Setelah sholat isya'

548 33 3
                                    

Kepulangan Reval dengan semua pelayan itu di sadari Ainun yang berada di lantai atas rumah. Sesekali pandangan keduanya bertemu, namun Ainun memilih berpaling dan meninggalkan Reval begitu saja. Hal itu mendapat sorotan bingung dari kedua orang tua Reval.

Langkah cepat Reval ketika menaiki tangga untuk menyusul Ainun nyatanya tidak membuat Ainun menghentikan langkahnya.

"Ainun," panggil Reval saat Ainun akan memasuki kamar milik almarhum Revan.

Tanpa peduli, Ainun masuk dan tidak menoleh sama sekali.

Dar,
Suara tutupan pintu itu memang tidak keras, namun Reval yang berada tepat di depan pintu itu tentu terpental karena wajahnya mengenai pintu. Sedikit mundur karena menahan rasa sakitnya, Reval yang membawa beberapa paper bag di tangannya seketika mengerang kesakitan.

"Allahuakbaar" ucap Reval dengan menutup wajahnya.

Saat Reval akan marah dan berusaha membuka pintu itu ternyata pintu itu terkunci seperti dulu. Tentu Reval yang tidak tau dengan kode sandinya hanya mampu menahan amarah di balik pintu.

"Ainun. Bisa kita bicara?" Dengan meredam segala amarahnya, Reval mengepalkan tangan karena emosi.

"Mas lancang. Itu privasi tau" jawab Ainun yang ternyata masih berdiri mengganjal pintu dari dalam.

"Makanya kita bicara dulu baik-baik!" pinta Reval yang masih menahan emosinya.

"Enggak ah, Males!"

Reval yang hampir memukul pintu itu dengan tinjuannya tertahan setelah melihat Mama Ayu yang memberi aba-aba untuk tetap bersabar. Tentu dengan berat hati, Reval harus menghibur Ainun agar tidak marah dan mau berbicara dengannya.

"Oke, kamu mau apa, biar nanti aku lakuin?" Ucap Reval dengan nada lembut.

"Minta maaf dulu!"

Sontak raut wajah Reval berubah masam mendengar perintah Ainun. Hal itu tidak pernah ia lakukan pada siapapun bahkan pada orang tuanya sendiri. Entah karena rasa gengsi atau mungkin ia yang terlalu keras kepala. Beberapa saat Reval sempat mengambil nafas panjang sambil melihat ke arah mama Ayu yang tersenyum memberi jawaban persetujuan agar Reval melakukan apa yang diperintahkan istrinya.

"Ainun, seorang laki-laki atas nama dr. REVALDI ADINATA ingin meminta maaf. Apa kamu bersedia menerima permintaan maafnya?" Ucap Reval dengan segela kekesalan yang ia tahan.

"Apa? Apa kita seasing itu. Sebenarnya mas niat minta maaf gak sih?" Pancing Ainun yang juga masih kesal.

Hampir mengamuk, Reval meninju angin dengan segala kekuatannya sembari berteriak tanpa suara karena benar-benar sangat kesal. Namun ia tidak bisa berbuat apa-apa karena Mama Ayu masih mengawasinya di sana.

Hhhuuuh,
Hembusan nafas dari Reval sudah menunjukkan seberapa jengkel dan kesalnya ia pada ke adaan itu.

"Aiinuuuun, ISTRIKU. MAS RE MINTA MAAF UNTUK SEGALA KHILAF DAN SALAH MAS YA. KAMU MAU KAN MAAFIN MAS?" suara itu terdengar sedikit bergetar karena emosi Reval yang tak terlampiaskan.

Setelah ucapan itu selesai ia utarakan, akhirnya pintu kamar itu terbuka lebar dengan wajah dan tubuh Ainun yang berbalut gamis dan tudung serta cadarnya berdiri tepat di hadapan Reval.

Di lain tempat,

"Mas minta maaf untuk kejadian di rumah sakit" tutur ustadz Yusuf yang menatap wajah dr. Adelia di hadapannya.

"Mas gak bermaksud marah. Mas cuma tidak suka kalau istri mas membela orang lain, apa lagi itu sudah jelas-jelas salah" sambung ustadz Yusuf yang tertunduk dengan penyesalannya.

AINUN s.2 [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang