Waktu

214 27 10
                                    

Air mata laki-laki yang usianya sebentar lagi memasuki kepala tiga seketika meluruh. Selain degup jantung yang menjadi irama, desir angin tampaknya turut menggugurkan daun mati perlahan-lahan.

"Assalamualaikum"

Srrrt...
Tirai putih itu merapat berhimpitan untuk menepi. Terkikis singkapan tangan kekar Reval dikala ia akan menemui Ainun. Keheningan membalut seluruh ruangan. Pemandangan yang Reval saksikan sejak terakhir kali tampak tidak sedikitpun mengalami perubahan. Kondisi Ainun, alat-alat medis, semuanya masih sama dan tidak berubah meski Reval tidak pernah bertemu sejak lebih dari satu bulan yang lalu.

Ketukan langkah kaki terdengar samar hingga mampu di kalahkan oleh isak tangisnya sendiri. Reval bahkan telah kehilangan berat badannya cukup banyak, sehingga ia terlihat cukup kurus bahkan dengan rambutnya yang sudah sangat panjang. Apa mungkin karena tidak ada seorangpun yang mengurusnya? Seperti saat ia bersama Ainun dulu.

"Pagi istri aku yang paling cantik. 100 kali lebih cantik dari Rapunzel" ucapannya tercekat sesak pada dadanya.

Berulang kali ia mengusap air matanya. Namun air matanya bahkan tak pernah mengering saat ia mulai membuka pintu kamar sunyi itu. Bagaimana tidak, ini merupakan hari pertama ia bisa bertemu dan mengobrol dengan istrinya, semenjak kejadian malam itu.

"Sayang..
Apa kamu tau, ini sudah bulan ke empat setelah lebaran. Dulu kamu bilang mau berfoto dengan keluarga besar kan. Tapi kalau kamu tidur terus, gimana kita bisa mengambil gambar?" lagi-lagi air mata lelaki itu melebur. Sesak di dadanya membuatnya tidak bisa melanjutkan ucapannya.

"Jepang juga sudah melewati musim semi. Dan itu berarti kamu juga melewati waktu mekarnya bunga sakura.
__

Semua yang kamu inginkan kita lewati. Aku bahkan sangat benci solat di rumah. Solat sendiri itu ternyata gak seru, dan mas gak suka kalau doa mas gak ada yang aminkan kayak dulu.
__

Enggak ada yang ngalahin mas main domino. Enggak ada yang ajak mas ngobrol tentang segala hal. Gak ada yang berdebat dengan mas lagi, tentang kenapa pecel harus pakai kacang? tentang anime pavorit kamu.
Mas gak rindu, mas cuma kesepian. Mas sudah terlanjur terbiasa dengan semua hal tentang kamu"

Sejauh ini, Reval masih tidak berani menyentuh tubuh istrinya, meski itu hanya untuk melampiaskan kerinduannya. Manik mata cantiknya yang kian basah hanya berani menatap. Rasa trauma itu bahkan membuat ia berpikir akan melukai sang istri jika menyentuhnya. Genggaman kedua tangannya semakin kuat menggenggam kain celana hitam yang ia kenakan. Ia terus menahan diri agar tidak menyentuh tubuh istrinya.

Setelah cukup lama ia mencoba bertenang. Perhatian kecilnya beralih pada rambut panjang Ainun. Kain yang sebelumnya menutup kepala gadis bermata indah itu sedikit tersingkap angin, sehingga juntaian helai panjang rambutnya terlihat.

"Astagfirullah"

Keterkejutan itu seketika membuat Reval menarik tirai putih untuk menutup tempat mereka. Refleks yang sama seperti saat dulu Ainun lupa memakai cadarnya sehingga Reval mengambil kain untuk menutupinya.

"Ternyata selain rambut mas, rambutmu juga semakin panjang ya. Putri tidur yang sebelumnya Cinderella sekarang menjadi Rapunzel.
__

Bagaimana kalau nanti kita potong rambut sama-sama. Mas juga lagi belajar cara motong rambut perempuan. Jadi nanti kita bisa gantian saling motongin rambut"

Sudut mata bagian kanan Ainun meneteskan air mata untuk pertama kalinya. Emosinya seperti ikut membaur setelah mendengar perkataan Reval. Kontak batin mungkin telah membuat gadis koma sekian lama akhirnya menemukan alasan untuk bertahan hidup.

Bangku yang ia duduki sebelumnya Reval geser mundur. Ia berlutut dengan wajah tertunduk di hadapan Ainun.

"Jika kamu benci sama mas. Lakukan!
Hukum mas dengan cara apapun yang buat kamu lega. Bangun dan lakukan apapun agar kebencian kamh terlampiaskan!
__

AINUN s.2 [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang