Perjuangan

227 28 10
                                    

Roda kecil pada bagian bawah sebuah koper besar itu berputar terus menerus. Langkah kaki pantang pemiliknya juga terus mengalun. Tangan mungil itu semakin kuat menggenggam pegangan pada koper miliknya.

Tampilan gadis itu memang terlihat sedikit tomboi. Sebab baju kaus oblong hitam berbalut kemeja kotak hitam abu, celana jeans berwarna abu dikenakannya dan tampak sangat selaras. Sneaker yang ia kenakan juga turut melengkapi tampilannya yang setengah lelaki dan setengah perempuan itu.

Tanti. Asisten pribadi Ainun dulu kini rela mengubah penampilannya demi melancarkan rencana majikannya. Reval meminta Tanti untuk menyamar dan mendekati Ainun. Hal itu tentu ia lalukan dengan alasan yang sama. Meminta Tanti untuk bisa berteman dengan Ainun, dan jika bisa mereka harusnya tinggal satu rumah.

Sesuai dengan hari yang telah di tentukan, Tanti hari ini akan datang mengunjungi Ainun di kediamannya. Mencoba segala bentuk pendekatan agar mereka lebih dekat dan terhubung sesuai permintaan majikannya.

Tok, tok, tok
"Assalamualaikum" Tanti berada tepat di hadapan pintu rumah Ainun. Mengharapkan kebaikan normal orang-orang yang yang telah terlahir dengan sifat itu.

Ainun yang semula tengah memasak mie instan di dapurnya seketika teralihkan. Derap langkah seraya berfikir. Ainun terus menerka-nerka siapa orang yang datang bertamu ke rumahnya kali ini. Hingga ia dengan ragu membuka pintu.

"Waalaikumussallam. Siapa?"

Kedua gadis itu terus menatap satu sama lain selama beberapa detik. Ainun yang tengah menelaah gadis cantik di hadapannya itu juga Tanti yang menatap prihatin pada kondisi Ainun.

"Maaf mengganggu non.." terpotong. Seketika itu Tanti terkejut dengan ucapannya yang hampir menghancurkan rencana.

"Maksud saya mbak. Kalau boleh saya mau numpang istirahat sebentar di sini. Gak papa?" Sambungnya dengan nada bicara yang terburu-buru.

Masih dengan tatapan bingungnya. Tatapan Ainun terus saja menelaah dari gerak-gerik gadis yang ada dihadapannya kini. Ia belum bisa memberi jawaban sebab akan sangat beresiko jika bersama dengan orang asing terlalu lama.

Menyadari itu, Tanti lagi-lagi di buat bingung harus berkata dan bertindak di hadapan majikannya. Ia sulit mengatakan hal yang tidak sopan, namun jika terus berkata sopan Ainun pasti akan mencurigainya. Tangan kanannya yang semula berkeringat ia usap pada kemeja kotaknya lalu menyodorkannya untuk berkenalan.

"Oh iya, nama saya Tanti. Saya dari kampung mau cari kerja ke Jakarta. Saya baru aja sampai, jadi saya sedikit bingung mau kemana.
Maaf mengganggu sebelumnya"

"Duduk aja!" singkat. Namun, jawaban itu seketika membuat dua wajah tersenyum tipis. Tanti juga Reval yang terus memantau dari kejauhan melalui layar laptopnya.

"Ah,,iya. Makasih"

Dengan sikap dinginnya, Ainun berdalih masuk meninggalkan Tanti begitu saja di luar. Namun, beberapa saat kemudian ia kembali dengan membawa segelas air putih pada tangan kanannya. Menghidangkan air seadanya pada Tanti yang terlihat sangat kelelahan.

"Saya gak punya makanan enak sekarang. Saya juga baru sembuh, jadi belum bisa cari kerja" tutur Ainun. Mengharapkan permakluman pada tamu yang ada di hadapannya.

"Enggak papa. Sebelumnya makasih banyak ya!"

Hanya guratan senyum tipis yang tersirat. Kedua sudut mata cantiknya juga ikut menyipit sesaat untuk mengimbanginya.

Mereka duduk berdampingan di masing-masing sisi. Sejenak menikmati keadaan yang mulai terlihat semrawut karena hari yang menjelang siang.

"Ngomong-ngomong kamu tinggal sama siapa? Suami?" sedikit usaha untuk memancing dialog kosong.

AINUN s.2 [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang