BROWNIES

521 31 11
                                    

"khmm"

Suara itu membuyarkan pandangan keduanya. Mama Ayu yang berdiri di depan pintu kamar Reval yang ternyata tidak tertutup membuatnya di lihat oleh semua orang yang melewati kamar itu. Karena terkejut, Ainun dan Reval beranjak bangun dengan terburu-buru sembari memperbaiki pakaiannya.

"Mama gak mau ganggu. Tapi lain kali jangan lupa tutup pintu" mama Ayu beranjak pergi dengan menahan tawanya.

"Ma, ma, ma, maa. Ini salah faham" Reval berusaha mengejar kepergian mama Ayu, namun tidak terkejar.

Beberapa pelayan yang sebelumnya sempat melihat kejadian itu bubar setelah Reval keluar dari kamarnya. Sedangkan Reval yang keluar dengan wajah bingung, kembali masuk dan menutup pintu kamarnya rapat-rapat.

Di lain tempat,

Setelah kejadian itu, Reval memilih untuk kembali ke rumah sakit untuk bekerja. Namun, sebelumnya ada hal yang tak lupa Reval lakukan.

"Silahkan Nona, anda bebas memilih!" Ucap salah seorang pelayan.

Di ruang tamu itu, tepatnya di atas meja, puluhan kotak handphone lengkap dengan warna dengan berbagai merek terkenal berjejer dan menumpuk. Semua orang yang ada di sana diam seribu bahasa dengan tatapan kagum. Mama Ayu, Papa Dista juga semua pelayan di sana saling menatap bingung.

"Ini semua atas perintah tuan muda Reval. Dia meminta untuk di berikan kepada Nona Nasya Adinata" sambutan kata-kata itu terucap dari salah seorang yang datang membawa barang-barang itu.

"Semuanya?" Tanya mama Ayu keheranan.

"Tapi gimana? Handphone sebanyak ini bisa di pakai bersamaan?" Sambung Ainun yang tak kalah bingung.

"Tuan Reval tidak tau warna apa yang Nona Nasya suka. Jadi dia membeli semua jenis dan warna, agar Nona Nasya bebas memilih mau yang mana aja" jawab orang itu.

"Ooh, manisnya. Tuan Reval seromantis ini ternyata" salah seorang pelayan di sana saling berbisik.

"Ya tapi kan, gak harus di beli semuanya!" Ucap Ainun.

"Tanyakan pada tuan Reval saja secara langsung!"

Ainun meminta Tanti untuk menghubungi nomor ponsel Reval. Tidak berselang lama, panggilan video terjawab cepat.

"Apa semua ini mas?" Marah Ainun pada Reval.

"Kenapa? Gak ada yang kamu suka ya?"

"Maksudnya handphone sebanyak ini buat apa?"

"Kamu kan gak punya handphone, kalau sewaktu-waktu aku butuh bantuan seperti dulu, aku bisa langsung hubungi kamu."

"Ya tapi kenapa sebanyak ini?" Ainun kian jengkel.

"Aku gak tau kamu suka yang mana. Jadi aku belikan semuanya"

"Udah lah, males aku lama-lama" Ainun hampir mematikan panggilan video itu.

"Oke okee, aku kembalikan semuanya. Tapi kamu harus pilih satu, yang mana aja. Bebas!" Jawab Reval cepat.

Tidak menjawab, Ainun hanya melihat ke arah semua tumpukan handphone itu seraya berfikir.

"Handphone yang paling murah mana mas?" Pertanyaan Ainun itu seketika membuat seisi ruangan itu teridam dengan wajah terkejut.

"Noooo, ambil yang paling canggih!" teriak Reval dalam mode panggilan itu.

"Maaas" rengek Ainun tidak setuju.

"Aku saja yang pilihkan" tegas Reval.

Setelah Tanti mengarahkan kameranya pada tumpukan handphone di atas meja itu, sejenak Reval berfikir untuk memilih.

AINUN s.2 [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang