Nutrimax Clear Vision

423 36 6
                                    

Pagi itu, dengan sengaja Reval telah menyiapkan sebuah dress cantik tanpa motif dengan warna dusty pink di atas ranjang. Sesekali ia menatap ke arah kamar mandi untuk sekedar memastikan istrinya telah selesai.

"Ainun, bajunya sudah mas siapkan" sedikit menaikkan nada suaranya agar terdengar.

"Gak perlu mas. Nanti aku pilih sendiri" suara Ainun tidak terlalu jelas, namun masih bisa terdengar.

Saat setelah Ainun keluar dan melihat baju yang di siapkan Reval hari itu, ia begitu terkejut dan sangat tidak menduga.

"Mas, baju ini buat siapa?" Tanya Ainun penasaran.

"Kamu lah. Emang ada wanita lain di sini?" Tanpa menatap wajah Ainun, Reval tengah sibuk mengenakan jas yang di siapkannya sendiri.

"Tapi aku kan gak mungkin__" terjeda.

"Tenang aja. Di sini sudah aman"

"Mas tunggu di luar" sambung Reval yang sudah menutup pintu.

Sebelumnya,
Reval mengumpulkan semua pelayan hingga bodyguard di rumah itu untuk mengintruksikan sesuatu.

"Mulai hari ini, terhusus pegawai laki-laki dari penjaga sampai chef tidak boleh ada di dalam rumah. Tidak ada yang boleh masuk tanpa seizin saya, apapun kondisinya. Kalian akan bertugas di luar rumah, dan tidak boleh masuk, apalagi melihat ke dalam rumah. Dan untuk chef, akan ada jalur husus keluar masuk, jadi dia tidak akan bisa masuk keruangan seperti biasanya" titah Reval pada semua pelayan.

"Dan untuk perempuan, tetap seperti biasa. Tapi ingat, semua jendela dan pintu harus tertutup jika istri saya sedang berada di dalam rumah tanpa hijab dan cadarnya. Faham?!" Sambung Reval mempertegas.

"Siap Tuan" semua pelayan menjawab kompak.

...

Ini adalah kali pertama Reval merombak peraturan di rumah itu. Bukan tanpa alasan, melainkan atas dasar kecintaan juga penghormatan marwah istrinya yang sangat menjaga auratnya. Sejujurnya juga, Reval memang tidak suka jika ada orang lain bisa melihat istrinya tanpa jilbab dan cadarnya.

Langkah kaki yang perlahan menuruni tangga tidak begitu terdengar oleh Reval yang masih sibuk menyiapkan sarapan pagi itu. Tangannya masih saja sibuk menata semua sarapan pagi itu meski ia sebelumnya bukan tipe orang yang mudah melakukan hal itu. Hingga di titik terdekat, Reval tertahan dengan nafas tercekat karena merasakan kehadiran seseorang di sisinya. Sejenak mengangkat pandangan, tatapan semua orang kini hanya tertuju pada satu arah. Mama Ayu, papa Dista hingga seluruh pelayan mematung dengan kedua pupil mata yang membesar. 

Dress cantik hingga mata kaki dan berlengan panjang, juga rambut panjang terurai bahkan tanpa riasan tetap membuat Ainun tampil cantik. Wajah dengan ciri khas Timur tengah memancar indah di pandang mata. Rambutnya yang menjuntai panjang hungga pinggul dengan sedikit bergelombang di bagian ujungnya tampak menyertai sebagai perpaduan sempurna. Ainun memang sedikit merasa tidak nyaman dengan tampilannya pagi itu, namun ia berusaha menetralkan kondisinya dengan senyum tipisnya.

"Allahuakbar" batin Reval dengan kedua matanya yang kian terbuka lebar. Tubuhnya juga turut mematung seketika.

Gadis cantik yang ada di hadapannya kini adalah istrinya yang untuk pertama kalinya ia melihat dengan jelas tanpa batasan hijab yang selalu Ainun kenakan.

"Ayo, kita sarapan" suara papa Dista membuyarkan semuanya.

Hingga semua pelayan tergopoh-gopoh menyiapkan segala sesuatu yang masih kurang di atas meja makan. Pergerakan Reval juga tak kalah cepat yang membuat Ainun terkejut. Reval menarik kursi lalu mempersilahkan Ainun duduk di sampingnya. Sempat ragu, namun ia perlahan duduk dengan wajah yang tersipu malu.

AINUN s.2 [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang