Fright

403 37 23
                                    

Genggaman tangan Reval menarik paksa Ainun yang berusaha menjauh. Ia mendekap istrinya itu tanpa ragu. Tidak ada rasa keterpaksaan. Ia hanya jengkel pada setiap orang yang berlalu lalang dan melihat istrinya dengan tatapan yang cukup lama. Reval berusaha membuktikan pada dunia bahwasanya Ainun adalah istrinya dan itu miliknya.

"Mas antar pulang" melepaskan pelukannya.

Sebelumnya tidak ada penolakan. Namun langkah mereka terhenti ketika Ressti memanggil nama suaminya dengan lantang di hadapan publik.

"Mas Reval!!" Lantang.

"Lain kali aja ya mas"suara pelan dan jelas. Matanya menyipit tanda senyum yang ada di balik cadarnya.

Reval bingung. Ragu. Tubuhnya bahkan tertahan dan tidak tau harus berpihak kemana. Hingga tangan Ainun melepas paksa genggamannya tanda perpisahan. Langkah lantang seolah tak peduli. Namun Ainun terus berusaha mengontrol hembusan nafasnya agar terlihat tenang.

....

Tok tok tok,

"Nona" Tanti memanggil Ainun yang masih mengurung diri di dalam kamar Revan.

Ainun yang mendengar seseorang menyerukan namanya kini menyeka cepat air matanya. Perasaan yang mulai retak sejak kedatangan Ressti kembali ke dalam kehidupannya juga Reval berulang kali ia tambal. Namun semakin di tutupi lukanya semakin menganga. Meski sudah dua hari berlalu, ia bahkan menjadi semakin jarang bertemu dengan Reval. Rindu. Namun, perasaannya kini kalah dengan logika yang menuntut agar bisa menyesuaikan diri.

Tliut,
Pintu terbuka sedikit.

"Ada apa?"

"Paket non" menyodorkan kotak berukuran sedang melalui celah pintu yang sedikit terbuka.

"Dari siapa?"

"Saya tidak tau non. Cuma pesan kurirnya suapaya langsung di berikan pada nona"

"Ooh, makasih ya" seketika menutup pintu.

Berselang beberapa saat saja, dan belum sempat Ainun membuka paket itu, pintu kembali di ketuk. Lagi-lagi ia harus terpaksa menyambut panggilan itu.

"Apaa laa__" tertahan.

Sebuah boneka beruang berukuran lebih besar dari tubuhnya sendiri di angkat oleh Tanti asistennya dengan sangat susah payah. Mata Ainun kian terbuka lebar dengan pupil mata yang membulat besar.

"Maaf non. Tapi ini juga di minta untuk segera di berikan pada nona" suara Tanti sangat samar terdengar karena wajahnya bahkan tertutup penuh oleh boneka itu.

"Aah, iya iya" bersemangat.

Pintu yang ia buka dengan sangat lebar agar boneka itu bisa masuk dengan lebih leluasa. Bahkan saat boneka beruang itu di letakkan di atas ranjang mampu memenuhi sebagian sisi dari ranjang itu.

"Ini dari siapa lagi?" Tanya Ainun yang semakin penasaran namun tatapannya bahkan belum beralih sedikitpun dari boneka itu.

"Maaf non. Yang ini juga saya tidak tau. Coba Nona sendiri yang cek, siapa tau ada kartu ucapannya"

Hening. Tidak ada jawaban. Ainun hanya mengangguk tanpa menoleh sedikitpun ke arah Tanti. Tanpa menunggu perintah, Tanti segera keluar meninggalkan Ainun di dalam. Kotak paket sebelumnya yang belum sempat ia buka, di raihnya kembali. Pita merah yang mengikat melingkar di tariknya perlahan. Komik Naruto chapter selanjutnya terpapar jelas di dalamnya. Matanya kian berbinar. Hingga kedua sudut bibirnya tertarik perlahan. Ainun tau, ini pemberian suaminya. Sejenak tatapannya beralih pada boneka beruang yang sangat besar itu dengan mempertahankan ekspresi sebelumnya. Tentu boneka itu juga pemberian Reval.

AINUN s.2 [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang