Sebuah Pengakuan

497 37 8
                                    

"sudah, kita pergi saja dari sini" perasaan Reval kini mulai berubah. Dengan segala kehawatiran terhadap istrinya, ia tau bahwasanya perasaan yang mulai tumbuh mungkin bisa saja mengobati luka pada hatinya.

Hingga ketika mereka berada di dalam mobil, Reval menghela nafas sejenak untuk mempersiapkan pertanyaannya.

"Kamu mau jalan-jalan ke mana?" Roda mobilnya telah berputar lambat menyusuri jalan di tepian pantai.

"Mas mau ajak aku jalan-jalan? Beneer?" Ekspresi bahagia tampak samar dari balik cadarnya.

"Iya. Kamu mau kemana?"

"Ayo jalan aja, nanti aku tunjukkan arahnya?"

Mobil melaju perlahan melewati sebuah mobil hitam yang juga terparkir di tepi jalan itu. Tanpa ada yang menyadari, seseorang telah memotret mereka lalu mengikuti kembali mobil milik Reval.

....

Deg,
Jantung Reval berdegup kencang setelah mereka sampai di sebuah wahana bermain yang tentu penuh dan ramai pengunjung. Tubuhnya terseret mengikuti langkah mungil Ainun yang membawanya masuk ke dalam wahana.

"Ainun, kamu yakin? Di sini kan banyak orang" tubuh Reval tertahan.

"Tapi aku kan sama mas di sini"

"Yaudah kalau mas gak mau. Batalin aja syaratnya" ucapan itu samar-samar terdengar karena tempat yang sangat ramai memenuhi wahana bermain itu.

"Oke okee. Tapi dengan syarat kamu gak boleh jauh-jauh dari jangkauan mas Re" mengesankan ucapnnya sebagai peringatan.

"Siiaap komandan!"

Satu persatu wahana bermain di tempat itu mereka menikmati. Meski Reval sebelumnya menolak, namun pada akhirnya ia juga ikut menikmati permainan di sana. Jajanan yang di paksakan Ainun untuk di cicipi Reval ternyata juga di sukainya.

Saat Reval tengah sibuk bermain mesin capit, Ainun terus berharap di sampingnya agar boneka yang di ingikannya di dapatkan Reval untuknya. Namun, sudah sekian kali Reval mencoba dan hasilnya nihil hingga membuat Ainun sendiri menyerah.

"Aku Beli mesin capit ini. Jadi keluarkan boneka beruang itu istri saya!" Perintah Reval pada pemiliknya.

"Maaas, gak gitu" Ainun merengut kesal pada sikap Reval yang selalu menggunakan uang tanpa terus berusaha.

"Tapi ini tidak di jual tuan" jawab pemilik mesih itu menolak.

"Kalau begitu, saya bayar dengan seharga mesin ini. Tapi saya hanya mau anda memberikan boneka beruang itu untuk istri saya" perintah Reval tidak menyerah.

"Gak usah maaas. Lagi pula gak semuanya bisa di beli dengan uang. Udah laah, aku gak mau benda itu lagi" langkah Ainun kian cepat meninggalkan Reval.

Tanpa di sadari Reval, seorang anak laki-laki ternyata berhasil mendapatkan boneka beruang itu dengan sangat mudah.

"Dek, om boleh beli gak bonekanya?" Reval berusaha merayu anak kecil itu.

"Enak aja. Gak bisa main, tapi minta punya orang lain" bocah itu malah mengejek Reval di hadapan penjualannya.

"Om bayar. Sekarang kamu tunjuk mau mainan yang mana aja, BEBAS! tapi bonekanya untuk Om ya" masih memohon dan tidak menyerah.

Sebuah tawa licik terlihat dari bocah itu. Dan tidak berselang lama, bocah itu menghampiri Ainun yang terduduk di bangku sekitar wahana bermain di tempat itu.

"Tante, ini buat tante" bocah yang di rayu Reval itu ternyata bersedia memberikan boneka miliknya setelah mendapat sebuah mainan paling mahal dan besar di sana pemberian Reval.

AINUN s.2 [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang