perubahan

366 31 27
                                    

"jangan pernah coba mempermainkan perasaan Ainun lagi. Ingat itu baik-baik!" Tegas ustadz Yusuf.

Sebelum kepergian Reval, ia sempat di hentikan oleh ustadz Yusuf. Memang tidak banyak yang mereka bincangkan. Namun dari ancaman yang di katakan ustadz Yusuf, Reval menyadari satu hal. Masa lalu istrinya sangat berkaitan erat dengan ustadz Yusuf. Entah perasaan atau ada hubungan lain, namun yang pasti ustadz Yusuf memiliki perasaan lebih dari hanya sekedar kakak untuk Ainun.

....

Koper besar yang sudah terisi penuh dengan baju dan pakaian Ressti di bongkar kembali oleh Reval. Ressti merasa sangat sakit hati dengan apa yang terjadi di acara tadi. Dia memilih untuk pergi dari rumah itu, namun Reval bergerak cepat dan menghentikannya.

"Enggak, tidak ada yang akan pergi!" Kembali menyusun pakaian istrinya.

"Mas. Kita mungin saja sudah tidak bisa bersama lagi. Buar aku pergi aja. Hiks hiks" Ressti terisak-isak di hadapan semua orang.

"Tidak ada yang boleh pergi!" Reval semakin mempertegas suaranya.

"Kalau memang itu benar, apa perlu kita melakukan pernikahan ulang?" Lanjutnya.

"Lepas mas. Biarin aku pergi" memaksa pergi.

Belum jauh kakinya melangkah, di rasa kepalanya mulai berdenyut sakit. Ressti meremas rambutnya dengan kuat. Tubuhnya bahkan terperosok jatuh.

"Kamu kenapa sayang?" Tindakan cepat Reval membuat Ainun dan lainnnya terpatungn membeku.

"Kepala aku sakit mas" masih menekan keras kepalanya.

Reval membopong tubuh istrinya itu menuju ranjang. Ia juga mengamankan peralatan dokternya yang selalu ia sediakan di dalam kamarnya. Perhatikan sebesar itu membuat semua orang merasa iri. Termasuk Ainun yang masih kokoh berdiri tanpa sedikitpun berpaling. perasaannya kembali hancur melihat hal itu.

"Jangan diam aja. Ambilkan saya air CEPAT!" Suara Reval yang lantang terdengar jelas.

Semua pelayan berlari kocar-kacir. Hingga air minum itu sampai, Ainun membawakannya langsung ke hadapan Reval. Namun hal tidak terduga terjadi. Gelas yang ada di genggaman Ainun jatuh dan membasahi tubuh Reval. Bahkan Ressti semakin batuk karena terkejut. Sontak Reval berdiri dengan rahang mengeras. Tatapan tajam semakin menyoroti tubuh Ainun yang saat itu merasa ada yang aneh dengan tangan kanannya. Sebab tiba-tiba saja tangan kanannya kembali di rasa tidak lagi berfungsi normal. Bahkan gelas itu jatuh bukan karena di sengaja, melainkan tangannya yang mati rasa dan tidak bisa di gerakkan.

"KAMU KENAPA HAH???" kemarahan Reval semakin memuncak.

"Kalau kamu gak bisa. Jangan ikut campur untuk menarik simpati!" Lanjut Reval dengan suara yang masih sama keras.

"Dasar tidak berguna" Reval dengan sangat sadar mendorong tubuh Ainun agar menjauh dari tempat itu.

"Ma, mmaa,, maaf mas. Aku gak sengaja" siapapun takut mendengar teriakkan Reval. Bahkan Ainun semakin di buat bergetar karena ini adalah pertama kalinya Reval meneriaki dirinya dengan suara yang sangat keras.

Perasaan kian berusaha ia redam. Namun kedua matanya yang kian memerah gagal menampung air matanya. Hatinya lagi-lagi di buat hancur oleh perkataan suaminya itu.

"Ini semua gara-gara kamu" ucapan Reval tertahan nafas yang sulit ia kendalikan.

"Kalau kamu tidak datang ke sana. Semua ini tidak akan terjadi"

"Mas!" Bantah Ainun. Matanya kian nanar dengan air mata.

"APA? CUKUP YA, KAMU BENAR-BENAR BUAT MAS MUAK HARI INI. SEKARANG KAMU KELUAR!" Telunjuknya mengarahkan Ainun agar segera pergi dari hadapannya.

AINUN s.2 [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang