"mana dr. Adelia?" Tanya lelaki bertubuh jenjang itu pada seorang perawat yang melintas di depan ruang kerjanya.
"Dia absen hari ini. Katanya gak bisa masuk karena kurang sehat dok"
Kepergian perawat itu membuat Reval berfikir sejenak. Ini adalah hal langka yang di lakukan dr. Adelia selama menjabat ataupun menggantikan posisi nya di sana. Karena apapun kendalanya ia akan menginformasikan kendalanya pada Reval atau jika tidak bisa masuk sekalipun ia akan menginfokan semuanya pada Reval lebih dulu. Meski ragu, Reval menghubungi nomor ponsel dr. Adelia untuk memastikan sesuatu.
"De, kamu ada masalah apa sampai lupa info sama kakak soal kamu yang gak bisa masuk kerja?" Tanpa basa-basi, Reval seolah menghujani dr. Adelia dengan pertanyaan yang terdengar buru-buru.
"Gak papa. Ade mau istirahat aja" cukup samar terdengar.
"Jangan coba-coba bohong!"
Diam. Hening. Gadis cantik itu tidak bisa menjawab pertanyaan itu karena rasa sesak di rongga dadanya. Cukup lama terdiam, kini justru isak tangisnya yang membuat Reval terkejut dan pemasaran.
"Jujur!
Biar kakak yang selesaikan masalahnya" berusaha menghibur."Aku di ceraikan mas Yusuf kak. Hiks hiks"
Seketika Reval terdiam membisu. Ia menatap kosong tempat itu dengan kedua pupil matanya yang kian membulat sempurna.
Ingatan singkat itu membuat Reval yang masih duduk di dalam mobilnya mengamuk tak karuan. Ia sadar, jika melepaskan istrinya kali ini maka hal yang ia khawatirkan pasti akan terjadi. Namun, dengan sangat terpaksa ia menginjak gas mobilnya lalu pulang dengan perasaan yang penuh kekecewaan.
.....
Satu Romadhon jatuh pada hari itu. Ainun yang berharap bisa saur dan berbuka puasa bersama suaminya kini pupus sudah. Hidangan yang tersaji hanya berupa sepiring nasi dan dua potong tempe kesukaannya. Sejujurnya Ainun tidak pernah jujur tentang hal ini pada siapapun, bahkan kepada Reval suaminya. Ia tidak memiliki alergi pada kacang-kacangan, namun karena paman yang merupakan Ayah sambungnya dan juga Ima keponakannya memiliki alergi yang sama pada makan itu, ia berpura-pura memiliki alergi yang sama. Hal itu bertujuan agar sang adik tidak merasa ingin ataupun mau memakan makanan yang mengandung kacang-kacangan. Makanan ini juga sebenarnya selalu mengingatkan ia pada almarhum ibu kandungnya yang sudah meninggal puluhan tahun yang lalu.
Setelah selesai melaksanakan ibadah saur, gadis cantik yang mengenakan cadar itu beranjak menuju masjid. Dan seperti yang telah di prediksi, ia tentu akan bertemu dengan ustadz Yusuf di sana. Namun kali ini, ia juga bertemu dengan Hanan yang juga turut melaksanakan ibadah shalat subuh di masjid itu.
Seusai itu, ustadz Yusuf yang sudah menunggu di luar masjid, hanya duduk bersandar di tangga sembari menikmati suasana pagi. Ainun yang menghampiri seperti sudah tau topik apa yang akan di bicarakan kini justru duduk dengan posisi yang cuku berjauhan.
"Abang sudah siapkan semuanya. Kamu gimana?"
"Kapan jadwalnya?"
"Besok atau lusa. Semua tergantung kesiapan kamu"
"Kalau besok?"
"Berarti kamu harus siap-siap dari sekarang. Maksud Abang, karena ini bukan operasi besar seperti yaydi katakan dokter di sana jadi gak harus di rawat lama. Tapi operasi itu harus puasa dulu!"
"Kalau kamu mau, kita bisa berangkat sekarang atau sore ini. Masalah ruangan atau kebutuhan kamu di sana, sudah Abang siapkan semuanya" lanjutnya penuh semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
AINUN s.2 [On Going]
RomantikKisah bermula setelah pernikahan megah nan mewah itu. Perasaan yang perlahan mulai tumbuh di antara keduanya ternyata menjadi Boomerang. Karena sumpah yang Reval utarakan sebelumnya mungkin saja akan membuatnya harus berjuang melindungi sang istri d...