermain di sisi lain. Sebelumnya Reval setuju atas rencana yang sempat di jelaskan ustadz Yusuf padanya, ia juga sangat geram mendengar penjelasan tentang adanya kesengajaan terhadap kematian kedua orang tua dari istrinya. Ustadz Yusuf sempat menghampiri keduanya, sebelum ia beranjak pergi.
"Ima, kalau kamu merasa tidak nyaman. Kamu tau kan nomor telepon paman?"
Ima hanya mengangguk pelan sambil sesekali melirik ke arah Reval.
"Kamu langsung telpon. Paman akan langsung datang jemput. Oke!"
"Oke. Makasih ya paman"
"Siap Tuan putri " Reval mengelus manja kepala gadis kecil itu. Selanjutnya ia hanya mentap iba pada Ainun sebelum beranjak pergi.
Perlahan namun pasti, tubuh Reval mencoba untuk mendekat ke arah keduanya. Tak lupa, Reval menyapa dengan senyum tulusnya pada mereka berdua. Sepertinya Ainun memang sudah lupa dengan apa yang di janjikan Reval sebelumnya, tentang pertemuan mereka dengan orang tua Ainun. Ia sebenarnya sangat terpaksa mengatakan itu, karena tidak punya alasan lain untuk mengajak Ainun keluar.
Praaak,
Gelas yang ada di genggaman Ainun tiba-tiba terlepas. Bahkan beling dari pecahan itu berguguran ke segala arah. Ada hal aneh yang di rasakan pada tangan kanannya, sebab rasa sakit yang kerap di rasakannya dulu kini semakin merabak hingga ke pergelangan tangan dan mencapai siku dan bahkan rasa sakitnya saja sudah melebihi sebelumnya."Ya Tuhan, kamu gak papa kan sayang" Reval mencoba memeriksa tangan Ainun yang saat itu masih tampak terkejut.
"Lepas. Aku gak papa" secepatnya menepis pertolongan Reval.
Sejujurnya rasa sakit itu masih ia rasakan. Namun, ia tidak mau menunjukkannya di hadapan semua orang termasuk adik kecilnya yang juga terlihat khawatir. Reval yang menerima perlakuan itu tidak bergeming. Ingin rasanya ia memaksakan diri untuk memeriksa keadaan istrinya itu, namun penolakan itu sudah sangat cukup membuat dirinya sadar. Bahkan tatapan matanya saja terlihat sangat berbeda, dan bagaimana mungkin Reval bisa terus memaksa keadaan.
"Kita pulang aja" ajak Ainun pada Ima yang saat itu juga beranjak pergi meninggalkan Reval yang masih berdiri mematung di tempatnya.
Sedikit menggigit bibir dalamnya, Reval memang sempat menatap punggung sang istri dengan mata berkaca-kaca. Bahkan dalam keadaan seperti ini saja ia tidak bisa menenangkan istrinya. Dadanya terasa sesak, dengan sikap dan ucapan Ainun yang terdengar sangat asing padanya. Sebab tidak lagi ada tatapan mata yang menyipit karena senyuman yang tertutup cadar, atau ucapaun ucapan manja saat menginginkan sesuatu darinya. Kesalahan terbesar yang ia buat adalah membuat kesabaran seseorang telah mencapai titik lelah dan itu tidak bisa ia ulang sebagai bentuk permintaan maaf.
KAMU SEDANG MEMBACA
AINUN s.2 [On Going]
RomanceKisah bermula setelah pernikahan megah nan mewah itu. Perasaan yang perlahan mulai tumbuh di antara keduanya ternyata menjadi Boomerang. Karena sumpah yang Reval utarakan sebelumnya mungkin saja akan membuatnya harus berjuang melindungi sang istri d...