Tirai pembatas

581 35 10
                                    

"aku rasa, ini milik cewek tadi" Ainun menunjukkan sebuah dompet kecil motif bunga pada Reval.

"Oh, lupa kali. Kan dia tadi buru-buru" wajah remeh.

"Siapa tau sengaja"

"Ya tuhaaan, udah biarin aja di sana. Nanti juga dia balik lagi buat ambil. Lebih baik kita plang aja sekarang, kamu gak kasian liat rambut aku?" Reval mulai jengkel.

Reval kemudian menarik cepat lengan Ainun saat itu juga. Siapa sangka, saat melewati ruang dr. Adelia, keduanya melihat dengan jelas apa yang terjadi di dalam.

Setelah kejadian kue brownies itu, dr. Adelia dan ustadz Yusuf akhirnya berbaikan. Dan saat ustadz Yusuf berpamitan untuk pulang, sebuah kecupan mendarat manis di pipi kanannya. Hal itu pertama kali dr. Adelia lakukan dan tentu membuat keduanya sempat menatap satu sama lain.

"Maaf mas, Lia cu__" tertahan.

"Mas pamit dulu. Assalamualaikum" setelah ucapan gugup itu, ustadz Yusuf keluar dari ruang dr. Adelia dengan perasaan yang berdebar-debar. Langkahnya yang sangat cepat bahkan membuatnya tidak sadar akan keberadaan Ainun juga Reval di dekat ruangan itu.

...

"Ini rambut, apa sarang burung? Kusut gini" celoteh Ainun yang tengah sibuk mencukur rambut Reval.

"Jangan main-main kamu ya" jawab Reval angkuh.

"Potong botak aja lah" Ainun meledek.

Tangan kekar Reval menahan pergerakan mesin cukur dengan sangat cepat. Tatapan matanya kian tajam mengintimidasi yang tampak dari pantulan kaca.

"Kalau gitu, kita botaknya berdua" Reval menantang.

Karena gugup, Ainun manarik cengkraman tangan Reval darinya. Perlahan Ainun kembali melanjutkan memotong rambut Reval dengan telaten.

"Taraaa, Tuan Reval sudah selesai di permak" menunjukkan hasilnya melalui pantulan kaca di hadapan Reval dengan percaya diri.

"Not bad, " tanggapan Reval meremehkan.

"Oooh, tidak berterimakasih. Dan tidak ada sanjungan, begitu? Okee"

"Lain kali, potong sendiri!" Wajah Ainun berubah kesal. Tanpa berkata-kata lagi, ia beranjak meninggalkan Reval.

"Mmm, ngambek lagiii" merasa risih dengan sikap Ainun, Reval dengan cepat menarik tubuh Ainun kembali pada sisi terdekatnya.

"Makasih ya" dengan melingkarkan tangannya pada pinggang Ainun, senyum tulus tersirat pada wajah Reval menghadap cermin.

...

"Ainun, coba ambilkan aku kemeja di lemari. Kamu aja yang pilihkan warnanya"

Suara itu keluar jelas dari dalam kamar mandi. Perasaan aneh merasuki Ainun setelah mendengar ucapan itu. Hal yang sangat mengherankan setelah sekian bulan usia pernikahannya dengan Reval, tentu itu membuatnya ragu. Karena sebelumnya sikap Reval tidak pernah selembut akhir-akhir ini. Namun ia juga berusaha menguatkan perasaannya, karena memang sadari awal pernikahan mereka telah merencanakan perceraian bersyarat.

Syarat ke 2 :
Stile baru

Raut wajah terkejut Reval terpapar jelas merajut wajah yang masih basah setelah mandi. Alisnya mengerut dengan kedua manik mata yang ia sipitkan tanda tidak percaya. Sesekali ia menggosok kedua matanya, namun ternyata memang tidak ada perubahan. Kemeja berlengan pendek berkerah tanpa motif dan berwarna hitam dengan sedikit corak putih bergaris di kedua sisi dadanya. Tidak lupa celana kain berwarna hitam, jam tangan, sepatu kets putih tersusun di hadapan Reval.

AINUN s.2 [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang